🍁Chapter 11. Suka?

7.5K 363 4
                                    

"Jangan bermain dengan perasaan, karena cinta bisa menjadi semanis madu atau bahkan menjadi racun mematikan untukmu."

****

Chelsea menatap geram pada pemandangan di depannya, jika saja ia datang terlambat ia tak tahu akan jadi bagaimana nasib Riana.

"Lepasin tangan lo! Mau gue laporin ke kepsek?" Ancam Chelsea tajam sembari menyingkirkan tangan Cindy dari Riana dan menarik perempuan itu kebelakangnya. Berusaha melindunginya.

"Ngapain lo? Ini urusan gue sama si cupu! Minggir!" Seru Cindy tak terima. Dia palung benci pada orang-orang yang bersikap lebih arogan dihadapannya.

Chelsea mencibir tak mengindahkan ucapan Cindy dan malah menarik tangan Riana pergi. Namun sebelum itu Chelsea sempat melontarkan peringatan "Sekali lagi gue lihat lo nyentuh temen gue, gue gak akan segan-segan bertindak lebih kasar." Katanya dengan nada meremehkan.
"Jangan Cin, dia bukan orang yang bisa kita sembarangan sentuh." Bella yang sejak tadi diam meraih tangan Cindy, mencegahnya.

Cindy menatap tidak suka pada Bella, namun tak ayal ia tak membantah karena memang, Chelsea bukanlah seperti siswa biasa lainnya yang dapat mereka ganggu seenaknya.

"Tenang aja Cin, kita bisa cari cara lain buat ngasih pelajaran sama tuh cewek kampung." Kata Vani menenangkan.

Pada akhirnya Cindy hanya bisa mengalah, namun dia tak akan menyerah. Karena jika Riana masih tak mengindahkan ucapannya dia tak akan pernah melepaskan cewek itu begitu mudah lagi. Akan dia pastikan kehidupannya disekolah ini tak akan tenang.

Disisi lain, Chelsea dan Riana kembali ke kelas karena bel masuk telah berbunyi. Chelsea hanya bisa menahan rasa penasarannya hingga jam pelajaran usai.

"Pulang nanti, jangan lupa cerita." kata Chelsea mengingatkan yang hanya diangguki Riana dengan asal.

*****

Sesuai janji, setelah bel pulang berbunyi. Tanpa persetujuan Riana, Chelsea menariknya ke rooftop. Ingin mendengar cerita lengkap dari Riana perihal kejadian di Toilet.

"Cepet cerita! Kenapa tuh orang-orangan sawah ngeroyok lo?" Tanyanya penasaran.

Riana menghela nafas panjang, agak kualahan menghadapi sikap Chelsea yang tidak sabaran terutama saat ia mulai mengeluarkan bahasa alien yang tak dimengertinya. Menyandarkan punggungnya, Riana berucap acuh "Salahpaham."

"Salahpaham?" Beonya bingung.

Riana melirik Chelsea bosan namun tak ayal tetap menjelaskannya dengan sederhana "Dia kira aku suka sama Algino." Ini adalah pertama kalinya kata 'Algino' keluar dari bibirnya.

"Ohh.... Jadi ini semua karena tuh cowok Playboy?! Dia nuduh lo suka tuh cowok? Terus gak terima gitu?" Chelsea berkata geram. Hanya masalah sepele dan mereka ingin menggunakan kekerasan? Yang benar saja!.

Riana mengangkat bahunya acuh, seolah kejadian tadi tak pernah terjadi. Lagi pula Riana memang tak perduli, tetapi tentu saja dia juga tak akan membiarkannya begitu saja. Orang-orang seperti mereka jika tidak diberi pelajaran yang nyata, mereka akan terus melunjak menganggap bahwa apa yang mereka lakukan adalah benar. Akibatnya akan ada bayak orang seperti dirinya yang mengalami kekerasan disekolah. Sebagai kepala yayasan, Riana sudah berniat memindai ulang aturan disekolah dan mencari tahu mengapa masih ada kejadian pembullyan yang terjadi.

"Gila! Lagian dia siapanya Algino? Pacarnya? Sampai gak terima gitu."

"Entah, aku tak ingin memikirkannya."

Chelsea mengangguk-anggukkam kepalanya, sudah terbiasa dengan ketidakpedulian Riana. Lagi pula ia cukup senang, setidaknya Riana tidak terjebak dengan pesona Algino yang katanya hanya suka mempeainkan hati perempuan tanpa niat serius. Ia tak ingin oramg yang sudah dianggap sahabatnya itu terluka. Terutama karena cowok brengsek.

Fake Nerd#Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang