🍁Chapter 10. Terlalu Berharga

7.6K 382 6
                                    

"Menyakitimu? Kamu terlalu berharga untuk itu."

*****

Riana memijat pelipisnya merasa pening, kini ia bertanya-tanya apakah ia telah membuat kesalahan?. Bagaimana bisa dia menerima perempuan cerewet yang hanya tahu mengoceh dan menempelinya itu?.

"Gue gak ngerti deh, padahal gue cuman gak nulis 's'-nya doang. Masa nilai gue lebih rendah dari si Angel? Diakan cuman nyontek punya orang." Chelsea menggerutu kesal, tangannya meremas bungkus camilan ditangannya sebagai bentuk kekesalannya yang tak terlampiaskan.

"Tuh guru kayaknya minta di semprot deh!"

Riana mendengus dan berkata tanpa peduli. "Ya sudah, pergi sana. Pak Rendra ada di ruang guru." Dengan Chelsea, Riana tak lagi menggukan bahasanya yang kaku. Dia membiasakan diri untuk berbicara lebih santai padanya.

Menoleh, Chelsea tertawa kaku sembari  melonggarkan cengkramannya saat melihat raut kesal Riana. "Ah, gue bercanda kali. Gak usah serius gitu." Chelsea berfikir bahwa Riana benar-benar tak dapat diajak bercanda. "Mending kita ke kantin, gue laper." Ucapnya mengubah topik.

Riana menggelengkan kepalanya, selama ini dia tak pernah sekalipun menginjakkan kakinya di tempat yang dianggap surga dunia oleh siswa yang lainnya itu. Dia tak pernah suka berada diantara kerumunan orang, terutama jika menjadi pusat perhatian. Baik itu sebagai objek kekaguman ataupun sebagai bahan penghinaan.

"Kamu pergi saja, aku akan ke rooftop." Tolaknya.

"Gak bisa! Lo gak bosan makan disana mulu? Sekali-kali lo juga harus coba makan dikantin, Ayo!" Chelsea menarik tangan Riana agar berdiri. "Hari ini kita harus makan dikantin." Katanya cepat saat melihat raut keengganan Riana.

"Aku gak bawa uang." Alasannya, dia benar-benar tak ingin pergi.

"Gue yang traktir."

Riana mendesah, pasrah akan keinginan Chelsea. Dia tahu bahwa kali ini Chelsea tak akan mungkin bisa ditolak. Namun, walau begitu dia tetap mengingatkan Chelsea agar duduk ditempat yang tak akan begitu diperhatikan sebelum setuju untuk mengikutinya ke kantin.

Suasana riuh ricuh adalah hal yang menyambut Riana saat pertama kalinya menginjakkan kaki yang katanya adalah surga dunia itu. Hahh, dia benci itu. Tertalu berisik.

Riana mengerutkan dahinya, sangat terusik dengan suasana bising disekitarnya. Dia berhenti, menoleh menatap Chelsea dan berkomentar "Terlalu bising, aku tidak suka." Tegasnya.

Chelsea tak mengindahkan ucapan Riana dan malah menarik tangan perempuan itu menuju bangku kosong dipojok. Sesuai dengan permintaannya.

"Tenang aja, nanti lo juga bakalan terbiasa." Chelsea menekan bahu Riana hingga terduduk di kursi. "Lo mau makan apa? gue yang traktir." Katanya bersemangat. Dia berjanji akan mengubah sifat kaku dan penyendiri Riana. Dan segalanya dimulai dengan hal-hal sederhana semacam ini.

"Terserah."

Chelsea tertawa melihat raut kesal temannya itu. "Awas kalau lo sampai pergi! Tunggu disini." Kecamnya sebelum pergi.

Riana memperbaiki letak kacamatanya, berusaha untuk membuat nyaman dirinya ditengah kebisingan. Tempat semacam ini tak pernah cocok untuknya.

"Tumben kesini? Gak makan di atas lagi?"

Riana seketika memicingkan matanya saat Algino dengan tanpa permisi mengambil tempat dihadapannya. Riana kira, Algino tak akan lagi muncul dihadapannya karena setelah kejadian terakhir kali dia tak lagi melihatnya.

Algino menaikkan sebelah alisnya, kemudian terkekeh lucu "Kayaknya lo emang gak suka sama gue." Setiap kali dia muncul dihadapannya, Riana pasti akan selalu bersikap waspada dan menatap tajam padanya. Hal-hal ini tidak lantas membuat Algino kesal, malah dia semakin merasa tertantang untuk meluluhkan dan menjinakkan Riana.

Fake Nerd#Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang