"Itu dia! Peri musim semi kembali!!" Seru Kenji heboh saat aku membuka pintu apartemen. Semua orang telah berdiri seakan menyambutku dengan penuh hormat, kecuali Ranpo tentu saja.Aku ragu, apakah yang kulakukan ini benar? Apakah dengan begini aku akan menjadi manusia utuh lagi dan hidupku akan lebih berarti?
Aku menoleh pada Dazai yang ada di balik punggungku, menungguku masuk. Ia tersenyum lalu mengangguk pelan meyakinkanku.
Jujur, aku benci lelaki ini, namun aku tak punya pilihan lain selain mempercayainya dan menjalani skenario yang telah ia buat. Jika ia menjebakku dalam artian yang lebih buruk, aku hanya bisa pasrah berakhir di tangannya. Aku benar benar tidak peduli lagi dengan rasa takutku akan kematian.
Akhirnya aku melangkahkan kakiku ke dalam ruangan. Udara hangat apartemen Dazai yang ramai langsung menyeruak begitu aku masuk.
"Izinkan kami melihat kekuatanmu, Haru-san!"
"Tak heran, peri musim semi saja saat tidak memakai kekuatannya terlihat seperti malikat!"
"B-beneran peri di depan mataku ini??"
"Uwooh, tapi, tidakkah dia terlalu dingin untuk dinilai sebagai seorang peri musim semi?"
"Hohoho... kita bisa meminta tolong terus terusan kepada Haru-chan untuk memekarkan bunga di pohon sakura dekat kantor agensi!"
Seketika apartemen itu hening setelah apa yang terakhir Yosano ucapkan. Semua mata tertuju padaku.
Badanku menegang seketika.
"Oiya, kenapa kau tidak menghentikan badai salju itu padahal musim dingin sudah selesai, Haru-san?" Tanya Tanizaki memecah keheningan.
Ayolah, apa aku harus menjelaskannya? Lagipula aku tak punya urusan dengan mereka.
"Ikutilah skenario yang kubuat ini, Harucchi. Kau akan tahu jawabannya."
Baiklah, aku mengalah.
Dengan setengah hati, aku mulai bercerita kepada mereka tentang kekangan sang dewa, peri empat musim lain yang sudah menjadi boneka, hingga pemberontakanku sekarang.
"Tapi bukankah pemberontakanmu itu juga merugikan warga di seluruh permukaan bumi? Menurutku kau terlalu egois." Ujar Kunikida sembari menyatat sesuatu di buku miliknya, lagi. Aku tidak terlalu mengerti dia mempunyai berapa pulpen cadangan mengingat ia telah mematahkan satu tadi, dan kuyakin itu bukan untuk yang pertama kalinya.
"Itu tidak sepenuhnya salah dia juga, kan? Janganlah berkata terlalu kasar, Kunikida." Tegur Yosano dengan tajam. Kunikida menghentikan aktivitas menulisnya sejenak, menatap Yosano.
"Tapi itu salahnya juga!" Sahut Kunikida bersikeras, "karena dia, tahun lalu jadwalku tidak berjalan dengan baik selama badai salju berlangsung, berapa kali aku harus meminta maaf pada klienku! Jelas jelas itu sebuah egoisme."
Hatiku seketika terasa kosong, tatapanku menerawang pada Kunikida.
"Egoisme... apa itu?"
Aku benar benar tak mengerti apa yang Kunikida ucapkan, aku hanya dapat merasakan kemarahan yang meluap dari perkataannya. Sepertinya dulu saat aku masih menjadi manusia utuh aku pernah mendengar kata itu, tapi aku lupa apa artinya.
"Itu rasa yang kau punya saat kau terlalu serakah pada dirimu sendiri sampai kau tidak mementingkan orang lain." Jelasnya ketus.
"Apa yang kau ucapkan? Bukannya memang kita hidup di dunia ini hanya untuk memenuhi kepentingan sendiri?"
Seketika hening.
"WAW ITU SANGAT BADASS HARU-SAN!!"
"SANGAT DINGIN, AKU TIDAK KUAT!!"
"BENAR BENAR UCAPAN YANG TIDAK MEMILIKI HATI NURANI!!"
"KYAAA, PACARI AKU HARU-CHAN!"
"NYEHEHE~~~ GADIS YANG SANGAT BERBEDA DARI YANG LAIN~!"
Lagi lagi situasi yang berubah dengan sangat cepat membuatku terkejut.
"Sebegitu menariknya kah orang sepertiku?" Tanyaku terus terang. Tapi, sungguh, aku benar benar bingung!
"OOWW DIA TIDAK MENYADARINYA!"
"SUNGGUH POLOS DAN DINGIN!"
"SANG DEWA SUNGGUH KEJAM!"
"PALING BADASS DIANTARA PARA BADASS!!"
"SEPERTI ES BATU!"
"BENAR BENAR TIPE IDAMANKU!"
Oh tidak, kata kataku hanya memperburuk suasana. Apa yang harus kulakukan? Sifat manusia benar benar membuatku pusing, aku tidak mengerti sama sekali!
Di istana awan, aku hanya bertemu para peri yang datar dan, yah, bisa dibilang tak jauh berbeda dengan diriku sekarang. Hanya akulah yang paling sering mengeluh dan marah, yang lain hanya bergeming saat melihatku seperti itu. Tatapan mereka semua sama, sedingin es, tidak hanya Fuyu saja.
Dazai tiba tiba membuka mulutnya, sesaat aku dapat melihat matanya yang berkilat menatapku dengan licik.
"Dia akan berada di bawah pengawasan agensi selama musim semi ini, itulah yang sachou katakan padaku~"
Eh?
•*•*•*•
Jeng jeng jeng!! Apa yang akan terjadi selanjutnya??
Siapa aja nih yang bacaa saya mau say hello hello untuk kalian~
Mau comment pedes pedes juga gapapa kok hahaha paling sayanya kepedesan (?) .-.Stay tune and keep vomment!💕
•*•*•*•
KAMU SEDANG MEMBACA
No Longer Human
FantasyManusia memiliki berbagai emosi yang selalu pasang surut bagai ombak. Mungkin saja aku adalah manusia yang hampir gagal, dan Dazai tak pernah sekalipun menjadi manusia. Ini semua hanya soal persepsi. [NOTE]: Ini bukan literatur karya Osamu Dazai, in...