Keadaan panik menyelimuti dirinya saat ini. Bahkan kini penampilannya bisa dikatakan tak baik. Menunggu dengan cemasnya di ruang tunggu sebuah rumah sakit itu. Pikirannya semakin kacau karena kembali mengingat kejadian beberapa jam lalu yang membuatnya terkejut.
Ceklek
Ketiga orang yang berada di ruang tunggu itu mengalihkan pandangan mereka ketika mendengar suara pintu terbuka. Menampakkan sang Dokter disana dan membuat kedua orangtua Jennie menghampiri sang Dokter.
"Bagaimana keadaan putriku?"
"Putri anda baik-baik saja. Beruntung karena kalian semua dengan cepat membawanya kemari."
Helaan napas itu keluar begitu saja dari kedua orangtua Jennie ketika mendengar itu semua. Tak terkecuali Hoseok disana yang masih duduk di tempatnya.
"Boleh kami menemuinya?"
"Tentu saja. Kalian bisa bertemu dengannya. Kalau begitu, saya permisi."
Sang Dokter berlalu. Pun dengan kedua orangtua Jennie yang kini beranjak untuk masuk ke dalam. Namun langkah Ny. Kim terhenti. Menatap pada Hoseok disana yang menundukkan kepalanya. Mungkin pria itu juga merasakan kelegaan yang sama seperti apa yang ia rasakan.
"Kau tak mau ikut masuk?"
Hoseok mendongak. Hanya untuk menatap pada Ny. Kim disana yang menatapnya.
"Tidak apa. Mungkin Jennie akan lebih senang jika dia melihatmu daripada melihat kami berdua."
"Tidak perlu. Aku bisa menemuinya nanti."
"Masuklah, nak."
Suara Tn. Kim disana yang begitu tenang membuat Hoseok beralih menatap padanya.
"Ibunya Jennie benar. Mungkin dia akan lebih senang jika dia melihatmu daripada kami."
Hoseok masih diam disana. Namun akhirnya dirinya mengangguk. Dengan perlahan berdiri dari duduknya dan memberikan senyum tipisnya. Setidaknya, kini ia bisa membuat kedua orangtua Jennie sedikit menerima dirinya di kehidupan Jennie.
Saat Hoseok masuk ke dalam ruangan itu, ia bisa melihat bagaimana gadis yang menjadi kekasihnya itu kini tengah berbaring membelakanginya. Dan sekali lagi, ia melirik pada kedua orangtua Jennie disana. Dan seolah mengerti, Ny. Kim hanya mengangguk sekali. Memberikan ijinnya pada Hoseok.
Pandangan pria itu kembali berbalik. Kini kembali menambah langkahnya untuk mendekat pada Jennie disana. Hoseok memilih untuk menduduki sisi kosong tempat tidur yang gadis itu sedang tempati.
"Pergi. Aku tak mau bertemu siapapun."
"Bahkan denganku?"
Jennie terdiam. Mendengar suara yang begitu ia rindukan. Oh, bahkan hingga saat ini. Ia mengingatnya sekarang. Saat dirinya berada dalam keadaan hampir tak sadarkan diri karena aksi nekatnya, pandangan dan pendengarannya melihat bagaimana raut wajah panik dan suara pria itu ketika memanggilnya. Jennie bahkan menganggap itu semua adalah mimpi baginya.
"Baiklah kalau begitu. Kau memang sepertinya tak ingin bertemu siapapun."
Dan Jennie akhirnya berbalik. Sembari menahan Hoseok yang sudah akan beranjak. Membuat pergerakan pria itu terhenti setelahnya. Melirik pada pergelangan milik Jennie yang masih terbalut perbannya. Tentu saja. Hoseok masih mengingatnya. Melihat Jennie dengan nekatnya berusaha untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Dan melihat tubuh gadis itu terkapar dihadapannya adalah sebuah hal yang tak akan pernah ia lupakan.
Hoseok memilih untuk kembali ke tempatnya. Kini kedua tangannya menggenggam dengan erat milik Jennie. Membuat airmata gadis itu jatuh begitu saja bahkan tanpa ia perintah sekalipun.
KAMU SEDANG MEMBACA
fool for love ❌ jinrose
Fanfiction[18+] ✔ Bodoh karena cinta? Bahkan untuk seorang pria yang sempurna seperti Kim Seokjin pun bisa merasakan bodoh karena cinta. ----- ©iamdhilaaa, 2018