15. Sumbu Pendek

77 3 0
                                    

Hari demi hari kekompakan kita terus di tingkatkan, dari perkuliahan, acara ospek rutin tiap minggu, nongkrong bareng, nugas bareng, hampir semua kita lakukan bersama-sama. Tak terasa rutinitas itu sudah berjalan selama lima bulan, sedikit demi sedikit kekompakan kita mulai terbentuk. 

Saya mulai merasa hal yang lebih sekedar dari teman, kita semua saling membantu satu sama lain. Terutama Reinhard dan Jefry, mereka teman terdekatku di jurusan. Saya sering sekali menginap di kosannya yang sempit itu, sampe nyempil bertiga di kasurnya yang kecil. Tapi mereka tidak keberatan, ya karena mereka juga merasa asik berteman dengan saya. Walaupun kita ini pemalas dalam tugas dan perkuliahan, tapi di sisi lain kita saling mengingatkan dalam kebaikan. Sikap toleransi mereka sangat tinggi. Walaupun berbeda Agama, mereka selalu mengingatkan saya untuk beribadah. 

Banyak sekali kejadian berkelahi angkatan kita, mulai dari melawan senior, berkelahi saat turnamen futsal, membela teman yang di plonco senior gaada otak. Untungnya saya selalu bisa menahan diri dan tidak terpancing emosi, walaupun setelah itu saya dimarahi teman, bahkan diejek tidak kompak. Sakit hati dikatakan begitu, tapi ya mau gimana lagi. Saya tidak mau kembali menjadi Ahmed yang dulu lagi. Tapi disisi lain, saya sedikit merasa bersalah karena jarang membantu teman saat ada masalah, terutama yang berujung perkelahian.

Setelah lima bulan lamanya kita di didik oleh senior, pikiranku mulai terbuka. Ternyata mereka itu tidak ada sama sekali niat menyiksa, melonco, mempermalukan kita sebagai juniornya. Bahkan mereka selalu siap siaga membantu kita saat terjadi perkelahian dalam keadaan benar atau salah. Dan apapun yang dilakukan dan diberikan mereka pada kita, banyak sekali manfaatnya. Mulai dari keberanian, rasa kebersamaan maupun rasa hormat pada yang lebih tua.

Para senior juga mengatakan, mereka tidak pernah merasa ingin di hargai, atau dihormati, hanya saja ya begini aturannya. Mereka yang dua tahun lebih tua, mau tidak mau harus mendidik kita. Mendidik dalam artian mengarahkan bagaimana cara berkuliah yang baik, bersikap yang baik pada semua, bagaimana menghadapi dosen, dan lain-lain. Hal-hal seperti itu tidak akan kami dapatkan apabila hanya dengan berkuliah. Tentu saja itu membuat kita sangat beruntung karena ada yang mengarahkan.

Soal ada yang bersikap keras, kasar, bahkan main hajar. Itu harus kita wajarkan. Ya karena pada dasarnya mendidik sikap itu perlu tekanan. Tanpa tekanan, omongan siapapun tidak akan didengar. 

Karena kita perlu rasa segan untuk menjadi panutan. 

Itulah sebabnya beberapa dari mereka harus ada yang disegani. Bahkan terlihat sangar, agar arahan mereka akan kita lakukan.

Anda setuju? setuju ajalah!

***

Setelah seharian saya melaksanakan UAS teori di kampus. Seperti biasa saya nongkrong di kosan Jefry dan Reinhard. Kita bertiga duduk di kasur sambil menonton Youtube Chandra Liow di laptop. Video-videonya lucu, kreatif dan tentu saja menghibur.

"Keren ya mereka" ujar Jefry

"Iya, lucu videonya" balas saya

"Berkarnya gitu kayanya enak, bebas gitu, mau bikin apapun terserah dia. Beda sama kita kalo misal jadi pekerja, masih nurut sama atasan"

Kita bertiga kembali menonton videonya sambil tertawa-tawa. Terlihat Jefry menunduk terus seperti memikirkan sesuatu. Setelah beberapa lama Jefry tiba-tiba berdiri sambil mengatakan "Gue pengen jadi Youtuber ahh"

Otomatis saya dan Reinhard tertawa.  Tapi Jefry tidak sedikitpun tertawa, dia tetap memasang wajah seriusnya.

"Wahh serius, Jep?" tanya saya

"Iya" balas dia

"Emang nih bocah ada-ada aja! Keren lah!" ujar Reinhard

"Hahaha pastinya!"

Stay On My WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang