Perkenalkan nama saya Muhammad Hamzah AL Farisi, tapi biasa dipanggil Ahmed. Ga nyambung ya? Hehe. Panggilan itu diberikan oleh Almarhum kake saya di Lembang. Umurku menginjak 19 tahun, saya lulus SMA pada tahun 2015.
Perawakanku tinggi, berambut ikal, kulit coklat dan postur badanku kekar. Kalo wajah sih ga jelek-jelek banget, lumayan lah. Sekali lirik langsung caw.Di SMA kehidupanku sangat brutal, tiada hari tanpa permusuhan dan perkelahian. Dari menyimpan dendam, perang antar geng, duel dengan preman sekolah lain, dan berkelahi karena sepak bola. Hingga namaku lebih dikenal Ahmed Codet.
Sifat buruk itu sangat banyak merugikan orang lain, dan yang terparah saudaraku meninggal kecelakaan motor karena diburu-buru saya saat berjanjian akan bermain futsal. Saya ini memang tempramental dan tidak sabaran. Jadi gampang kesel kalo nunggu orang yang lelet.
Penyesalan terus terbayang dalam kepalaku, hari demi hari saya terus bedoa untuk dia. Hingga akhirnya saya sadar bahwa sifat seperti itu tidak ada gunanya sama sekali. Oleh karena itu, saya ingin berhenti menjadi seorang petarung dan hidup tenang tanpa musuh.
Setelah lulus SMA, saya melanjutkan studi ke jenjang kuliah S1 di salah satu kampus di sekitar Bandung. Saya mengambil jurusan olahraga.
Lingkungan kuliahku ini sangat keras, kental dengan senioritasnya dan sudah sangat biasa bila ada yang berkelahi. Bahkan orang yang jago berantem akan lebih dihormati dan disegani disana.
Di jurusanku, kita mahasiswa baru di didik agar mempunyai rasa kekeluargaan dan kekompakan yang tinggi. Mulai dari gaya rambut yang harus botak semua selama dua semester, menggunakan pakaian kemeja kotak-kotak dan celana katun.
Hebatnya, bila ada satu teman kita yang tersentuh. SEMUA HARUS TURUN MEMBANTU!!
Hampir semua teman angkatanku memiliki jiwa petarung. Banyak diantara mereka anggota gengster, dulunya anak STM yang suka tawuran dll. Beberapa senior di kampusku juga senang mengganggu, melonco, nantang berkelahi, bahkan sampai main kekerasan bila kita berbuat salah. Itulah yang membuatku kesulitan merubah sikap dan bertahan pada pendirian untuk berhenti berkelahi.
Hingga akhirnya datang pilihan yang sulit, antara membantu teman atau bertahan pada pendirianku.
Teman baru... Lingkungan baru... Tantangan baru!
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay On My Way
Non-Fiction(Serial kedua dari Cinta, Sepak Bola dan Persahabatan) Berdasarkan kisah nyata penulis saat di bangku kuliah semester awal. Catatan remaja bernama Ahmed setelah lulus SMA. Ia mencoba menahan diri untuk tidak kembali ke jalan hidup seperti masa SMA...