Keesokan harinya setelah kejadian Reinhard di tampar dosen...
Kita berkuliah Bahasa Indonesia di pagi hari. Dosennya laki-laki, berbadan gemuk dan berkacamata. Dia terlihat baik sekali, dari semua kuliah cuman dosen ini doang yang tidak galak. Ya karena dia bukan dosen jurusan olahraga, dia itu dosen fakultas lain.
Setelah hampir dua jam kita berkuliah. Tiba-tiba terlihat banyak sekali senior yang menunggu di depan pintu. Mereka semua terlihat mengenakan pakaian serba hitam dari kaca dipinggir pintu coklat itu.
Wajah mereka semua terlihat marah. Mereka itu senior yang mengospek kita, angkatan 2013. Karena kita angkatan 2015. Yang mengospek itu angkatan yang beda dua tahun.
Kemudian dosen melihat mereka "Ahmed, ada apa ya itu?" tanya dosen pada saya
"Biasa Pa, mau pada so jago" jawab saya
"Udah deh... Bapa beres aja ya kuliah buat sekarang, silahkan urus dulu urusan kalian. Lagian tinggal lima menit lagi kan"
Kemudian dosen membereskan buku-bukunya yang ada di meja, memasukan ke tas dan segera pergi.
"Terimakasih untuk hari ini, Assalamualaikum" ujar dosen itu sambil keluar
Seperti yang kita semua perkirakan, senior-senior yang diam di depan itu langsung masuk semua. Kurang lebih jumlahnya 20 orang. Mereka semua memenuhi depan kelas. Sebagian juga ada yang diam dibelakang. Otomatis ini membuat suasana mencekam. Kita semua terdiam melihat senior.
Terlihat ada kang Dudi, yang waktu ospek pertama dia mengincar saya. Dia masih terlihat sangar dengan rambut cepak dan badannya kekar yang dibalut dengan jaket hitam.
Kemudian dia melangkah ke depan kita semua, melihat kanan kiri kearah kita dengan perlahan, sambil tangannya memegang pinggang "Ini... Udah semuanya?" tanya Kang Dudi
"Belum, Kang... Yang kelas A lagi kuliah di kelas sebelah" balas salah satu wanita
"Jam berapa selesainya?"
"Sebentar lagi, Kang"
Kemudian, terlihat gerombolan kelas A yang bubaran dari kelas sebelah. Dengan segera senior yang ada di dekat pintu menyuruh mereka semua masuk. Satu per satu masuk mulai masuk ke kelas hingga penuh berdesakan. Untungnya kursi pas tidak ada yang duduk di bawah.
Secara kebetulan si Devi cewe paling cantik di angkatan kita, sepertinya dia berencana duduk di dekatku, karena ada bangku kosong di sebelah saya.
Dia berjalan perlahan dengan anggunnya, rambutnya terurai panjang sampai punggung, dia menggunakan kemeja kotak-kotak warna biru. Kemudian sampailah dia sampingku.
"Boleh ikut, duduk?" tanya Devi
"Emmm... Yasok, boleh hehehe" balas saya
Diapun duduk disebelah kananku. Kita duduk di barisan tengah kelas. Saya jadi sedikit geer nih. Beberapa laki-laki dibelakangku terlihat iri dan mengejek-ngejek. Salah satunya Panji. Dia duduk dibelakangku.
"Ambil Med! Ambil! Hahaha" ujar Panji
"Ambil-ambil we! Emangna naon" balas saya (emangnya apa)
Wajah Devi terlihat risih dengan kelakuan temanku yang dibelakang, karena dia belum kenal semua katanya.
Kemudian Kang Dudi mulai berbicara lagi "Udah semua kan?!" tanya dia dengan nadanya mulai naik
"Sudah... Kang" balas salah satu wanita
Kang dudi melihat ke arah kita semua, dari ujung kanan sampai ujung kiri. Dia seperti mencari-cari seseorang dengan wajah garangnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Stay On My Way
Non-Fiction(Serial kedua dari Cinta, Sepak Bola dan Persahabatan) Berdasarkan kisah nyata penulis saat di bangku kuliah semester awal. Catatan remaja bernama Ahmed setelah lulus SMA. Ia mencoba menahan diri untuk tidak kembali ke jalan hidup seperti masa SMA...