Aku benar benar tertangkap basah!"D-d-di ruangan ini? Bagaimana bisa?!" Atsushi menyeret dirinya mundur beberapa senti, wajahnya sangat panik. Beberapa anggota yang lain terlihat menengok kanan kiri meminta penjelasan yang lebih rinci.
Sudahlah, sepertinya lebih baik aku mengaku terlebih dahulu sebelum didahului Ranpo maupun Dazai.
Waktu seakan melambat saat aku beranjak berdiri, seisi ruangan perlahan menoleh ke arahku.
"Yap, itu aku." Dengusku malas. Aku kalah, kemampuan Agensi Detektif Bersenjata memang tidak pantas diragukan lagi.
"HEEEHHH???!!!" Atsushi, Naomi, dan Tanizaki terjengkang ke belakang. Yosano membelalakkan matanya, Kenji menyemburkan teh di dalam mulutnya ke arah Kunikida yang sedang terpaku, Kyouka ikut membelalakkan matanya dengan mulut yang menganga.
Siap siap saja, sebentar lagi pasti aku didepak keluar dari ruangan ini dengan sangat tidak terhormat.
"Bagus, kau mengaku lebih dulu sebelum benar benar tertangkap basah." Puji Dazai. Tidak, lebih terdengar seperti sindiran. Ranpo yang telah asyik melihat kehebohan langsung menghempaskan diri ke sofa lalu memakan sekantong biskuit dari dalam sakunya bersama dengan teh.
"Huooohhh itu keren sekali!!" Decak Kenji kagum, mata bulatnya berbinar binar. "Apa kau bisa perlihatkan sayapmu padaku, Haru-san?"
Naomi, Tanizaki, dan Atsushi masih gemetar sembari menatapku dengan horror dari pojok ruangan. "P-p-peri?!"
Kunikida mematahkan pulpen di tangannya, alisnya berkerut dalam. "Yang benar saja, dongeng semacam itu!"
"Peri dari dunia dongeng..." ucap Kyouka lirih, masih menatapku dengan mata melebar.
"Itu sangat indah! Kuyakin saat kau sedang menggunakan kekuatanmu, kau terlihat lebih cantik, Haru-chan." Decak Yosano kagum sembari meletakkan kedua tangannya di pipi, ia menatapku dengan berbinar binar.
Apa apaan reaksi mereka?? Sama sekali tidak menampakkan akan mendepakku keluar. Yah, seharusnya aku lega.
"Ia tidak bisa memperlihatkan sayapnya di depan kita, Kenji," Dazai menyeringai kepadaku. "Jika dia melakukannya, tubuhnya akan tak kasat mata."
"Hmm, kau menetralisir kekuatannya ya, Dazai?" Tanya Ranpo, masih berkutat dengan biskuitnya diikuti anggukan penuh semangat Dazai.
"Aku menangkapnya dari tahun lalu~~" Dazai tersenyum bangga, membentuk tanda centang dengan kedua jari di bawah dagunya.
"Kenapa kau tidak memberitahu kami dari dulu?" Tanya Yosano. Dengan wajah bingungnya saja dia masih terlihat anggun dan cantik.
"Karena aku sudah tahu pertemuan ini akan terjadi~"
Apa? Tunggu. Sebentar.
Dia... sudah merencanakan ini semua dari awal, jadi dia menjebakku??
Lengan Dazai yang kurus dan panjang kutarik keluar dari ruangan, membuatnya terseret. Segera aku menutup pintu apartemennya dengan kasar lalu melangkah turun dari tangga apartemen.
Aku menatap Dazai bengis dan penuh kebencian, dia membalas dengan senyuman dan tampang bodohnya.
Suhu di luar apartemen sangat dingin, ditambah lagi dengan badai salju yang menerjang tubuhku dan Dazai. Aku melepas tarikanku pada lengan Dazai dengan kasar.
Kami berdua terdiam sejenak, merasakan angin musim semi berlapis salju yang sangat menusuk tulang.
"Apa yang sebenarnya kau inginkan dariku?" Tanyaku dengan nada mengancam. Hampir saja aku menarik kerah bajunya jika aku tak mengendalikan emosiku yang akan meluap. "Kau berkata tidak bersedia membantuku, namun kau merencanakan pertemuanku dengan mereka dari awal!"
Dazai merapatkan kedua tangan pada saku trench coatnya, kedinginan. "Memang, aku tak bersedia memenuhi apa yang kau minta."
"Bukan itu jawaban yang kuinginkan!" Seruku tak sabaran.
"Kau terlalu terburu buru, Harucchi~" Ia terkekeh pelan.
"Berhenti mempermainkanku!"
Ia menyeringai, membuat udara dingin di sekitarku semakin menusuk tulang. Cepat ia meloncati tangga hingga sampai pada tangga paling atas.
"Ikutilah skenario yang kubuat ini, Harucchi. Kau akan tahu jawabannya."
•*•*•*•
Ditunggu voting serta kritik dan sarannya
Thanks for reading!! 💕💕👌🏻•*•*•*•
KAMU SEDANG MEMBACA
No Longer Human
FantasíaManusia memiliki berbagai emosi yang selalu pasang surut bagai ombak. Mungkin saja aku adalah manusia yang hampir gagal, dan Dazai tak pernah sekalipun menjadi manusia. Ini semua hanya soal persepsi. [NOTE]: Ini bukan literatur karya Osamu Dazai, in...