21

1.9K 261 13
                                    

Kedua mata gadis itu belum juga tertutup. Masih menatap pada sebuah kalung yang menggantung dengan indahnya pada lehernya.

Rose tak tahu apa yang Seokjin sebenarnya pikirkan tentangnya. Pria itu terlalu susah untuk ditebak. Terkadang mengabaikannya seperti orang yang tak dikenal, lalu terkadang pula memperlakukannya seperti seseorang yang paling istimewa. Contohnya? Ya, seperti ini. Memberikannya sebuah kalung.

Sepertinya, Rose harus cukup tegas terhadap semua tingkah Seokjin yang membuatnya bingung. Ia tak bisa terus dipermainkan seperti ini. Jadi yang ia lakukan selanjutnya adalah beranjak dari berbaringnya. Dengan sangat pelan tentu saja agar tak membangunkan Jisoo disampingnya yang sudah terlelap.

Rose tak perduli jika waktu sudah menunjukkan malam hari. Atau ia bisa gila hanya karena memikirkan semua hal ini.

Dan disinilah dirinya sekarang. Di depan kamar milik pria yang selalu berada dalam pikirannya. Tangannya sudah beranjak akan mengetuk pintu dihadapannya. Namun dirinya terkejut ketika dengan cepat pintu kamar dihadapannya terbuka.

Keterkejutan gadis itu bertambah ketika melihat Seokjin dihadapannya saat ini. Bukan karena dirinya yang ketahuan berada dihadapan pria itu. Namun melihat wajah pucat itu benar-benar membuatnya khawatir. Dan pikiran Rose hanya satu saat ini. Pria itu dalam keadaan yang tak baik.

Rose bahkan dengan cepat menangkap tubuh pria itu ketika ia akan jatuh. Membuat gadis itu tak punya pilihan lain selain menuntun tubuh Seokjin untuk masuk kembali ke dalam kamarnya. Membaringkan pria itu secara perlahan di atas tempat tidurnya.

Lihatlah bagaimana pucatnya wajah pria itu. Lalu titik-titik peluh yang menghiasi wajahnya. Rose bahkan bisa merasakan bagaimana suhu tubuh pria itu yang hangat ketika ia membawa tubuh Seokjin sebelumnya.

"H-Hey, ada apa denganmu?"

Rose mendekat. Dengan berani dirinya mengambil salah satu tangan Seokjin. Menggenggamnya untuk setidaknya menyalurkan kehangatan tubuhnya pada tubuh pria itu. Dan Rose sedikit terkesiap ketika Seokjin membalas tautan tangannya. Bahkan lebih erat dari sebelumnya.

Sekarang apa? Rose tak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia terlalu panik ketika melihat pria itu menggigil. Membangunkan Jisoo? Itu tidak mungkin. Ia tak mau merepotkan gadis itu yang sudah terlelap. Tapi Rose tak punya pilihan lain selain meminta tolong pada Jisoo

"K-Kau tunggu disini. A-Aku akan panggilkan Jisoo eonni."

Rose berusaha untuk melepaskan tautan tangan mereka. Namun Seokjin menahannya. Perlahan membuka matanya dan menggeleng sebagai jawabannya. Jika ia tak menginginkan Rose untuk memanggil Jisoo.

"Jangan panggil dia."

"Tapi kenapa?"

"Bisa bantu aku?"

Rose mengangguk dengan cepat. "Tentu saja."

"Di dalam rak dapur paling ujung, ada sebuah botol obat. Bawakan itu untukku."

Rose hanya mengangguk. Lalu beranjak dengan cepat menuju dapur. Membuka rak di dapur yang paling ujung seperti yang Seokjin katakan. Dan Rose mendapatkannya. Sebotol obat yang memang satu-satunya yang ada disana.

Gadis itu tak membutuhkan waktu lama. Membawa botol obat itu beserta segelas air menuju kamar Seokjin kembali. Menemukan pria itu masih dalam keadaan yang sama.

"I-Ini."

Rose menyodorkan botol obat itu. Pun dengan cepat pula Seokjin mengambilnya. Meminum satu dengan Rose yang kembali menyodorkan gelas air yang ia bawa sebelumnya.

Helaan napas lega Seokjin keluarkan begitu saja ketika ia selesai meneguk air yang Rose sodorkan sebelumnya padanya. Pun sama halnya dengan Rose. Melihat Seokjin yang kini sudah bisa menetralkan dirinya setelah meminum obat yang Rose bahkan tak tahu apa fungsi obat itu. Tapi setidaknya, kondisi Seokjin lebih baik dari sebelumnya.

fool for love ❌ jinroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang