Candamu tak seriang dulu
Tawamu tak serenyah dulu
Senyummu tak semanis dulu
Bahagiamu mulai palsuDetik waktu berjalan menyusutkan rasaku
Pilar-pilar rindu mulai meruntuh
Berjatuhan seiring dengan linangan air matakuWaktu kembali menjalankan perannya
Mempercepat laju siang dan malam
Menciptakan banyak kegiatan untuk di lakukan
Menenggelamkan jiwa yang di rundung kesepian
Pada setumpuk pekerjaan menuju masa depan
Meninggalkan sang maya
Menjalankan kewajiban dengan realitaTidak ada lagi satu malam yang kita lewati bersama
Karena lelah sudah menggelayuti mata
Membuat aku mau pun kamu tak lagi ingin bertahan membahas rasaTidak seperti dulu
Hingga larut malam pun
Kau akan tetap terjaga demi menemaniku
Mendengarkan cerita dari petualangankuSedang diriku senantiasa berantusias mendengar keluhmu
Tentang bagaimana kau lewati pagi indahmu
Tentang bagaimana kau lewati siang panasmu
Tentang bagaimana kau lewati sore senjamuMendengar celotehmu selalu jadi aktivitas yang menyenangkan untukku
Meski kerap kali malas menggelayutiku
Namun aku masih tetap berantusias untuk tetap duduk mendengarmuTetapi tak melulu semua waktu dapat ku nikmati dengan cecap rasa indah
Ada kalanya waktu memintaku mencecap rasa kecewa
Dan waktu menghadirkan rasa itu dalam hubungan kitaDia menyelundupkan sejumput kecewa saat kau tak memberiku sepucuk kabar
Dia menyulut api amarah saat kau membuat salah
Dia berperan banyak atas segala retakKita tak lagi utuh
Kita retakSepasang hati mulai kembali pada dunianya masing-masing
Kembali pada pemilik yang sebenarnya
Kembali tersimpan untuk seseorang di luar sana
Sepasang hati memutuskan untuk tak saling bertautanSumpiuh, 5 Juli 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Poetry
Thơ caBaca aja dulu, kali aja suka. Kasih bintang biar gelap rada terang. Hai sayang♡ Kapan pulang? 10 Jun - 3 August 2018