Keping

89 7 1
                                    

Kutatap kembali kepingan itu
Kepingan-kepingan yang masih berserakan
Belum sempat aku bereskan
Belum sempat aku tata kembali

Mirisnya lagi
Aku tak tau harus kuapakan kepingan itu
Pecahannya dapat melukaiku ketika kusentuh
Sakitnya menusuk
Lukanya tak terlihat tapi efek dari luka itu membuat hatiku berdenyut nyeri
Nyeri yang menggila dan menggerogoti sebagian kewarasanku

Semula, selalu dan selalu kuabaikan
Kepingan demi kepingan yang berserakan
Tapi semakin kuabaikan
Nyatanya kepingan itu perlu diperhatikan
Perlu dibereskan dan ditata ulang

Ini menyebalkan, mengingat aku tak pernah mau melakukan hal bodoh semacam ini
Ku paksakan diri untuk bangun
Dari sebuah mimpi yang ku rancang indah
Ku coba berjalan meski tertatih

Memungut ribuan memori dengan hati yang perih
Air mataku meleleh
Berderai mengikuti langkah demi langkahku
Aku tak mengerti

Mengapa aku bisa selemah ini?
Mengapa aku bisa sebodoh ini?
Mengapa aku bisa secengeng ini?
Satu kesadaran menelusup ke pikiran kacauku

Ah, aku ingat!
Keping ini, mereka hancur tepat setelah kau tinggalkan aku

Dilangkah mu yang pertama,
Aku berjanji takkan menemuimu lagi
Dilangkah mu yang kedua,
Aku berjanji takkan merindukanmu lagi
Dilangkah mu yang ketiga,
Aku berjanji takkan mencintaimu lagi

Dan segalanya menjadi gelap

Aku tak lagi dapat melihat indahnya senyummu
Aku tak lagi dapat tertawa karena leluconmu
Aku tak lagi dapat bahangia karena bahagiamu

Aku menderita bersama ribuan keping kenangan ini
Aku gila bersama ribuan kenangan ini

Sumpiuh, 23 Juni 2018

PoetryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang