#9 Siapa mereka?

621 98 1
                                    


Pintu apartemen Dazai didobrak keras, tak memberikanku kesempatan untuk mendebat lelaki ini lebih jauh. Seorang pria berambut kuning tua dengan kacamata kotak di wajahnya langsung terlihat di ambang pintu.

"Dazai!! Kenapa kau pulang lebih awal? Laporan yang kau tulis belum selesai, seharusnya kau lembur malam ini!!" Serunya. Keningnya berkerut dengan sangat serius. Berkali kali ia membenarkan letak kacamatanya yang kuyakini sebenarnya tak pernah bersegser sedikitpun dari batang hidungnya.

Dazai membalik badannya perlahan dengan dramatis. "Ooh, Kunikida-kun~~~ tidakkah kau lihat aku sedang berdebat dengan gadis manis ini~? Kau memang suka mengganggu momen sempurna milikku~~"

Apa apaan itu?? Beberapa detik yang lalu dia sedang dengan serius dan pedasnya menyerangku, sekarang dia terlihat lebih konyol dan aneh dari apapun! Apakah dia memiliki kepribadian ganda?

"Berhenti bermain main, Dazai!! Ini laporan yang sangat penting. Deadlinenya malam ini, kau tahu??" Pria itu membanting setumpuk kertas di atas meja tempat aku meletakkan cangkir bekas cokelat panas tadi. Ia melirik ke arahku dengan tatapan membunuh-

Hampir saja aku melonjak terkejut, namun pria itu tiba tiba melunakkan tatapannya setelah melihatku.

"Si-siapa gadis ini??" Tanyanya agak ragu.

"Ooh~~ perkenalkan, dia Haru. Haru, nama pria darah tinggi ini Kunikida." Ucap Dazai sembari mengulurkan tangannya menunjukku.

"Walaupun ku yakin itu bukan nama aslinya~"

Heh, apa??

Walaupun Dazai berucap sangat kecil--nyaris bergumam--aku mendengarnya.

Dia... tau itu bukan nama asliku? Bagaimana bisa?

Pria bernama Kunikida itu menatap Dazai bengis, seakan ingin menerkamnya. Namun ia berdehem kecil saat sudah menghadapku kembali. "Ekhm, Nona... Haru ya? Maafkan partnerku yang agak sinting ini. Pasti dia sudah membuang waktumu dengan sia sia,"

Aku mematung di tempat. Aku gugup, kuakui itu. Tak pernah aku berbicara dengan manusia selain Dazai.

Tak sepatah katapun berhasil meluncur dari bibir kakuku ini. Benar benar tak ada!

"Hohoho~~ Kunikida-kun sangat lembut kepada seorang gadis~~ kenapa kau tidak berlaku seperti itu juga kepadaku, Kunikida-kun~?"

Seketika semua berkas di atas meja sudah melayang tepat ke wajah Dazai, "DIAM DAN SELESAIKAN LAPORANMU, BODOH!!" Hardiknya tajam.

Wah, sangat keras. Aku baru tahu sifat manusia bisa seberagam ini. Tapi ada yang masih membuatku penasaran,

Apa pekerjaan mereka? Tempat kerja macam apa yang memiliki karyawan seheboh ini?

Ah, bukan urusanku.

"Ano... permisi..." seorang gadis sekolahan memasuki rumah Dazai diikuti wanita bertubuh tinggi anggun dengan rok hitam selutut serta kemeja putih polos. "Kami ingin menumpang di sini untuk menyelesaikan laporan. Rumah Dazai-san terlihat lebih hangat daripada kantor agensi,"

"Benar sekali! Laporanku juga belum selesai, lebih baik kita kerjakan bersama sama di sini," seorang lelaki berpakaian anak sekolahan seperti gadis tadi ikut memasuki ruangan. Ia terlihat menenteng sebuah tas laptop.

Seakan masih belum cukup, tiga lelaki dan seorang permpuan memasuki ruangan bertubi tubi. Apartemen Dazai yang tidak terlalu luas membuat ruang tengah terasa cukup menyesakkan dengan tujuh orang di dalamnya.

"Oi, Dazai! Siapa gadis ini? Sasaran bunuh diri gandamu selanjutnya, ya?" Tanya wanita anggun berkemeja putih polos tadi. Bros kupu kupu yang tersemat di rambut pendek keunguannya terlihat berkilauan terpantul cahaya lampu, menambah kesan feminin pada wajah anggunnya.

"Kau apakan dia, Dazai-san? Lihatlah, dia gemetaran!" Seru seorang bocah laki laki bertubuh pendek dengan topi yang lebar melapisi rambut kuningnya. Sontak seisi ruangan menoleh kepadaku, membuatku makin gemetaran.

Kenapa tubuhku ini? Ayolah, ini tidak lebih menyeramkan dari ancaman Sang Dewa! Mata mereka sangat bersinar saat melihatku, apa itu yang membuatku gemetar?

Mungkin saja begitu, karena saat aku melihat Dazai pertama kali tatapannya begitu kosong. Saat itu aku juga tidak gemetar seperti ini.

"Hohoho... dia itu malu malu saja~~ kedatangan kalian tidak memberi celah hatinya untuk bersiap~~" Dazai mengibas ngibaskan tangannya di hadapan mereka semua sembari tersenyum konyol.

Untuk apa dia melakukan hal itu? Kenapa sebegitu kerasnya dia menutupi dirinya dengan topeng yang sangat tebal? Apakah itu tidak melelahkan untuknya?

Banyak sekali pertanyaan di dalam benakku untuk Dazai, benar benar banyak sampai rasanya akan meledak dari kepalaku.

"Wajar saja dia seperti itu, orang orang asing berkumpul di hadapannya dengan tiba tiba. Bukankah itu rasanya seperti saat hari harimu tidak berjalan sesuai rencana?" Ucap Kunikida sembari membenarkan letak kacamatanya--lagi--di hadapanku.

Kuakui, aku tak mengerti ucapannya (hahahah T-T).

"Ayolah, Kunikida-san, sepertinya itu dirimu saja..." timpal salah seorang lelaki berambut putih diselingi tawa garingnya.








•*•*•*•

Agensi detektif bersenjata mulai muncul yey!! ( ^•^/) ✨💕
Stay tune dan jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan memberi bintang 🌟⭐️

•*•*•*•

No Longer HumanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang