"Bukankah lebih baik kita memperkenalkan diri?" Usul seorang perempuan sembari merangkul lelaki yang berseragam sama sepertinya dengan mesra, yang kuyakini adalah pacarnya."Baiklah, mulai dariku! Namaku Tanizaki Juunichirou. Di sebelahku ini adikku Naomi."
Ups, ternyata aku salah.
"Ano... Namaku Nakajima Atsushi, bisa dipanggil Atsushi,"
"Namaku Kenji! Kalau kau butuh pasokan buah buahan segar, aku bisa membantumu!"
"Edogawa Ranpo, detektif terhebat sepanjang masa!" Seru lelaki pendek berpakaian ala detektif. Sepertinya dia sangat jenius.
Jangan salah, aku tahu profesi detektif dari televisi layar lebar yang sering manusia pajang di etalase kaca. Aku pernah beberapa kali mendengar kata detektif dari pria berpakaian sama seperti Ranpo dalam televisi itu.
"Kau bisa panggil aku Yosano-san, jangan sungkan meminta bantuanku saat kau terluka." Ucap wanita anggun berambut pendek tadi. Terlihat seorang gadis kecil berpakaian tradisional muncul di belakangnya dengan wajah tersipu.
"....Kyouka,"
Kunikida membenarkan letak kacamatanya--lagi, "Kau sudah tau namaku tadi. Kunikida Doppo."
"Namaku Osamu Dazai~! Hobiku-"
"Cukup, Dazai!! Dia juga telah mengenalmu!" Hardik Kunikida. Dazai hanya menggerak gerakkan tangannya tanpa arti sembari mengerucutkan bibirnya dengan wajah teramat sedih yang dibuat buat. Aku tak mengerti kenapa Kunikida selalu menjadi lebih temperamental di hadapan Dazai. Sebegitu burukkah hubungan mereka?
"Nee... aku hanya ingin ikut bergabung perkenalan manis ini! Bukankah memperkenalkan nama masing masing itu sangat indah dan hangat~~? Ooh, hatiku berdebar sangat kencang! Apakah ini rasanya semangat yang sangat membara, Kyouka-chan~~?"
Kyouka menjawab gelagapan, "ah, i-iya, Dazai-san."
Padahal sebenarnya menjawab ucapan bodoh Dazai itu tidak berguna, menurutku. Kyouka adalah gadis kecil yang imut nan polos, wajar saja dia menimpali racauan si Dazai bodoh itu. Lama lama aku kasihan dengan Kyouka, apa dia selalu menjadi korban keanehan Dazai?
"Ngomong ngomong, apa yang kau lakukan bersama Dazai-san di sini, Haru-san?" Tanya Naomi.
Lagi lagi aku hanya terdiam dengan keringat dingin yang terus mengalir melewati pelipis. Ini sangat tidak lucu.
Dazai menyela, "Biasalah, negosiasi bunuh diri bersama~~ bukankah begitu, Harucchi?"
Ingin aku berterimakasih padanya, namun, apa apaan panggilan konyol itu?? Lagipula itu lebih terdengar seperti suara orang bersin.
Aku menghela napas takut takut, "....yeah..."
"Jangan mau, Haru-chan!"
"Iya, jangan pernah ikuti perkataan bodoh Dazai!"
Sahut menyahut mereka memprotes dan berseru, terdengar akrab dan penuh semangat. Perlahan seluruh tubuhku rileks, tidak terlalu tegang lagi.
Tenang, Haru, tenang....
Ingin rasanya aku keluar dari ruangan ini, namun mau ke mana? Tak ada tujuan lagi. Pikiranku benar benar kosong melompong entah kenapa.
Setelah sahut menyahut mulai surut, mereka mulai sibuk mengerjakan pekerjaan masing masing. Tanizaki membuka tas laptopnya, Kunikida mencatat sesuatu, Atsushi merapikan berkas berkas, dan beberapa yang lain terlihat berkutat dengan tumpukan kertas serta mesin printer yang entah sejak kapan sudah berada di situ. Dazai pun kelihatan mulai mengetik sesuatu di komputernya walaupun terlihat tidak rela.
Aku berjalan perlahan ke sofa, duduk dengan canggung di sebelah Ranpo yang sedang mengunyah sesuatu sembari menatap serakan foto di atas meja.
Sebentar,
Serakan foto lokasi, wajah orang, serta siluet yang tidak jelas. Berkas berkas berisi laporan sebuah kasus pembunuhan, perampokan, pembantaian...
".....Apa pekerjaan kalian?" Tanyaku memecah keheningan. Atsushi, Naomi, Kenji, serta Dazai menoleh,
"Agensi detektif bersenjata," jawab Dazai singkat.
Seorang Dazai, Osamu Dazai dan teman temannya ini adalah detektif! Agak sulit dipercaya walaupun dari awal Ranpo memang terlihat seperti detektif, namun, mereka semua ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
No Longer Human
FantasyManusia memiliki berbagai emosi yang selalu pasang surut bagai ombak. Mungkin saja aku adalah manusia yang hampir gagal, dan Dazai tak pernah sekalipun menjadi manusia. Ini semua hanya soal persepsi. [NOTE]: Ini bukan literatur karya Osamu Dazai, in...