05

888 41 0
                                    

***

Reihan menghempaskan tubuh diranjang tempat tidurnya. Menatap langit-langit kamarnya dan membiarkan angin sore itu menelusup kedalam kamar. Lalu tiba-tiba terdengar suara dering handphone nya. Reihan sedikit kaget saat melihat nama yang tertera di layar.

"erin?" ucap reihan setelah menggeser tombol hijau dilayar handphone nya.

"rey" ucap erin dari dalam telepon terdengar antusias.

"ada apa? Tumben nelpon?" reihan berjalan kearah balkon kamarnya.

"pacar nelpon tuh seneng, itu tandanya kangen tau" erin mulai sewot.

"iya iya..." ucap reihan geli.

"rey, aku denger bakal ada pameran ya dilapangan deket rumah kamu, aku pengen kesana, temenin aku ya!?" erin tampak antusias.

Reihan terdiam sesaat tampak berpikir. Nanti malem juga kimi memintanya untuk menemaninya ke pameran. Mana mungkin reihan mempertemukan mereka berdua. Atau membuat jadwal pergi dengan kimi lalu dengan erin. Nggak bisa!

"rey, mau kan temenin aku?" tanya erin setelah lama menunggu jawaban dari reihan.

"nggak bisa" akhirnya hanya kata itu yang keluar dari mulut reihan. Dan tentunya ia akan bersikap adil antara memperlakukan sahabat dan pacarnya. Jika aku tidak bisa pergi bersama erin, maka aku pun tidak bisa pergi bersama kimi, batin reihan.

"kenapa nggak bisa?"

"kamu minta aku temenin kamu kan? Dan aku nggak bisa, itu artinya kamu nggak boleh pergi selain sama aku, apalagi pergi sama bobi"

"tapi rey, aku pengen kesana"

"aku bilang jangan kesana ya jangan kesana, awas kalo kamu berani kesana sama bobi, aku bikin ancur muka dia"

"tapi rey..."

Telpon terputus...
Erin mendengus kesal. Sangat disayangkan sekali reihan menolak ajakan erin, erin sempat berfikir ada apa dengan reihan? Mungkinkah reihan menolak ajakannya karena ada sesuatu hal yang erin bahkan tidak pernah tau?

___

Jam sudah menunjukkan pukul 12.30, setelah selesai shalat dzuhur, reihan pergi kekantin untuk sekedar nogkrong sebelum jam masuk pelajaran 15 menit lagi.

"erin, sini..." teriak reihan setelah melihat erin dan temannya poni.

"kamu nggak ke pameran itu kan semalem?" tanya reihan setelah erin berada dihadapannya. Menatapnya lekat. Berbeda dengan kimi yang sedikit kebule-bulean karena memang ada keturunan jepang dan belanda. Erin lebih indonesia banget dengan kulit sawo matang, dengan mata bulat hitam dan lesung pipit di pipi kanannya, terlihat lebih sedikit manis.

"ehhmmm..."

"nggak kan?" reihan mengulangi pertanyaannya.

"oh iya, aku beliin kamu kaos, samaan loh sama aku, aku sengaja beli buat kamu" erin menunjukkan kantong plastik putih bercorak batik, tapi bukan dari toko batik

"kamu pergi juga?" reihan menilik tajam erin.

"aku pergi bareng poni kok" elak erin.

"bohong..."

"beneran, nih, nanti pake ya, hari minggu, pokoknya kamu harus habisin waktu bareng aku seharian full, aku nggak mau tau, karena kamu nggak bisa temenin aku ke pameran tadi malem, sebagai balasannya kamu harus mau temenin aku, oke?"

"hmm.. aku usahain"

"harus pokoknya"

"iya bawel"

"gitu dong, kalau gitu aku ke kelas dulu ya, bye.." erin melambaikan tangannya.

Reihan masih menatap derap langkah kekasihnya itu sampai erin benar-benar menghilang dari pandangannya.

Erin memang berhasil, sangat berhasil membuatnya jatuh cinta. Selain mencintai, reihan juga harus menjaganya kan? Maka dari itu reihan tidak pernah suka kalau erin dekat dengan cowok lain apalagi dengan bobi, dengan ketiga temannya pun ia sering kali marah-marah nggak jelas. Posesif emang!

"rin, kenapa kamu bohong sama reihan kalo semalem kamu pergi sama aku? padahal kan kamu perginya sama bobi" ucap poni setelah dirasanya jauh dari reihan masih sedikit berbisik, takut reihan akan tiba-tiba ada dibelakangnya.

"yang penting reihan nggak tau, kamu mau apa reihan mukulin bobi lagi?"

...

Kalian makin penasaran sama ceritanya? Tetep stay ya😊 insya Allah aku akan update tiap hari😊

REIHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang