23

550 27 0
                                    

***

sudah satu minggu erin berusaha menemui reihan, namun selama itu juga reihan tidak bisa dihubungi apalagi ditemui. erin bahkan hamper putus asa. lalu erin mencoba untuk mendatangi rumah reihan.

erin berjalan perlahan mengampiri pintu depan rumah reihan yang sama sekali belum pernah erin kunjungi saat ia masih Bersama dengan reihan. Hari ini erin bahkan memberanikan mengetuk pintu rumah reihan. saat pintu terbuka perlahan, terlihat seseorang menyembul dari balik pintu, tidak membiarkan seluruh tubuhnya terlihat oleh sang tamu.

"maaf, ini benar rumah reihan?" ucap erin dengan sopan, takutnya wanita paruh baya ini adalah ibunya reihan.

"maaf neng, belakangan ini nyonya, tuan, dan den reihan jarang dirumah, paling cuma mandi, makan, tidur terus pergi lagi" ucapnya.

"ibu ini..."

"saya pembantunya"

"oh, kalau boleh saya tau pergi kemana ya bi reihannya?"

"den reihan sering bulak-balik rumah sakit belakangan ini neng"

"reihan sakit apa bi?"

"bukan den reihan yang sakit"

"terus siapa?"

"anu, eumm itu"

"yaudah kalau bibi gak mau kasih tau siapa yang sakit, bibi kasih tau aja rumah sakit mana? saya benar-benar harus ketemu reihan, ada yang perlu saya omongin dan ini sangat penting" ucap erin dengan tergesa sedikit memaksa wanita paruh baya didepannya ini untuk memberitahukan keberadaan reihan"

segera setelah erin diberi tahu oleh orang yang mengaku pembantu reihan itu tentang keberadaan reihan, segera untuk pergi mencari reihan, ia berharap benar-benar bisa menemui reihan kali ini.

"reihan.."

lelaki tubuh tinggi itusedang berdiri didepan ruangan yang sepertinya kamar seseorang dengan tatapan kosong. erin merasa itu seperti bukan reihan yang ia kenal selama ini. laki-laki itu terlihat sangat rapuh, matanya begitu sayu, dan bibirnya sangat datar tidak membiarkan senyum menghiasi wajahnya.

erin menghampiri reihan.

"reihan, aku cari kamu, ternyata kamu ada disini, kamu ngapain disini? siapa yang sakit?" ucap erin berusaha menghampiri reihan lebih dekat, namun reihan berjalan mundur memberi jarak dengan erin.

"reihan, aku ingin bicara sebentar sama kamu, tapi sepertinya kamu sedang tidak bisa diganggu" ucap erin, namun tidak ada jawaban dari reihan yang hanya menatap erin tanpa ekspresi.

"baik, aku tidak akan memaksa, aku akan datang lain kali"

"jangan pernah temui aku setelah ini" ucap reihan membuka suara dengan datar.

"kenapa? apa kamu sekarang begitu membenci aku? kenapa? karena dulu aku lebih membela bobi dibanding kamu? karena itu?"

"berani sekali kamu menyebut nama bobi didepan aku, jika aku bertemu dia, aku berjanji akan membunuhnya" ucap reihan dengan penuh penekanan, wajahnya berubah memerah menahan amarahnya. jujur erin sangat takut, tapi ia harus tahu apa yang sebenarnya.

"apa yang membuat kamu begitu membenci bobi? aku kira hanya karena bobi berusaha mendekati aku, tapi ternyata aku lihat dari mata kamu sekarang aku bahkan tidak berarti apa-apa. lalu apa yang membuat kamu semarah itu? apa yang membuat aku dulu begitu mempercayaimu kalau kamu sangat mencintai aku? sampai aku bela-belain kesini nemuin kamu" rintih erin. reihan hanya bergeming.

"beri aku jawaban reihan, agar aku tau Batasan dimana aku harus mengerti bahwa aku sekarang sudah tidak berarti apa-apa lagi buat kamu"

"kata-kataku sekarang mungkin akan membuat kamu mengerti bahwa kamu sekarang bukanlah hal terpenting bagiku. pergi"

"kamu bahkan tidak bisa menjelaskan apapun, kamu malah berusaha pergi tanpa menyelesaikan masalah apapun"

"jangan membuat aku marah disini, jangan membuat aku juga ingin membunuh kamu" ucap reihan lalu pergi meninggalkan erin yang masih berdiri seraya menahan tangisnya.

erin benar-benar sudah tidak bisa melihat cinta lagi dimata reihan, yang ia lihat hanya amarah dan kebencian. erin tidak mungkin bias memaksa reihan menceritkan masa lalunya dengan bobi saat ini, mendegar nama bobi saja sudah terlihat sangan marah.

---

"sekarang cuma kamu yang bisa jelasin semuanya sama aku" ucap erin menatap lekat wajah bobi yang sedari tadi menunduk tidak berani menatap balik.

lalu bobi mengangkat wajahnya menatap erin, mengambil nafas dalam.

"ini karena kamu memaksa, tapi aku harap setelah ini kamu tidak pernah membenci aku" ucap bobi.

...

setelah sekian lama cuma gini doang? maafin;(

REIHAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang