32

583 18 0
                                    

***

Reihan terpaku saat ketika ia sampai disebuah ruangan yang belakangan ini sering ia kunjungi dengan seorang perempuan berbaring disana sudah tertutup kain putih.

"Tante, kan reihan sudah bilang tunggu reihan sampai disini" ucap reihan lirih.

"Kita itu selama ini terlalu egois rey! Membiarkan erin bagai manusia yang dipaksa hidup! Coba aja dulu kamu biarkan saya mendonorkan jantung erin, mungkin kematian erin akan lebih tenang reihan!" Ucap ibu erin.

Reihan hanya menunduk sambil menatapi wajah erin yang tertutupi kain putih itu. Selang-selang alat bantu pernapasannya sudah tidak terpasang lagi ditubuhnya melainkan tubuh erin yang kecil dan dingin itu.

Ingin sekali reihan menyingkirkan kain yang menutupi wajah cantik erin itu, namun reihan tidak cukup sanggup melakukannya.

Kakinya goyah, tidak mampu lagi menopang bobot tubuhnya sehingga harus bersandar pada tembok. Sedangkan ibu erin masih sesak dalam tangisnya.

Hari itu reihan begitu berkabung, erin tidak menepati janjinya. Nyatanya dia lebih memilih meninggalkan reihan karena begitu membencinya, atau karena terlalu mencintainya?

"Tapi aku bakal janji sama kamu, sebenci apapun aku, aku gak akan pernah ninggalin kamu. Dan sebenci apapun aku sama kamu, aku akan selalu ada disamping kamu"

Kata-kata erin waktu itu benar-benar menghancurkan hati reihan, nyatanya hari ini erin tak mampu membendung air matanya atau hanya sekedar beersandar lagi dibahunya untuk menemaninya.

"Erin, aku mencintai kamu, dan akubmasih melarangmu untuk bertemu bobi disana" lirih reihan diselah isak tangisnya.

***

Sudah 3 hari reihan sengaja tidak menemui kimi, terlebih karena jadwal uas yang membuatnya agak sedikit sibuk belajar.

Hari  ini reihan sengaja mengunjungi kimi yang sudah selama 3 hari juga ia tidak tahu kabarnya. Pasti kimi sangat marah kepada reihan.

Jam menunjukan pukul delapan pagi, biasanya kimi masih bergelung dengan selimutnya dikamar. Namun saat reihan membukan pintu kamar kimi, terlihat selimut yang sudah terlipat rapih diatas kasur.

"Tante, kimi kemana? Kok gak ada dikamarnya?" Ucap reihan sambil menuruni tangga.

"Kimi sudah pergi dari pagi-pagi buta,katanya sih mau keliling sambil olahraga"

"Sendirian?"

"Kalau kamu disini ya berarti dia sendiri, memangnya mau sama siapa lagi?"

Reihan segera berlari mencari kimi, entah kenapa kakinya berlalri menuju rumah pohon seperti biasa. Perasaannya mengatakan bahwa kimi pasti ada disana. Reihan bahkan hampir terjatuh saat menaiki tangganya.

Terlihat disana, kimi sedang meringkuk diatas kasur, terlelap tidur dengan damainya, tidak berbalut selimut. Tapi reihan berhenti pada mata kimi yang sembab? Apakah kimi baru menangis sampai tertidur? Namun rupanya kimi menyadari kedatangan reihan dan membuka matanya.

"Kimi?" Panggil reihan lembut seraya duduk disamping tempat tidur, namun saat reihan ingin menyentuh pundak kecilnya itu, kimi mundur perlahan seolah menjauh dari reihan.

REIHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang