Terindah

58 6 1
                                    


Kamu indah
Tapi kenapa harus membuatku terluka?
Apa karena saking indahnya dirimu?

Aku tak mengerti
Mengapa segala yang indah selalu meninggalkan luka?

Aku tak mengerti
Mengapa segala hal yang ada pada dirimu membuahkan luka?

Bak senjata tajam
Kamu mengoyak
Menggores
Menusuk
Mencabik
Membunuh

Lukaku makin parah saja
Sejak di tinggal kamu tentunya

Ucapan indahmu nyatanya senjata yang terselubung
Kamu mengoyakku dengan perkataan-perkataan manismu
Yang selalu berhasil melambungkan jiwaku

Kamu bunuh rasaku ketika bibit-bibit itu mulai tumbuh
Bibit-bibit perasaanku padamu
Seolah,
Bukan seolah
Tapi kau memang tak mengijinkan aku untuk mempunyai rasa tersebut
Jadi, kamu memilih untuk membunuhnya

Kau tusuk hatiku yang masih utuh
Kemudian tanpa belas kasih
Kau goreskan banyak luka
Yang membuat darah segar itu seolah meleleh
Mengucur dengan deras
Meninggalkan rasa sesak yang mendalam

Lalu, kau cabik-cabik dengan nafsu yang menggebu
Kau ambil dan kau buang setelahnya

Aku hidup
Masih tetap hidup
Bernafas
Berjalan
Berkembang

Namun hatiku mati
Ia mati rasa

Aku mati
Mati secara psikisku

Rasaku entah masih ada atau tidak
Hatiku entah hilang kemana
Dan kau pun entah ada dimana

Ku pikir kehilanganmu adalah sebuah rasa sakit yang luar biasa

Namun kehilanganmu kali ini tak menimbulkan rasa sakit yang biasa

Ini bukan sekedar rasa sakit
Ini rasa..
Ah entahlah
Kau bahkan tak menyisakan sedikitpun rasa untuk ku pakai saat ini

Jadi,
Aku mati rasa

Sumpiuh, 29 Juni 2018

PoetryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang