Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya datang Bapa Dekan. Dia sudah tua, rambutnya putih, dan menggunakan jas berwarna coklat. Lalu dia duduk di kursinya berhadapan dengan kita.
"Nama saya Deri, saya sebagai Dekan di fakultas ini. Apa keperluan kalian datang kesini?" tanya Pak Deri
"Kami nyari orang, Rando namanya Pak" balas Panji
Dia mengangguk perlahan "Baik, tapi kenapa kalian malah berkelahi dengan yang lain? beda orang ini"
"Ada salah paham Pak" ujar saya "Tadi ada insiden kecil, saya ga sengaja nambrak mobil, yang punya mobil marah, terus lapor ke pacarnya... Akhirnya rame"
"Jadi, beda masalah sebenarnya keributan yang tadi?"
Kami berdua mengangguk.
"Jadi gimana Pak? Mau kasih info tentang si Rando?" tanya saya
Tiba-tiba terdengar suara pintu dibuka, kita berbalik ternyata orang yang berbaju merah ati, dialah orang pertama yang memukul dan mengakibatkan pertempuran ini. Dia masuk dengan pacarnya yang berbaju pink dan dua orang laki-laki senior kampus ini.
Segera saya berbisik pada Panji "Ji, pokonya kita jangan banyak omong... Kalo mereka ngaco, baru protes"
"Oke Med"
Lalu mereka semua berdiri di samping Dekan menghadap kita semua.
"Kalian yang berurusan sama dua anak ini?" tanya Pak Deri pada mereka
"Iya Pak, mereka berdua yang cari gara-gara duluan" jawab si cewe "Tadi mereka cekik beberapa mahasiswa buat nanya orang, terus gatau kenapa mereka tiba-tiba nabrak mobil saya... Tapi mereka gamau ganti rugi, malah ngomong kasar ke saya" lanjutnya
Saya dan Panji hanya tersenyum tengil.
"Benar itu?" tanya Pak Deri
"Benar Pak" jawab saya "Lagian mereka juga yang mukul duluan sampe akhirnya berantem, logika aja lah, masa kita mau diem kalo ada temen dipukul? Temen saya ngomong kasar ya wajar karena ga salah, tapi dituduh sama kalian"
"Yaudah, saya juga berarti wajar dong mukul karena pacar dikatain?" sela si cowo berbaju merah ati
"Iya! tapi masih ada cara lain kan?!" jawab Panji "Gaperlu sampe mukul duluan juga lah! Masih bisa ngobrol baik baik!... Pokonya, saya ga terima!" bentaknya sambil menunjuk
"HEH!!" teriak si cowo itu
Panji terdiam.
"Kamu punya sopan santun ga? Ini ruangan Dekan loh, ruangan orang yang kita hormati... Kamu gabisa pake nada yang lebih tenang?"
Panji semakin terdiam. Lalu saya injak kakinya mengisyaratkan untuk tenang. Saya punya cara jitu supaya mereka malu disini. Lihat saja.
"Udah-udah" sela Pak Deri "Kalo gini terus gabakal selesai, intinya ini cuman salah paham kan? Kalian maafan aja, gausah saling menyalahkan lagi. Dua-duanya udah dirugikan, jadi gaperlu di perpanjang lagi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay On My Way
No Ficción(Serial kedua dari Cinta, Sepak Bola dan Persahabatan) Berdasarkan kisah nyata penulis saat di bangku kuliah semester awal. Catatan remaja bernama Ahmed setelah lulus SMA. Ia mencoba menahan diri untuk tidak kembali ke jalan hidup seperti masa SMA...