#19 Kembalinya musim semi

446 81 2
                                    


Aku tidak mengerti kenapa aku bisa marah semudah itu terhadap Dazai, sungguh amarah yang tidak stabil!

Apa karena efek emosi yang kupunya lebih sedikit dari yang manusia biasa punya?

Bagaimana cara minta maaf dengannya? Ah, tapi aku malu, nanti dia malah mengejekku balik! Lalu, apa yang harus kulakukan? Ini sangat memusingkan. Jika Dazai tak mau membantuku lagi bagaimana?

Dazai telah masuk ke agensi beberapa menit yang lalu. Aku melihat dari kaca agensi, para detektif itu menampar dan menendangnya, namun Dazai hanya menanggapinya dengan senyum dan candaan.

Dia bahkan masih bisa bercanda setelah mengatakan itu padaku!

Huff, Haru, tenang. Dazai bermaksud baik, kau tak perlu marah.

"Kau dingin karena kau mengasihani dirimu sendiri. Aku tak pernah mengasihani diriku sendiri, karena perasaan itu hanya ada pada orang yang lemah."

Walaupun aku tidak takut mati, mengungkapkan amarahku dengan terang terangan, bahkan berani menghadap Sang Dewa tanpa gemetar sedikitpun, jauh di dalam hatiku, jujur, aku menyalahi diriku sendiri.

Selama ini penyesalan itu selalu menghantui, menciptakan dunia yang bagai mimpi buruk bagiku. Penyesalan ini malah merenggut rasa bahagia dariku semakin jauh.

Aku mencaci maki diriku sendiri, menyalahi diriku sendiri, hingga aku mengasihani diriku sendiri. Dazai bukannya tidak menghargaiku, tapi dia ingin aku lebih menyadari diriku sendiri.

"Bagaimana kau merasa pantas hidup menjadi manusia jika kau bahkan tidak menghiraukan mereka yang kedinginan karena ulahmu itu?"

Baru kusadari, betapa tidak berkualitasnya hatiku ini.

Anggota Agensi Detektif Bersenjata berhamburan keluar dari gedung. Mereka berpencar sembari memanggil namaku, padahal aku terbang melayang tepat di depan jendela agensi. Dazai tetap di dalam agensi bersama Ranpo, ia duduk di sofa sembari memasukkan kedua tangannya di saku. Walaupun mereka tak bisa melihatku, tetap saja mereka berteriak seakan aku akan mendengarnya.

"Haru, apa kau ada di sekitar sini?"

"Haru-chan!"

"Heiii kembalilah! Cih, Dazai brengsek!"

"Haru-san... kau di mana?"

Di luar sini dingin, badai salju menerjang, namun para detektif itu masih mencariku susah payah. Mereka memanggil namaku berkali kali dan membujukku untuk kembali.

Siapa sebenarnya di sini yang tidak menghargai?

Aku mengangkat kedua tanganku, percikan cahaya merah muda membulat sempurna di kedua ujung tanganku. Pertama tama, kuluncurkan bola cahaya itu pada pohon sakura besar di dekat agensi. Selanjutnya aku terbang melesat meninggalkan gedung agensi sembari meluncurkan bola bola cahaya ke berbagai tempat. Udara perlahan menghangat, beradu dengan butiran salju yang masih samar samar turun.

Kuitari Jepang dengan sangat cepat, semakin sering dan besar bola cahaya yang kuhasilkan dan menghantam permukaan bumi. Dari penglihatanku, ledakan cahaya merah muda yang sangat banyak membuat seluruh Jepang menjadi sangat silau.

Selesai. Akhirnya aku terbang kembali menuju agensi.

Matahari perlahan muncul, meningkatkan suhu udara. Aku duduk sejenak di atas rindang pepohonan yang belum memekarkan bunganya, merasakan cahaya matahari yang perlahan naik. Para detektif telah masuk ke kantor kembali, beberapa dari mereka terlihat gusar dan gelisah.

"Kau tenggelam dalam penyesalan dan kebencian yang tak berguna."

Baiklah, Dazai, akan kuterima perkataanmu itu walaupun tetap saja kau lelaki yang paling mengesalkan yang pernah kutemui.

Jendela agensi dibuka lebar oleh Kenji, tanpa pikir panjang aku langsung menyelinap masuk. Dazai tetap duduk di sana, sofa di pojok ruangan, masih memasukkan kedua tangannya ke dalan saku.

Aku menyentuh lengannya dengan ujung jariku, cahaya biru memercik bersamaan dengan sayapku yang perlahan menghilang.

Atsushi yang berjalan mondar mandir mematung melihatku, Yosano dan Kunikida melongo.

"Haru-san! Kau kembali, syukurlah!!" Naomi menubrukku lalu memelukku erat. "Bunga bermekaran yang kau ciptakan sangat indah!"

Aku berdiri kaku, tak tau ingin berkata apa.

Dazai beranjak dari sofa dengan tiba tiba hingga aku terkejut. Ia berdiri di hadapanku yang masih digelayuti oleh Naomi.

"Tak ada yang ingin kau katakan padaku?" Tanyanya. Sangat tenang.

"A-aku..."

Aku tidak bisa mengatakannya!

No Longer HumanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang