"Heeh, untuk apa kita mengawasinya?" Tanya Kenji.
"Tanyakan saja pada sachou besok~"
"Apa maksud-"
Tok...Tok...Tok...
Perkataanku menggantung di udara saat mendengar ketukan di pintu. Semua orang saling berpandangan,
Siapa?
Dazai sebagai tuan rumah, langsung berjalan ke arah pintu. "Ya, sebentar."
Krieett...
"Um... Adakah gadis di sini yang bernama Haru? Dia memakai gaun berwarna merah jambu selutut dan rambutnya panjang sepunggung berwarna keemasan." Tanya seorang gadis bergaun hitam panjang berenda di balik pintu. Poni hitam panjangnya menutupi sebagian besar wajahnya dengan samar.
Layar televisi Dazai yang hitam mengkilap memantulkan bayangan tubuhku di sana, berambut keemasan ikal sepunggung dengan mata berwarna cokelat tua serta gaun selutut bagai kelopak bunga sakura yang baru merekah.
Deskripsi yang sangat pas untukku.
Aku masih terpatung saat Dazai membalikkan badannya ke belakang yang membuat rambut ikal kecokelatannya agak terhempas ke samping. Hanya sesaat ia melakukan itu, sedetik kemudian ia telah menghadap kembali lawan bicaranya dengan posisi menutupi tubuhku. "Hohoho~ Apa tujuanmu mencarinya, nona manis?"
Jantungku bertalu talu.
"Jika ia benar benar ada di sini, tak perlu kau basa basi di depanku." Ucapnya tajam.
Sebuah pisau dapur tiba tiba menancap di dinding krem apartemen Dazai yang telah mengelupas, tepat di sebelah Naomi yang diam mematung dengan wajah pucat pasi. Seketika gadis itu sudah ambruk dengan kaki yang lemas gemetaran.
Ujung jari jariku dingin membeku.
Lantai kayu nan dingin apartemen Dazai semakin memaku kakiku. Semakin aku membeku mencerna kejadian yang telah terjadi.
Seluruh anggota Agensi Detektif Bersenjata bangkit dari duduknya, memasang posisi siap bertarung. Yosano memikul sabit yang sangat besar di bahunya, tangan Atsushi berubah menjadi tangan harimau, Tanizaki memancarkan cahaya kehijauan di sekitar tubuhnya, Kunikida merobek salah satu halaman buku yang selalu ia bawa dengan cekatan.
"Doppo ginkaku !!"
Seberkas cahaya menyelimuti kertas yang ia robek, seketika pistol kecil telah ada di genggamannya. Tepat saat Kunikida mengarahkan pistol pada gadis bergaun hitam polos itu, sebuah bom asap langsung meledak tepat di tengah ruangan.
Aku tak bisa melihat apa apa, namun aku dapat merasakan atmosfer menegangkan yang sangat pekat. Beberapa kali aku mendengar suara orang terbatuk, napasku juga mulai sesak.
"Ah, sial! Kita masuk perangkapnya." Umpat Yosano di tengah asap yang semakin menebal.
"Jangan ada yang bergerak!" Perintah Dazai dari kejauhan. Tak lama setelah itu terdengar suara hantaman yang sangat keras ke dinding hingga lantai bergetar.
Sesuatu tiba tiba melingkari punggungku dengan erat, lalu menarikku menembus asap hingga pintu masuk.
Kini pandanganku sudah jelas kembali. Kulihat sesuatu yang membelit pinggangku sangat erat hingga aku kesakitan, seperti bayangan berwarna hitam kemerahan yang agak berduri.
"Lepaskan aku!" Seruku spontan saat menyadari aku mengambang jauh dari permukaan tanah. Yang mengendalikan sulur itu adalah seorang lelaki berbaju hitam longgar panjang, ia menatapku dengan wajah berkerut dalam. Sama sekali tidak mengeluarkan sepatah katapun.
Asap yang menguar dari pintu masuk berangsur pudar, aku mulai bisa melihat Dazai yang sudah tergeletak di tengah ruangan dengan lantai kayu yang retak di sekitarnya. Sosok gadis berambut hitam tadi merobek gaunnya dengan paksa, memperlihatkan jubah panjang dengan celana hitam miliknya. Kemudian ia menarik rambut hitam panjangnya hingga menampakkan warna asli rambut di baliknya.
"Haaah, sejujurnya aku benci menyamar sebagai gadis lemah lembut seperti itu, tapi karena itu cara yang lumayan efektif jadi kugunakan saja." Dengusnya.
Oranye senja, diikat ke samping dengan sekenanya. Ditutup dengan sebuah topi yang berwarna senada dengan jubahnya.
"Jangan salah paham. Aku tidak ke sini untuk menangkap serampangan sepertimu, Dazai." Lelaki itu menatap Dazai sengit.
"Variasi tendanganmu sudah mulai bertambah, Chuuya. Aku hargai itu dengan tubuh pendekmu." Dazai bangkit tanpa memperlihatkan rasa sakit sedikitpun.
"Jika bisa kulakukan, aku sudah membunuhmu dari dulu!" Serunya dengan amarah. Namun kemudian ia berdehem kecil, "yah, aku hanya ingin memenuhi perintah bos dengan membawa peri kecil tak berdaya ini ke markas Port Mafia-"
Ia membalik badannya, menatapku dengan tatapan yang kapan saja bisa mengiris tubuhku menjadi beberapa bagian.
"-Peri kecil dalam legenda yang telah mengacaukan seluruh dunia dengan kekuatannya."
Atsushi yang telah berada di samping Dazai menatap lelaki yang melilit tubuhku dengan mata melebar.
"Akutagawa!!" Serunya. Aku dapat mendengar decihan yang cukup nyaring dari mulut lelaki yang melilitku dengan kekuatannya. Sekarang aku tahu nama lelaki yang merengut ini.
Bayangan yang melilitku semakin memperkuat lilitannya, membuatku merintih. Sepertinya beberapa tulang punggungku telah remuk.
Suara tembakan terdengar sahut menyahut, yang kuyakini berasal dari pistol Kunikida. Tak terjadi apa apa, tak ada yang terluka.
Sedetik kemudian aku menyadari sebuah perisai merah melindungi tubuh Chuuya dari tembakan. Memperlihatkan beberapa peluru yang tertahan di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Longer Human
FantasyManusia memiliki berbagai emosi yang selalu pasang surut bagai ombak. Mungkin saja aku adalah manusia yang hampir gagal, dan Dazai tak pernah sekalipun menjadi manusia. Ini semua hanya soal persepsi. [NOTE]: Ini bukan literatur karya Osamu Dazai, in...