"Jika tidak ada perasaan, mana mungkin ia akan terluka hanya karena kata-kata sederhana. "
****
"Menurutmu, apakah mereka akan bersama?" Chelsea menyipitkan mata, menatap sepasang anak manusia yang berjalan tidak jauh di depan mereka. Bahkan dari jauhpun, gadis itu dapat menebak apa yang terjadi diantara keduanya.
Pengejaran yang berujung penolakan. Benar-benar malang. Pikir Chelsea kasihan.
Altaf menunduk menatap ekspresi serius gadis di sampingnya, tanpa sadar senyum kecil terbit di bibirnya.
"Lo pengen tahu banget, yah?" Bisiknya dekat telinga gadis itu, membuat Chelsea tersentak geli. Ada rona samar pada wajah putihnya, dan Altaf sadar akan itu.
"Y-ya, emang lo gak penasaran apa?" Chelsea diam-diam mengutuk dalam hatinya, mengapa dia jadi terdengar gugup?!
"Enggak." Jawab Altaf santai, maju ke depan dan berhenti tepat di hadapan Chelsea.
Keduanya terdiam sesaat, saling memandang, seolah waktu telah berhenti dan yang tersisa hanya ada mereka berdua.
Altaf kembali maju selangkah, membuat jarak diantara mereka kian menipis, ia menunduk menatap wakah kecil putih menggemaskan di hadapannya. Matanya menyipit, terlihat menggoda. "Aku hanya penasaran pada satu hal... "
Chelsea meneguk ludahnya susah payah, ia bahkan bisa mendengar suara degup jantungnya. Seolah sewaktu-waktu dapat melompat kapan saja.
"Kapan kamu akan membalas perasaanku?"
****
Riana suka membaca, dan itu adalah hobinya. Setiap waktu yang dia habiskan untuk membaca terasa sangat menyenangkan. Itu membuatnya seolah mempunyai ruang tersendiri yang dapat memberinya ketenangan. Hanya untuk dirinya, tanpa seorangpun yang menggangu.
Hanya saja kali ini berbeda ...
Mengambil nafas panjang, Riana melirik lelaki di hadapannya, matanya yang dibingkai kacamata hitam menyipit tidak senang. Ia menutup dengan kasar buku dihadapannya dan dengan kesal bertanya, "Mengapa kamu terus mengikutiku?"
Menopang dagunya, Algino berusaha membuat sudut agar ia terlihat lebih tampan di mata Riana, "Gue ngak ngikutin lo." Jawab Algino santai, tatapannya tak pernah lepas dari gadis dihadapannya.
"Lo gak lihat? Gue lagi baca buku." Algino bertindak seolah telah dituduh salah, sambil menunjuk buku yang telah diambilnya secara acak dan ia letakkan di hadapannya. Tentu saja, sebagai pajangan. Ia lebih minat menatap perempuan yang telah mencuri hatinya, ketimbang buku tebal membosankan itu.
Riana menarik nafas, berusaha menangkan diri agar tidak terbawa emosi karena lelaki dihadapannya. Akhir-akhir ini, sepertinya dia tidak bisa mengontrol emosinya sendiri jika berhadapan dengan Algino. Fakta ini membuatnya tidak senang, karena Riana tahu artinya.
Lelaki itu mulai mempengaruhi emosinya!
"Lalu bisakah kamu tidak menatapku? Itu membuatku risih!"
"Kenapa? Gugup?" Goda Algino sambil memajukan wajahnya.
"Kamu! Apa sebenarnya yang kamu inginkan! Bukankah sudah ku katakan aku tidak menyukaimu! Sampai kapanpun aku tidak akan menyukaimu! Jadi bisakah kamu menjauh dariku? Kamu selalu muncul dihadapanku seperti lalat pengganggu yang sama sekali tidak menyenangkan."
"Apakah itu sangat menyiggung perasaan jika aku menolakmu? Aku tidak tahu apakah kamu bodoh atau apa, tidak bisakah kamu mengerti bahasa manusia? Aku katakan sekali lagi, aku tidak menyukaimu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Nerd#Wattys2019
Teen Fiction"Jangan menilai seseorang berdasarkan penampilan atupun latar belakangnya, karena bisa saja dia lebih hebat dari pada dirimu." -Fake Nerd Karena suatu alasan. Iriana Allisia Jhonson terbang ke Indonesia. Menyamar dan menggunakan identitas palsu untu...