13. Libur Semester

102 5 0
                                    

Tidak terasa saya sudah berkuliah selama satu semester. Akhirnya libur telah tiba, kurang lebih hanya dua minggu. Banyak dari kita yang pulang kampung ke rumahnya masing-masing, ada yang keluar kota, keluar desa,  bahkan keluar pulau.

Hari-hari terasa sepi, bahkan berasa hambar karena biasa setiap hari kuliah bareng, cape bareng dan sakit bareng. Sekarang terasa garing karena mereka semua pulang.

Karena bosan, saya berencana jogging ke stadion kampus. Berangkatlah saya di Minggu pagi sekitar pukul 06.30. Menggunakan baju putih, celana hitam dan sepatu merah. Cuaca sedang sejuk pagi ini, matahari belum terlalu panas.

Setelah beberapa lama berjalan dari rumah ke stadion, sampailah saya disana. Lumayan banyak orang disini, karena memang kalo hari libur stadion penuh dengan orang yang olahraga. Tapi kalo dilihat-lihat, lebih banyak yang olahraga pencitraan, alias sekedar foto-foto, snapgram untuk update status. Padahal larinya engga. Kebanyakan yang begitu ibu-ibu atau cewe-cewe gemes.

Tidak terasa saya sudah lari tujuh putaran, lumayan lelah juga. Sayapun beristirahat duduk di pinggir trek lari. Setelah beberapa lama beristirahat saya pergi beli minum ke kantin di stadion ini, kemudian duduk di tribun trek lari ini. Sambil duduk saya melihat orang-orang yang sedang lari, berpacaran, olahraga pencitraan, dan beberapa orang tua menuntun anak-anaknya. Tentram sekali suasana disini, ditambah suara kicauan burung dari pohon-pohon di sekeliling stadion.

Tiba-tiba datang enam orang laki-laki. Mereka naik ke atas tribun juga, hampir semua dari mereka langsung melihat ke arahku. Tatapan mereka seperti berniat jahat. Beberapa dari mereka wajahnya tidak asing karena sering lihat di kampus. Rambut mereka juga tidak botak, kayanya sih mereka senior.

Salah satu dari mereka yang berbaju hitam tiba-tiba memanggilku "Heh botak!"

Saya tidak menjawab hanya terus melihat mereka. Saya juga tidak merasa tersinggung, ya karena saya memang botak. Jadi santai aja.

Wajah mereka semua terlihat kesal karena tidak dijawab olehku. Kemudian mereka mendekat dan duduk di sebelahku. Satu orang berbaju hitam langsung berdiri di hadapanku. Saya mencoba  bersikap santai saja walaupun mereka mengelilingiku.

"Punya telinga ga kamu?" tanya senior berbaju hitam

"Punya kang, nih ada dua" jawab saya sambil memegang kedua telinga

Dia tersenyum kesal "Belagu juga nih junior, orang mana kamu?"

Saya tidak menjawab hanya melihat wajahnya yang mulai kekesalan. Tangannya tiba-tiba mengepal, sepertinya dia berniat menamparku. Saya juga mendadak kesal karena mereka mengganggu saya yang sedang santai sendiri.

"Ahh lama!" sela senior di sebelahku yang berbaju kuning. "Udah nih beliin kita rokok sana! satu bungkus, sama air botol enam" ujar dia sambil menyodorkan uang 5 ribu. Gila ga tuh, ngasih uang 5 ribu tapi nyuruh beli segitu banyak. Mana cukup.

Saya tersenyum kecil "Gamau, saya bukan perokok kang... lagian mana cukup uangnya"

"Wahhh nih bocah belagu banget!" mereka semua mendadak semakin mendekat padaku

"Emang, kalo saya gamau bakal di apain?" tanya saya

Mereka ber enam langsung berdiri di hadapanku. Sepertinya mereka semakin kesal mendengar ucapanku. Tapi jangan salah, saya juga sama kesalnya. Ngapain coba mereka dateng-dateng langsung ganggu gajelas terus nyuruh beli rokok. Mau so jagoan kali ya.

"Ehh loe botak! mending nurut aja, nyari masalah sama kita?!" ujar senior baju kuning

"Polontong kieu budak!" sela senior baju hitam, dia langsung menggenggam kerah bajuku hingga saya berdiri. (Belagu gini bocah!) 

Stay On My WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang