***
Sudah sekitar satu jam reihan mondar-mandir didepan ruang icu. Suasana hening lebih menguasai, reihan maupun kedua orang tua kimi masih bergelut dalam pikiran mereka masing-masing. Lalu pintu ruang icu terbuka.
"saya sudah katakan, kimi harus meminum obatnya secara teratur" ucap paman asgar dokter yang menangani kimi selama ini.
"tapi kimi tidak pernah melewatkan meminum obatnya kok dok" jelas tante yara dengan isak tangis kecil.
"kalau begitu, kenapa kimi bisa sampai pingsan?"
Mereka semua terdiam, termasuk reihan.
"setidaknya jika kimi memang lupa meminum obatnya, tugas kalian untuk mengingatkan. Ini peringatan untuk kalian, jangan sampai kalian lengah, karena bisa saja kimi..." ucapan paman asgar tergantung.
Isak tangis tante yara membuat paman asgar tidak tega untuk melanjutkan perkataannya.
"kalau gitu, saya permisi dulu" ucap paman asgar kemudian.
Reihan menyadari sesuatu, hari sabtu kemarin mungkinkah kimi lupa meminum obatnya karena terlalu asyik berjalan-jalan dengannya? Kenapa reihan tidak menyadari itu? Lalu reihan mengejar langkah paman asgar yang mulai menjauh.
"paman.." panggil reihan. "paman, boleh rey tanya sesuatu?"
"tanyakan saja rey"
"apakah kimi akan mati jika tidak meminum obatnya? Apakah kimi seharusnya sudah mati sejak dulu? Apakah obat itu hanya akan menunda kematian kimi? Apakah... kimi bisa sembuh dengan memakan banyak obat?" ucapan reihan sangat menusuk hatinya.
Perlahan matanya mulai memerah dan mengeluarkan butiran bening dari selah matanya, namun segera ia menyekanya. Paman asgar hanya terdiam sesaat, mencerna pertanyaan keponakannya itu.
"paman ini bukan tuhan rey, paman hanya seorang dokter biasa, paman juga tidak bisa menentukan kematian seseorang" jelas om asgar.
"tapi kenapa dulu paman bilang kalau umur kimi tidak akan lama, paman bilang umur kimi hanya akan sampai 18 tahun, itu berarti tahun depan..."
"itu kehendak tuhan rey, bahkan jika kimi harus hidup seribu tahun lagi"
Reihan terdiam, lama sekali. Sampai paman asgar pamit untuk pergi, reihan masih berdiri disitu.
Untuk kesekian kalinya reihan menyaksikan kimi terbaring diranjang rumah sakit, hari bahkan sangat menyakitkan melihat tubuh kecil itu.
Reihan perlahan menghampiri kimi yang mungkin sedang dalam mimpinya. Setelah begitu jelas reihan melihat wajah kimi, ingin sekali mengecup bibir kecilnya itu, membelai rambut halusnya, memeluknya.
Namun jika mengingat bahwa kapan saja dia akan meninggalkannya, begitu teriris hati reihan. Lalu dengan sangat perlahan reihan mendekatkan wajahnya ke wajah kimi, merasakan setiap hembusan nafas kimi begitu lembut, lalu mengecup keningnya.
"mimpi indah kupu-kupu kecilku" bisiknya lembut ditelinga kimi.
___
Rabu sore reihan tampak duduk bersandar disofa kamarnya, menatap keluar jendela. Dari sepulang sekolah tadi memang reihan tidak berniat untuk melakukan apapun, kecuali melamun.
Sudah beberapa hari ini kimi dirawat dirumah sakit sejak minggu kemarin dan belum diperbolehkan untuk pulang. Apalagi yang bisa reihan lakukan selain menunggu kimi pulang dan bisa bermain dengannya lagi.
Mereka memang bukan anak kecil lagi yang akan bermain petak umpet atau kejar-kejaran seperti dulu meskipun kini ia sangat merindukannya.
Kimi sekarang lebih sensitif, tidak boleh terlalu capek, jalan sampai hah heh hoh saja tidak boleh, bagaimana reihan mau mengajak jalan kimi dengan puas?
"ean bodoh..." ujar seseorang membuat reihan sedikit terlonjak.
Kimi? Batinnya.
Tapi tidak mungkin, kimi kan masih harus dirawat dirumah sakit beberapa hari lagi sampai benar-benar pulih. Mana mungkin sekarang kimi hadir disini untuk memberikannya..."kejutan..." kimi tiba-tiba saja muncul dihadapannya, kaget bukan main reihan. Menatap tidak percaya ke arah perempuan yang sedang tersenyum lebar dihadapannya.
"ean, kenapa nggak jemput aku dirumah sakit? Kamu lupa sama aku? Iih jahat, sekarang ean lebih perhatian sama pacarnya" kimi menghempaskan tubuhnya diranjang empuk reihan.
"bukannya kamu masih harus dirawat beberapa hari lagi?" reihan masih tidak percaya kimi bisa sesehat itu.
"kenapa? Kamu nggak suka aku ada disini? Kamu lebih senang kalau aku dirumah sakit?" ujar kimi mengambil posisi duduk diranjang reihan.
"aku seneng banget kamu udah pulang kupu-kupu kecilku, aku rinduuuu sekaliiii...." reihan melompat keatas ranjang dan menubruk tubuh kimi hingga mereka berada dalam posisi yang paling bahaya.
"ean berat" kimi mencoba menyingkirkan tubuh reihan dari dirinya. Tenaganya memang kecil dibandingkan dengan reihan. Tapi dorongan kecil itu membuat reihan menyingkir kesamping kimi.
Mereka berdua tidur bersebelahan diatas ranjang yang sama.
"bagaimana jika kita beneran menikah, kimi?" celetuk reihan yang langsung mendapat jitakan dari kimi.
"arrgghh" erang reihan sambil mengelus-elus kepalanya. Kecil-kecil kuat juga.
"kimi nggak akan nikah sama ean.."
"loh, kenapa? Kimi kan suka sama ean"
"pede banget, lagian kimi udah suka sama cowok lain"
"siapa? Kok ean nggak tau?"
"ean nggak perlu tau"
"ean harus tau kimi" reihan menatap lekat wajah kimi yang berada dibawahnya. Kini ean mengunci tubuh kimi dengan kedua tangannya, memastikan perempuan ini tidak bisa lolos darinya. Berani-beraninya kimi bilang suka dengan cowok lain?
Kimi berusaha melepaskan dirinya dari tubuh reihan. Menyebalkan sekali laki-laki ini batin kimi. Reihan tidak melepaskan dirinya sampai suara tante pamela mamahnya reihan memanggilnya.
"reihan..."
Reihan langsung berdiri.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
REIHAN [END]
RomanceReihan, cowok tampan berhati lembut jika didekat orang-orang yang dicintainya. Jika sudah singgah jangan lupa baca ya, jangan cuma di scrool doang. Hargai penulis yang udah cape-cape bikin cerita. Happy reading😘