Tok Tok
Seokjin menghentikan tulisannya. Beralih pada pintu kamarnya yang terbuka dan menampakkan sosok sang Ibu yang tersenyum padanya.
"Waktunya makan malam, tampan."
"Eomma, aku punya nama."
"Tapi kau memang tampan, kan?" Ucap sang Ibu dan berlalu begitu saja. Membiarkan pintu kamar pria itu tetap terbuka.
Seokjin menghela napasnya dan memilih membereskan semua pekerjaannya. Beranjak dari duduknya dan keluar dari kamarnya setelah menutup pintunya.
Langkahnya membawanya menuju meja makan. Dimana ada kedua orangtuanya disana dan kini dirinya duduk di kursi yang biasanya ia tempati.
Makan malam di rumah Keluarga Kim sama saja seperti kebanyakan di luar sana. Hening dan tak ada pembicaraan satu sama lain.
"Ah, aku sampai lupa. Hari ini, aku bertemu dengan teman lamaku." Tn. Kim memecah keheningan di antara ketiganya.
"Benarkah?"
"Hmm. Kau masih ingat bukan temanku saat di kampus dulu?"
Ny. Kim nampak berpikir disana. Berusaha untuk mengingat sesuatu dan tersenyum setelahnya ketika mengingatnya.
"Ah, kau bertemu dengannya? Wah, itu pasti menyenangkan."
Sedangkan keduanya masih bercerita, Seokjin tampak tak terlalu mengikuti obrolan kedua orangtuanya. Masih fokus dengan makan malamnya.
"Dan kau, nak." Pria itu mengalihkan pandangannya pada sang Ayah ketika sebuah tepukan kecil ia dapatkan di punggung tangannya. "Kau harus melihat bagaimana wajah putri teman appa itu. Dia benar-benar sangat cantik dan manis. Bahkan kami berniat akan menjodohkan kalian berdua nantinya."
"Appa, jangan bodoh. Itu adalah hal konyol yang pernah aku dengar. Aku bahkan belum pernah bertemu dengannya."
"Kalau begitu, kau ingin bertemu dengannya? Aku bisa mengatur pertemuan kalian."
Seokjin hanya menghela napasnya. "Terserah appa saja."
Sang Ayah nampak tersenyum disana. Memang benar. Mana mungkin putranya itu bisa menolak semua keinginannya?
"Baiklah. Karena kau sudah setuju, appa akan beri tahu dia nantinya. Dan dimana kalian akan bertemu nanti. Kau hanya perlu menjadi tampan saja."
.
.
Drrt...Drrt...
Rose nampak terusik disana, mencari keberadaan ponselnya yang berbunyi cukup keras. Hingga akhirnya ia menemukannya. Mengangkat panggilan itu tanpa melihat siapa yang menelponnya.
"Yeoboseyo?" Suaranya masih terdengar sangat mengantuk mengangkat panggilan itu.
"Ya, Park Rose. Apa yang sebenarnya kau katakan pada Hoseok, huh?"
Rose mengernyit. Berusaha untuk mengumpulkan kesadarannya dan beranjak dari berbaringnya. Menatap pada jam di atas nakas yang menunjukkan pukul 1 pagi.
"Apa maksudmu, Jen? Dan kenapa menelpon di tengah malam begini?"
Terdengar helaan napas disebrang sana. Membuat Rose semakin bingung dibuat oleh Jennie saat ini.
"Hey, semua baik-baik saja, kan?"
"Menurutmu? Sekali lagi aku akan bertanya padamu. Apa yang kau lakukan pada Hoseok, huh?"
Rose mengernyit. "Aku tak melakukan apapun, Jen. Dan sekarang, bisakah kau katakan padaku apa yang terjadi? Hoseok baik-baik saja, kan?"
"Dia baik-baik saja. Hanya saja, dia sekarang sudah terkapar tak berdaya di sofa rumahku. Mabuk dengan hampir 10 botul soju dan terus saja menggumamkan namamu. Mengatakan jika kau tak mengerti perasaannya dan orang paling jahat di dunia ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
fool for love ❌ jinrose
Fanfiction[18+] ✔ Bodoh karena cinta? Bahkan untuk seorang pria yang sempurna seperti Kim Seokjin pun bisa merasakan bodoh karena cinta. ----- ©iamdhilaaa, 2018