#kisahFahri (part 5)

632 29 0
                                    

PENJAGA HATI (Part 5)

#kisahFahri

Link kisah sebelumnya (part 4):
https://m.facebook.com/groups/488655531196343?view=permalink&id=1879634628765086

=======

Sabtu sore, pertemuan rutin dengan Reina.

Kali ini aku minta dia gantian main ke rumah. Kami berdua duduk di pinggir kolam renang rumahku. Gadis itu senang sekali, apalagi saat kukatakan ada oleh-oleh keripik singkong pedas titipan Mama untuknya. Kemarin Mama baru pulang dari Padang, ada urusan ketemu klien di kota itu.

Titipan oleh-oleh itu aneh, karena rasanya Mama nyaris tak pernah membelikanku apapun dari mana-mana. Biasanya apa yang kuinginkan tinggal minta ke Mama Papa, dan segera terwujud. Aku jarang mendapatkan sesuatu yang tidak kuminta.

Ah, sudahlah.

Sore ini aku menceritakan semuanya ke Reina, dengan suara yang kuusahakan tidak terlalu meledak-ledak. Ingin kelihatan cool, padahal aslinya aku senang sekali Donna menyapaku seperti itu.

Selesai cerita, aku menatap Reina sambil menunggu reaksinya. Gadis itu manggut-manggut menatapku sambil memonyongkan bibirnya ke kiri dan ke kanan.

Aku menegaskan kembali cerita itu, berharap Reina memberi reaksi yang lebih enak dilihat.

"Reeeei, asli gue seneng banget. Donna caaaantiikk, wangi, dan dia mau makan mie pake sendok bekas mulut gue!" kataku nyaris menyemburkan keripik pedas yang sedang lumat dalam mulut.

Wajah Reina malah mengerenyit. Kedua alis tebalnya bertaut di atas hidung.

"Dia langsung berubah sikap, gitu?" tanyanya.

"Iya! Donna nyamperin ke kantin, padahal biasanya lewat depan kelas dia aja, mukanya udah kayak pengen muntah liat gue," ujarku senang.

Gagal sudah usahaku ingin terlihat cool di depan Reina.

Bibir Reina mengerucut sekarang, miring ke kiri. Mata itu masih menatapku dengan kerutan semakin terlihat di atas hidungnya.

"Bentar, kayaknya ada yang kelewat," katanya. Gaya Reina saat ini seperti detektif yang sedang menganalisa kasus pembunuhan misterius.

"Jadi, lo nyampe sekolah pagi itu, semua masih normal?" tanyanya lambat-lambat.

Aku mengangguk penuh semangat, mulutku penuh keripik.

"Lo sempat ketemu Donna sebelum masuk kelas, ngga?"

Aku menggeleng keras. Keripik itu menghalangiku menjawab.

Lalu aku teringat sesuatu.

"Eh, sempat ketemu, ding! Pas gue turun dari mobil, dia ada di depan pintu masuk. Tapi gue ngga berani nyapa, ngeri dia muntah!" jawabku cepat sambil menelan, lalu mencomot keripik lain dari plastik.

Mata sendu Reina membulat.

"Turun dari mobil? Di depan gerbang sekolah? Emang lo ngga turun di pos yang biasa?" tanyanya beruntun.

"Eh, iya. Gue belum cerita ya? Jadi, pagi itu gue tidur di mobil, ngga bisa dibangunin kata Pak Wawan. Daripada telat, jadilah gue dianter sampe gerbang. Malunya, Rei... Sumpah malu banget!"

Reina menggebrak meja keras-keras sambil berkata, "HA!!" Wajahnya menyeringai.

Aku nyaris terlompat. Keripik di mulutku ada yang tertelan sebelum dikunyah sempurna. Menyangkut di tenggorokan.

Buru-buru kusambar minuman dingin di atas meja, meneguknya sampai habis. Syukurlah si keripik ikut tertelan.

"HA APAAN?!" teriakku. Mukaku memanas karena untuk sepersekian detik, aku merasa takut mati keselek keripik.

PENJAGA HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang