#kisahFahri (Part 15)

607 35 2
                                    

PENJAGA HATI (Part 15)

#kisahFahri

Link kisah sebelumnya (Part 14)
https://m.facebook.com/groups/488655531196343?view=permalink&id=1905822786146270

====

Jadwal wisuda sudah di tangan. Tiga minggu lagi, aku dan Magda akan menjalani prosesi wisuda di hari yang sama.

Malam ini aku mengantarkan Magda pulang setelah sepanjang sore menghabiskan waktu mencari bahan kebaya untuk dipakainya saat wisuda nanti.

Dia mengizinkanku memilihkan warna, dan aku memilih bahan brukat berwarna biru langit. Bisa kubayangkan warna kulitnya akan semakin cerah saat mengenakan kebaya itu nanti.

Kami berdua duduk di teras depan kamarnya. Magda terlihat resah, berkali-kali dia terlihat menerawang, dan tak fokus saat kuajak bicara.

"Fahri, kita perlu bicara serius," ujarnya tiba-tiba.

Aku mengangguk, lalu menggeser kursi mendekat padanya.

Dia menarik napas panjang, lalu berkata, "Aku sudah bicara dengan orang tuaku tentang hubungan kita. Mereka tidak setuju."

Jantungku seperti berhenti sejenak, dada terasa sesak. Sulit bernapas. Kutarik napas panjang untuk melegakan rongga dada, namun percuma. Masih sesak.

"Lalu?" tanyaku takut-takut.

Gadis itu mengangkat bahu. Wajahnya sungguh muram.

Kuraih ujung jemarinya pelan. Tak lama jari jemari kami sudah saling mengait. Terasa dingin.

"Aku juga. Sudah kusampaikan pada orangtuaku bahwa aku berencana melamarmu suatu saat nanti," ucapku dengan suara yang tiba-tiba serak.

Mata Magda menatapku dengan sorot yang tak mampu kupahami maksudnya.

"Mama Papaku juga tidak setuju, kecuali kalau kamu pindah agama," ujarku, lalu menundukkan kepala.

Gadisku mengatupkan bibir, wajahnya terlihat mengeras. Dia marah. Sudah pasti itu.

Hari ini adalah hari yang paling kami takutkan. Sudah diprediksi sejak awal, namun kami memilih mengabaikannya.

Magda melepaskan genggamanku, lalu menyandarkan tubuh. Mata coklatnya memandangku, seperti sedang menimbang-nimbang.

Hening cukup lama, rasanya dadaku mau meledak.

"Ya sudah." Suara Magda terdengar serak.

"Ya sudah? Maksudmu apa?" tanyaku. Rasa takut semakin menjalariku.

"Fahri, kita sudah tahu hari ini akan datang. Dan kita sudah tahu, akhirnya akan seperti apa," ujar gadis itu.

Bisa kulihat dia setengah mati menahan emosinya. Gadis hebat. Sementara aku? Sepertinya tanpa sadar aku sudah menangis.

"Bagaimana kalau aku tetap mau kamu? Bagaimana kalau aku yang pindah agama?" Suaraku terdengar semakin serak.

Gadis itu menatapku dengan tatapan murka.

"Tidak. Aku tidak mengizinkan. Keimanan bukan sesuatu yang bisa diubah-ubah semaumu."

"Pindah agama karena apa? Cinta? Kamu tahu, cinta bisa hilang suatu saat nanti. Lalu mau kau apakan agamamu?" ujarnya pelan, nyaris berbisik.

"Bodoh," desisnya. Lalu Magda membuang pandangan jauh ke luar sana.

Kutundukkan kepala, sekilas terlihat Magda mengusap pipinya dengan punggung tangan. Hatiku berdesir perih.

PENJAGA HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang