#30 Percaya pada diri sendiri

461 85 15
                                    


"Oi, kau tak mendengarku?"

Gemersik daun yang sangat berisik membuat suara Chuuya terdengar samar.

"...Ya." Jawabku asal.

Atau mungkin karena otakku sudah terlalu lelah untuk berpikir dan mendengar.

"Berhentilah memikirkan si perban bodoh itu." Dengusnya malas.

Tidak. Aku tidak memikirkan apapun. Hanya kata mati yang berdengung memenuhi kepalaku saat ini.

"Dia memang selalu begitu. Merahasiakan apapun dari orang di sekitarnya, melangkah lebih maju sepuluh langkah dibanding yang lain."

"Kenapa kau bisa mengatakan hal seperti itu?"

"Karena dulu, dia adalah partnerku di Port Mafia."

Badanku tersentak.

Apa?

"Dia adalah seorang pembunuh tak berhati, sangat kejam dan dingin dibalik wajah polosnya."

Sehampa itukah hidup Dazai hingga jalan yang gelap sempat ia pilih?

Chuuya menghela napas, "Kita tidak tahu apakah dia sudah berubah atau hanya menutupi sisi gelapnya dengan topeng yang baru."

Apakah Dazai benar benar semisterius itu?

"Aku selalu melihat kekosongan terpancar dari sorot matanya." Ujar Chuuya pelan.

Aku terdiam. Tubuhku makin meringkuk di dalam kendali gravitasi Chuuya. Tangan kirinya menarik sebelah kakiku yang melayang, bibirnya ia katup rapat.

Hal yang sama juga kurasakan saat melihat senyuman Dazai di awal kami bertemu, kekosongan yang membuat dirinya terus menerus menginginkan kematian.

Namun, senyuman terakhirnya di atas helikopter saat itu tidaklah sama. Rasa hangat dan kehidupan terpancar nyata dari sepasang mata cokelatnya yang berbinar.

"Tapi, tidak selamanya dia seperti itu." Tuturku.

Langkah Chuuya terhenti.

Seketika alam terasa ribut menyahutiku. Angin berteriak, dedaunan mengejek. Kepergian Dazai sungguh membuatku gila.

Ini semua salahmu, Haru.

Batinku balas meraung. Secercah harapan pada mata Dazai menghantuiku. Dia memberiku kesempatan, memberiku ketenangan. Namun, aku tak tahu kesempatan macam apa.

"Kalau kau pernah melihat sorot matanya yang penuh kehidupan," Chuuya menoleh. "Kau beruntung sekali."

Kuangkat kepalaku, menatap Chuuya yang tersenyum samar. Ucapannya berhasil membuat hatiku bergetar.

Beruntung. Melihat senyuman Dazai yang penuh kehidupan saja sudah cukup bagiku.

"Itu berarti dia telah menyerahkan sisanya padamu."

"...Sisa?"

Dazai meninggalkan sisa. Meninggalkan sebuah  sisa kepercayaan kepadaku.

***

Chuuya tidak membawaku menuju Sang Dewa. Ia melanjutkan langkahnya, namun tidak menuju gedung Port Mafia.

"Ke mana kau akan membawaku?"

Pertanyaanku tergantung begitu saja di udara. Tempat dimana Chuuya berhenti melangkah telah memberikan jawabannya.

Chuuya melepaskan kendali gravitasinya dariku. Ia menghadap ke depan, menyuruhku melihat pemandangan apa yang sebenarnya ingin ia tunjukkan.

No Longer HumanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang