17

613 26 0
                                    

***

Siapa yang tidak pernah merasakan cinta sepihak?
Dan apa yang harus dilakukan jika sudah begitu? memendam atau mengungkapkan segalanya.

Terik matahari menyilaukan mata kimi menembus dari selah jendela kamar rumah sakit vip yang sudah sekitar 3 hari ia tempati.

Jendela kamar itu hanya menawarkan awan biru dengan sedikit goresan putih. Suara teriak canda tawa terdengar dari taman bermain yang berada di lantai bawah. Hanya terdengar, tidak mampu kimi lihat, karena ia hanya bisa berbaring di ranjang rumah sakit yang seperti sudah bersahabat dengannya.

Tangannya terus melipat kertas putih berisikan puisi yang ia dapat dari reihan. Katanya reihan menuliskannya sendiri, dengan imajinasinya. Tapi saat kimi membacanya, seperti tidak asing. Reihan pasti mencontek. Kimi melipatnya membentuk sebuah balon kertas, meniupnya, terlalu keras sampai balon kertas itu menggelinding kebawah ranjangnya.

Ceklek...
Suara pintu terbuka, lalu terlihat wajah reihan menyembul dari balik pintu. Lalu berjalan menghampirinya membawa sebuah kursi roda.

"mari kita jalan-jalan" ucapnya antusias.

"nggak mau, kimi mau tidur aja, ngantuk" kimi merubah posisi duduknya menjadi berbaring, menarik selimut sampai menutupi wajahnya.

"kenapa? Padahal cuaca hari ini bagus loh, di sana aku lihat tadi ada badut"

Kimi bergeming, tidak ada jawaban.

"ayolah, padahal ean udah bawain kursi roda ini buat ajak kimi jalan-jalan"

Hening. Lalu tanpa persetujuan kimi, reihan mengangkatnya ke atas kursi roda dan membawanya keluar. Setelah sampai taman rumah sakit, terlihat banyak anak kecil yang bermain bersama badut dengan rambut kuning, hidungnya terlihat merah dan besar. Kimi tersenyum tipis.

"lihat tuh" reihan menunjuk ke segerombolan anak kecil yang sedang menyaksikan badut memainkan trik sulapnya.

"kenapa ada badut disini?" ucap kimi, wajahnya terlihat lebih cerah dibandingkan saat ia didalam.

"karena disini banyak anak kecil, mangkannya ada badut. Anak kecil itu kan suka badut, dan badut suka kalo ada anak kecil" jelas reihan.

Kimi hanya mengangguk, lalu mengedarkan pandangannya. Disini terlihat ramai, tapi didalam rumah sakit begitu sumpek. Kimi baru dapat merasakan udara segar lagi setelah 3 hari.

Lalu reihan mendorong kursi roda kimi menuju kursi besi berwarna putih. Menggendong kimi untuk duduk diatas kursi itu.

"bagaimana dengan erin? Kamu udah baikan?" ucap kimi. Reihan hanya terdiam tidak tertarik dengan pertanyaan kimi.

"mau es cream?" ucap reihan mengalihkan pembicaraan.

Sejak putus dengan erin, reihan memang sudah tidak berhubungan baik lagi. Bukan reihan tidak berusaha meminta maaf, tapi erin tidak membiarkan reihan mendekatinya. Setiap kali reihan ingin menghampirinya, erin sering kali menghindar.

"kimi nggak mau, kenapa ean malah mengalihkan pembicaraan? Apa sekarang kimi nggak boleh tau lagi tentang itu?" ucap kimi.

"sekarang udah gak penting lagi buat aku, yang terpenting sekarang adalah kesembuhan kamu ya" ucap reihan memegang pundak kimi dengan tatapan lembutnya.

Kimi hanya menatap reihan kembali tanpa bergeming. Reihan begitu selalu meyakinkan kimi untuk sembuh, itu membuat kimi takut jika nanti kimi malah membuatnya kecewa.

___

"jadi kimi punya penyakit jantung udah lama?" tanya evan setelah mereka selesai latihan bermain futsal.

"iya" ucap reihan singkat.

Evan, satria dan nuril hanya saling tatap. Mungkin itulah sebabnya reihan tidak pernah menceritakan tentang kupu-kupu kecilnya secara detail.

"kita jadi merasa bersalah banget karena udah ajak kimi waktu itu. Mungkin kalo nggak pergi kimi nggak bakal masuk rumah sakit kan?" ucap satria.

"penyakit kimi emang sudah parah, itu sebabnya kimi tidak bisa kecapean, sedikit aja" jelas reihan.

"erin tau tentang ini?" timpal nuril.

"bocah! Jangan bahas si erin lagi kali, kasian nanti rey malah galau lagi" ucap evan seraya menggeplak kepala nuril. Nuril meringis kesakitan.

...

REIHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang