Jisoo berdecak kesal ketika seseorang yang ia lihat sebelumnya kini tak lagi berada dalam pandangannya. Padahal, hal pertama yang ia ingin lakukan setelah melihat sosok yang ia kagumi adalah berkenalan dengannya. Tapi sekarang? Bahkan jejak pria itu tak lagi tampak dalam pandangannya.
"Sial. Kenapa dia cepat sekali jalannya? Padahal ini kesempatanku untuk lebih dekat dengannya."
Ia menghela napasnya. Memilih untuk kembali pada Rose. Namun sebelum itu, ia memilih untuk membeli dua minuman kaleng karena dirinya yang saat itu beralasan untuk pergi ke cafetaria. Dan kembali, tatapan dari para mahasiswa disana membuatnya sedikit risih. Memangnya, ada yang salah dengan penampilannya?
Jisoo memilih untuk berjalan dengan cepat menuju taman dimana ia dan Rose terakhir kali berpisah. Namun pandangannya menatap seseorang yang kini berjalan mendekat pada Rose disana. Memilih untuk menyembunyikan dirinya saat ini.
"Mau apa pria itu disana?"
Jisoo masih disana. Menatap pada Seokjin yang duduk di samping Rose yang bahkan bisa ia lihat jika gadis itu terlelap disana.
"Hah, pria itu masih sama seperti dulu. Kenapa dia harus mempermainkan hati gadis malang seperti Rose?"
Hingga kejadian selanjutnya membuat Jisoo terkejut. Tak pernah sekalipun terpikirkan olehnya jika Seokjin akan seberani itu. Mencium Rose yang bahkan gadis itu yakin jika Rose bahkan tak tahu apa yang terjadi padanya ketika terlelap. Jisoo bahkan membungkam mulutnya sendiri agar suara teriakannya tak langsung terdengar.
"Pria itu benar-benar gila."
Dan Jisoo semakin terkejut ketika tatapannya tak sengaja bertemu dengan Seokjin. Sementara pria itu terlihat tenang dan mengarahkan satu telunjuknya di depan bibirnya. Mengisyaratkan pada Jisoo untuk diam. Dan Jisoo yang tak tahu dengan apa yang terjadi padanya sehingga dia hanya mengangguk sebagai jawabannya.
Pria itu menatap pada Rose sekilas, sebelum akhirnya ia berlalu disana. Meninggalkan kedua gadis itu. Yang dimana satu tak tahu apapun, sementara satu orang lagi masih menatap terkejut pada apa yang dilakukan saudara sedarahnya.
.
.
Rose mengerjap. Terbangun dari tidurnya. Bahkan ia baru menyadari jika ia terlelap di taman kampus karena menunggu Jisoo. Dan sedikit terkejut ketika mendapati Jisoo kini telah duduk di sampingnya. Meneguk minumannya dengan cepat.
"Eonni, kenapa tak membangunkanku?" Ucapnya sembari melepas kedua earphone yang ia gunakan sebelumnya.
"Kau terlihat lelah. Jadi aku tak tega untuk membangunkanmu. Kau bahkan tak sadar jika Seokjin menciummu."
Rose hanya mengangguk setelahnya. Melirik pada jam di tangannya dan menghela napasnya.
"Wae?"
"Aku melewatkan kelasku, eonni."
"Benarkah? Maaf, Rose. Aku tak tahu jika kau masih memiliki kelas. Bagaimana ini? Apa kau akan dihukum? Atau nilaimu akan dikurangi? Atau malah kau tak akan diluluskan?"
Rose hanya tersenyum tipis mendengarnya. Mendengar nada panik yang dikeluarkan Jisoo.
"Tidak apa, eonni. Aku juga tak terlalu menyukai dosen yang mengajar mata pelajaran itu. Dia begitu membosankan."
Jisoo tidak lagi berbicara. Memilih menegak kembali minumannya. Pun memberikan kaleng minuman lain pada Rose yang sebelumnya ia beli. Sementara Rose memilih untuk mengambil kaleng itu. Mengucapkan terima kasih setelahnya.
"Ya, apa kau mau menikah dengan Seokjin?"
Rose hampir saja tersedak oleh pertanyaan Jisoo. Menatap pada gadis yang lebih tua darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
fool for love ❌ jinrose
Fanfiction[18+] ✔ Bodoh karena cinta? Bahkan untuk seorang pria yang sempurna seperti Kim Seokjin pun bisa merasakan bodoh karena cinta. ----- ©iamdhilaaa, 2018