Aku digendong oleh Dazai sampai ke agensi. Bangunan itu tampak sudah tua dengan warna merah bata, dan ternyata mereka hanya menyewa salah satu lantainya saja. Tidak besar sama sekali, padahal kukira agensi yang kuat seperti itu akan memiliki gedung yang besar dan megah.Dazai menghempaskanku ke sebuah sofa, lagi lagi tulangku bergemeletak ketika ia melakukannya dengan tidak hati hati. Nyeri sekali.
"Hati hati, Dazai!" Gerutuku. Lelaki itu hanya terkekeh lalu memanggil Yosano, ia tak muncul lagi setelah itu.
"Hoo... kau terluka, ya?" Yosano sudah muncul tiba tiba. "Mau menjalani penyembuhan intens dariku?"
"I-ini hanya terkilir sedikit, Yosa-"
Wanita itu menarik bahuku hingga aku terduduk dengan paksa.
"Aah!!" Jeritku tertahan.
"Kurasa ini patah tulang, Haru-chan." Ia tersenyum gembira, namun lebih terlihat sebagai senyuman licik.
Semenit kemudian aku sudah berada di ruang perawatan dengan Yosano yang memegang alat semacam pisau yang sangat besar, namun sepertinya fungsinya sama;
Untuk memotong daging.
***
Aku masih mengingat saat dimana benda besar berkilau itu nyaris membelah tubuhku menjadi dua bagian.
Yosano sudah berada di samping ranjangku.
"Yosano..."
"Panggil saja aku Yosano-san."
"Yosano-san, kekuatanmu itu apa?"
"Ah, itu, memulihkan orang yang sudah terkena luka parah."
Wajar saja tadi dia menyiksaku dengan pisau besarnya itu.
"Kau tahu, Haru-chan, kau orang pertama yang tidak berteriak saat kuberi perawatan."
"Hm, benarkah?"
Aku bangun dari ranjang, memutar mutar pinggangku yang tidak terasa sakit sedikitpun. Kekuatan Yosano-san benar benar hebat.
"Mana Dazai?" Tanyaku.
"Oh iya, tadi dia bilang kalau kau sudah bangun, segera datang ke ruang utama agensi."
Saat kubuka pintu ruang perawatan, Dazai ada di sana bersama orang yang sewaktu itu menyamar menjadi gadis di apartemennya.
"Oh~ Haru-chan sudah kembali! Lihat, aku menangkap salah satu anjing liar Port Mafia." Dazai memamerkan lelaki bertopi yang telah ia ikat ke kursi kayu.
Aku lupa namanya. Siapa, ya?
"Chuuya, Nakahara Chuuya si pendek maniak topi." Dazai membaca pikiranku.
"Jangan hina aku seperti itu!" Protes Chuuya. Ia terlihat sangat kesal dengan gigi giginya yang ia katup sangat rapat. "Kalau aku sudah lepas dari ikatan ini, Dazai, aku akan memotong hidungmu itu menjadi daging cincang!"
Dazai menjatuhkan kursi kayu dimana Chuuya diikat dengan sekali tendangan. Ia membungkukkan tubuhnya hingga wajahnya hanya berjarak beberapa senti dari wajah Chuuya.
"Aku hanya ingin tahu, untuk apa Port Mafia menculik peri mu-"
"Mereka ingin memeras pemerintah dengan memanfaatkanku sebagai sanderanya." Selaku.
Dazai menatapku sejenak dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Benar begitu, Chuuya-kun?"
"Bisa dibilang begitu. Kau sudah tahu sekarang, jadi, lepaskan aku! Aku tak ingin berlama lama ada di dekatmu, maniak bunuh diri!" Chuuya meronta ronta dari ikatannya. Benar benar terlihat tersiksa.
"Hah... yare, yare~ kau sangat gerah ya ada di dekatku~ padahal semua gadis akan tunduk saat melihat wajahku ini~"
"Jangan samakan aku dengan gadis gadis itu!" Seru Chuuya emosi.
"Harucchi, buka jendela lebar lebar."
Aku sepertinya tahu apa yang akan Dazai lakukan.
"Ba-baik!" Langsung kubuka jendela agensi dengan lebar. Udara dingin langsung menelusup masuk disertai beberapa butir salju.
"Minggir, Harucchi!"
Tepat saat aku menyingkir, Dazai berlari melewatiku lalu melempar Chuuya-beserta-kursinya ke luar jendela.
"Dazai! Awas kauu..." Suara Chuuya menghilang ditelan badai salju. Dazai tidak melakukannya dengan ragu sedikitpun.
"Nah, info seperti itu saja sudah cukup. Kenapa kau tidak mengatakannya dari tadi, Harucchi? Aku padahal malas sekali menyandera si kerdil itu." Dazai menepuk nepuk tangannya, seakan kursi Chuuya yang tadi ia lempar penuh dengan debu.
"Kau tidak memintanya tadi, makanya aku tidak menjawab." Jawabku asal. Langsung kututup jendela agensi karena semakin banyak salju yang masuk.
"Hm~? Sepertinya kau tidak terlalu kesal lagi denganku, Harucchi." Ungkap Dazai terang terangan.
Itu terdengar sangat polos dan apa adanya.
Seperti saat aku berkata waktu itu,
"Apa yang kau ucapkan? Bukannya memang kita hidup di dunia ini hanya untuk memenuhi kepentingan sendiri?"
Dan reaksi orang orang setelahnya,
"Sangat dingin, aku tak kuat!"
Lalu apa yang Akutagawa katakan,
"Manusia juga ada yang dingin, bodoh."
Kenapa ini semua terasa semakin memusingkan?
KAMU SEDANG MEMBACA
No Longer Human
FantasíaManusia memiliki berbagai emosi yang selalu pasang surut bagai ombak. Mungkin saja aku adalah manusia yang hampir gagal, dan Dazai tak pernah sekalipun menjadi manusia. Ini semua hanya soal persepsi. [NOTE]: Ini bukan literatur karya Osamu Dazai, in...