"Gue juga bisa jadi serius, terutama menyangkut segala sesuatu tentang lo. Yakin, deh. Gue gak mungkin main-main."
*****
Bagaikan de javu, Riana kembali tertegun dengan tindakan Algino. Sapuan nafas di telinga dan pipinya membuat Riana merasa tidak nyaman, atau lebih tepatnya jantungnya yang menjadi bermasalah. Jantungnya berdetak kencang seolah-olah setiap saat akan siap melompat keluar. Entah karena marah atau malu, wajah Riana menjadi memerah.
"Menjauh!" Riana mendorong tubuh Algino darinya, namun sebanyak apapun tenaga yang dia gunakan, lelaki itu hanya akan mundur selangkah kemudian kembali mengurungnya. Tidak membiarkannya pergi.
Algino menunduk menatap tepat dimata Riana yang melotot marah padanya. Menyeringai, Algino mendesah dan berkata seolah telah tersakiti "Tau gak? Lo udah ngelukain harga diri gue."
Tak lagi berjuang, Riana lantas mendengus dan memalingkan wajah, tak ingin menatap lelaki menyebalkan itu.
"Seharusnya lo tau, cowok paling gak suka kalau ada orang yang melukai harga dirinya."
Mencibir, Riana melihat tangannya di depan dada, menatap Algino dengan raut wajah menantang "Lalu? Apa hubungannya dengan saya?" Riana berkata tak peduli.
"Lo?" Algino menyeringai dengan raut kesenangan terpancar dari wajahnya. "Lo melukai harga diri gue." kata Algino dalam, namun tak ada jejak kemarahan dalam kata-katanya. Yang ada hanyalah rasa ketertarikan yang kuat, sampai-sampai bahkan Riana yang biasanya tenang tanpa terpengaruh, merasa merinding dibuatnya.
"Mengapa saya? Kita bahkan tak saling mengenal, bagaimana saya bisa menyinggungmu? Lagi pula, bukankah sedari awal sudah saya tegaskan bahwa saya tak ingin lagi berurusan denganmu." Riana menatap Algino serius, ingin membuat segalanya menjadi jelas. "Segalanya diantara kita hari itu hanya ketidaksengajaan, saya tak mengenalmu dan begitupun sebaliknya. Jadi, saya anggap kita akan tetap seperti ini. Orang asing yang tak saling mengenal satu sama lain."
Tangan Algino yang bertumpu pada dinding tanpa sadar mengepal. Mendengar kata 'asing' yang digunakan oleh Riana, entah mengapa Algino merasa terusik. Tidak suka.
"Lo baru saja menyebutkan alasannya, penolakan keras yang lo lakuin itu telah melukai harga diri gue. Sepanjang sejarah, gak ada cewek yang pernah nolak gue." Algino menyisipkan helai rambut panjang Riana ke belakang telinga "Lo adalah yang pertama." Lanjutnya.
Menepis tangan Algino yang masih menyentuh rambutnya. Setelah mendengar alasan abstrud lelaki itu, ketidaksukaan Riana pada Algino makin membesar. Alasan yang dibuat oleh Algino makin membuat Riana yakin bahwa lelaki itu memang hanya tahu bermain-main dan mengacau. Algino tak pernah bisa serius.
"Berhentilah mengusik hidup saya hanya karena alasan konyolmu itu! Saya tidak punya waktu untuk meladeni orang seperti kamu yang hanya tahu bermain-main dan menyakiti hati perempuan."
Algino menaikkan sebelah alisnya, menyeringai m. "Jadi lo kira gue main-main?" ucap Algino sembrono. "Oke, mulai sekarang lo jadi pacar gue! Supaya lo liat, gue juga bisa serius saat berurusan tentang lo."
*****
"Sialan! Lo berdua ngapain sih? Buka pintunya!" Chelsea berteriak marah, menatap kesal pada dua orang laki-laki yang dengan santainya duduk dan berdiskusi tentang bagaimana Algino akan berurusan dengan Riana.
Tadi, setelah Riana menelfon untuk membawakan tasnya, Chelsea dengan segera menyanggupinya karena dia juga khawatir dengan keadaan temannya itu. Terlebih saat mendengar Angel dan teman-temannya bergosip tentang bagaimana Cindy dan Vani membully Riana, mendorong dan menumpahkan minuman padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Nerd#Wattys2019
Teen Fiction"Jangan menilai seseorang berdasarkan penampilan atupun latar belakangnya, karena bisa saja dia lebih hebat dari pada dirimu." -Fake Nerd Karena suatu alasan. Iriana Allisia Jhonson terbang ke Indonesia. Menyamar dan menggunakan identitas palsu untu...