"Perempuan dan Mapel Bhs. Inggris itu sama. Sama-sama munafiknya."
*****
Cinta....
Sampai saat ini Riana tak mengerti makna dari kata tersebut. Apakah saat seseorang memberimu perhatian berarti dia mencintaimu? Apakah saat dia peduli berarti dia mencintaimu? Apakah saat dia selalu saja mendengarkanmu berarti dia telah mencintaimu? Jika, ya. Lalu bagaimana dengannya? Lelaki itu juga perhatian, dia peduli, dan selalu mendengarkannya. Namun, nyatanya itu hanyalah sandiwara. Kebohongan. Tak nyata sama sekali. Segalanya hanyalah fantasi yang dibangunnya seorangnya diri....
Lalu bukankah berarti Cinta itu hanyalah kepalsuan?
Omong kosong. Kata yang tak memiliki arti sama sekali. Yang pada akhirnya hanya akan membawa penderitaan yang tak berujung.
Dan dia, Iriana Allisia Jhonson tak ingin mengalami penderitaan itu untuk yang kedua kalinya....
Jari-jari Riana yang memainkan rubik seketika berhenti. Memandang kosong sejenak pada benda berbentuk persegi itu, kemudian mengulurkan tangan menyerahkannya pada Kelly yang duduk di kursi depan.
Berbalik, Kelly menatap bingung pada rubik di tangan Riana lalu mendongak seolah bertanya tujuan Riana menyerahkan benda itu padanya.
"Serahkan pada lelaki yang bersama saya tadi, benda ini miliknya." Riana memberi isyarat agar Kelly mengambil rubik itu dari tangannya.
Masih dengan raut wajah bingung, Kelly mengambil rubik itu "Tapi.... alasan apa yang harus saya gunakan jika dia bertanya mengapa rubik ini berada ditangan saya?"
Hening sejenak, sebelum suara acuh Riana kembaki terdengar "Katakan saja kau tak sengaja menemukannya, atau jika kamu masih bingung, kamu bisa menyimpannya." Riana menurunkan kaca jendela, menutup mata menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya "Dan jika kamu tak menginginkannya, buang saja. Dia mungkin tak peduli dengan barang semacam itu." Hati perempuan saja dia tak peduli, apa lagi hanya benda seperti ini. Riana membatin.
"Baik, Miss."
Setelahnya, suasana di dalam mobil itu kembali hening. Tak ada percakapan lagi.
Secara perlahan, Riana membuka matanya menatap jalan kota yang selalu ramai setiap harinya. Lalu suara helaan nafas bisa kasar keluar dari mulutnya. Entah apa yang difikirkan oleh perempuan remaja itu. Hanya dia dan tuhan yang tahu.
*****
Tak ada hal menarik yang dapat dilakukan Riana di sore ini. Dia hanya sibuk menatap layar laptopnya, menonton drama korea yang diberikan Chelsea pagi tadi. Katanya agar dapat menambah pengetahuannya.
Sampai di episode 5, Riana cukup menikmatinya. Setidaknya jalan ceritanya menarik dan tidak membosankan.
Riana mengerutkan alisnya, lalu dengan cepat memalingkan wajahnya. Sebuah rona kemerahan dapat terlihat dipipinya yang putih.
Sejak kecil, Riana adalah gadis yang pemalu. Walau tinggal di negara yang kontak secara fisik antar pasangan adalah hal yang wajar, namun Riana tidak begitu akrab dengan hal-hal tersebut. Terlebih, saat sang Mama masih ada dan selalu saja mengingatkannya agar tak terjerumus dengan pergaulan dan memegang teguh prinsip dan budaya timur.
Karena itu, melihat adegan ciuman yang dilayar laptopnya itu membuatnya agak tidak nyaman. Ah, atau lebih tepatnya ia merasa malu. Riana kembali melirik layar laptopnya, dan tanpa sadar menghembuskan nafas lega saat adegan ambigu tersebut telah berakhir.
Tak ingin membuat dirinya merasa malu sendiri, Riana dengan cepat mencabut flashdisk milik Chelsea kemudian menutup laptopnya. Dia tak ingin melihat hal-hal ambigu lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Nerd#Wattys2019
Teen Fiction"Jangan menilai seseorang berdasarkan penampilan atupun latar belakangnya, karena bisa saja dia lebih hebat dari pada dirimu." -Fake Nerd Karena suatu alasan. Iriana Allisia Jhonson terbang ke Indonesia. Menyamar dan menggunakan identitas palsu untu...