EPILOG

3.5K 303 13
                                    

Terima kasih kepada kalian semua yang sudah membaca cerita hingga part ini. Aku tak bisa mengucapkan apapun selain daripada itu. Jika bukan kalian, cerita ini mungkin gak bakal ada dan mempunyai ending.

Maaf jika mengecewakan. Silahkan menikmati epilognya.

.

.

Gadis itu menatap pada sebuah rumah yang ada dihadapannya. Mengangumi bagaimana begitu besarnya rumah dihadapannya saat ini.

"Kenapa kau masih disini? Ayo masuk."

Rose terkesiap dari lamunannya. Melirik pada tautan tangannya pada Seokjin saat ini. Gadis itu masih tak menyangka, jika pria itu telah menjadi miliknya.

Ya. Miliknya.

Penantiannya ternyata menghasilkan sebuah hasil. Dan gadis itu hanya diam saja ketika Seokjin kini menariknya bersamanya untuk masuk ke dalam rumah dihadapan mereka.

"Ini rumah milik siapa?"

"Ini Villa milik kedua orangtuaku yang ada di Jeju. Kita akan tinggal disini selama beberapa hari."

Rose hanya mengangguk sebagai jawabannya. Lalu pandangannya terhenti pada seorang wanita paruh baya yang menyambut mereka di villa itu. Tersenyum penuh keibuan pada keduanya.

"Selamat datang, Tuan. Dan selamat juga atas pernikahan anda."

Rose melirik pada Seokjin. Dan seperti mengerti apa maksud tatapan itu, Seokjin hanya tersenyum setelahnya.

"Dia bibi Kang. Yang menjaga dan merawat villa disini."

"Ah, begitu." Lalu pandangannya beralih kembali pada Bibi Kang. Membungkuk sebagai sapaannya pada wanita itu.

"Anda pasti istri Tuan Seokjin. Senang bertemu dengan anda, Nona."

Rose hanya tersenyum sebagai jawabannya. Masih sedikit asing dengan sebutan istri pada dirinya. Tapi ia harus terbiasa, bukan? Karena memang dirinya adalah seorang istri sekarang.

"Mari Tuan, Nona. Saya sudah menyiapkan semuanya sesuai perintah dari Tuan Besar."

.

.

Rose menatap kembali pada penampilannya. Dan tersenyum setelahnya ketika merasa dirinya sudah selesai. Pandangannya terhenti pada pintu balkon di kamarnya. Langkahnya memilih untuk mendekat dan membuka pintu dengan lebarnya. Dan hembusan angin menyapa dirinya ketika ia melangkahkan kembali kakinya.

Kedua tangannya memegang pada pembatas balkon disana. Tak jauh dari villa yang sedang ia tempati saat ini, ia bisa melihat bagaimana hamparan pantai yang begitu indah. Bahkan Rose bisa merasakan bagaimana angin pantai itu kini menerpa wajahnya. Membuatnya memilih untuk menutup matanya dan merasakan angin itu menerbangkan beberapa helaian rambutnya saat ini.

Rose terkesiap ketika sebuah pelukan ia rasakan saat ini. Lalu dibarengi dengan sebuah ciuman pada puncuk kepalanya.

"Aku menunggumu. Tapi kau malah disini."

"Maafkan aku."

Tak ada lagi yang berbicara di antara keduanya. Memilih untuk menikmati waktu keduanya saat ini.

"Sunbae--"

"Kau masih akan memanggilku seperti itu?"

Rose menggigit bibirnya. "Lalu, aku harus memanggilmu dengan apa?"

"Entahlah. Itu terserah padamu bagaimana ingin memanggilku."

"Hmm, Oppa?"

Seokjin nampak diam sejenak. Sebelum akhirnya mengangguk sebagai jawabannya. "Itu terdengar bagus."

Lagi. Tak ada yang berbicara di antara keduanya. Posisi keduanya juga sama. Masih dengan Seokjin yang memeluk Rose saat ini.

"Aku masih tak percaya. Aku bisa berada disini. Di posisi ini. Berada dalam pelukanmu. Aku bahkan masih mengingat, bagaimana pertama kalinya aku melihatmu. Lalu mulai menulis diary-ku tentangmu pertama kalinya.

Lalu saat aku memberanikan diriku untuk menyatakan perasaanku padamu. Saat kau menolakku juga. Aku masih mengingatnya. Hanya masih tak percaya, jika aku bisa disini sekarang bersamamu."

Rose melirik pada tautan tangan keduanya. Memainkan jari-jemari milik pria itu.

"Aku bahkan juga tak percaya, jika aku bisa menyentuh dirimu sedekat ini."

Seokjin semakin mengeratkan pelukannya. Kini tak lagi ragu untuk menyandarkan dirinya pada bahu milik Rose.

Gadis itu sempat menahan napasnya karena pelukan dan perlakuan pria itu padanya. Melirik sekilas pada Seokjin disana dan mendekat untuk mendaratkan sebuah ciuman di pipinya. Membuat Seokjin menutup matanya ketika dia menerima ciuman Rose di pipinya.

Hening kembali. Kini Seokjin kembali mengalihkan pandangannya pada Rose. Menikmati petang disana dimana matahari mulai tenggelam disana.

Rose sedikit terkejut ketika sebuah sentuhan ia terima di pipinya. Menyuruhnya untuk menatap pada seseorang yang menyentuh pipinya.

Wajah itu semakin mendekat dan Rose memilih untuk menutup matanya. Dan selanjutnya, ia bisa merasakan sebuah bibir kini tengah berada di atasnya. Tak perlu tahu siapa yang melakukannya. Dirinya hanya begitu pasrah mengikuti pria itu saat ini. Membiarkan pria itu menghabisi area bibirnya dengan dirinya yang membalas ciuman itu.

"Mmhh..."

Gadis itu terkesiap. Ketika tubuhnya diangkat begitu saja dengan mudahnya. Jantungnya kini berdegup dengan cepat. Tidak. Ini bahkan lebih mendebarkan dari saat pernikahannya kemarin.

"A-Apa kita akan melakukannya?"

Pertanyaan bodoh. Apa Rose harus bertanya disaat posisinya bahkan sudah terlihat sangat pasrah dibawah Seokjin saat ini? Bahkan pria itu harus menahan tawanya ketika menatap pada wajah gadis itu saat ini.

"Apa kau ingin?"

"Bukan begitu. Hanya saja, aku masih ingin menyiapkan beberapa hal sebelum melakukannya."

"Maksudmu?"

"Kau tahu? Ini sangat penting bagi para wanita."

"Tidak perlu. Aku tak bisa menunggu dirimu lagi."

Dan Seokjin mendekap tubuh Rose. Mempertemukan kembali bibir keduanya dimana Rose membalasnya. Tak ada perlawanan. Hanya menerima semuanya begitu saja.

Satu persatu pakaian itu terlepas dari tubuh mereka. Masih dengan tubuh yang saling mendekap dan ciuman-ciuman singkat sebagai pembakar gairah keduanya kembali.

"Kau percaya padaku?"

Rose tahu ini saatnya baginya untuk dimiliki. Dan hanya sebuah anggukan yang ia berikan untuk Seokjin. Pria itu tersenyum. Kembali mempertemukan bibir keduanya.

Dan malam itu, tak akan pernah terlupakan bagi Rose. Karena malam itu, adalah sebuah awal baginya. Ya, awal baginya untuk menjalani kehidupannya selanjutnya. Tentunya ia tak akan sendiri. Ataupun bersama Ayahnya yang selalu bersamanya.

Kim Seokjin.

Ya, pria itu. Pria yang membuatnya melakukan apapun agar bisa bersamanya. Pria yang membuatnya bodoh hanya karena sebuah cinta.


--The End--

fool for love ❌ jinroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang