🍁Chapter 17. Dia Berdeda

7.4K 366 3
                                    

"Untuk apa bersusah payah mengharapkan sesuatu yang hanya akan berakhir sia-sia? Mungkin langit memang tidak ditakdirkan untukmu, karena ada hal yang lebih baik dari langit yang menunggumu."

******

Riana duduk di sofa dengan keadaan linglung, kembali mengingat kejadian di UKS. Terlebih tatapan Algino yang mengandung tekat dan keseriusan. Jujur saja, Riana sedikit tergerak melihat keyakinan Lelaki itu. Namun kembali lagi, apakah Lelaki seperti Algino yang terbiasa mempermainkan hati perempuan dan tak pernah bisa konsisten pada satu hubungan, dapat juga menjadi serius? Dan lagi, yang anehnya, mengapa ia harus begitu pusing memikirkannya? Biarkan saja. Lupakan. Mau dia serius atau tidak, itu tidak ada hubungannya dengannya.

Tapi....

Brakk!

Riana tersentak, suara gebrakan pintu menarik kesadarannya. Menoleh, Riana menatap Chelsea yang bersandar dipintu dengan ekspresi bingung. Ada apa dengannya? Sebab raut wajah Chelsea seperti dia baru saja melihat hantu.

"Ada apa?" Tanya Riana heran.

Seolah tersadar, Chelsea menatap Riana, bergerak mendekatinya sambil menggerutu "Gila! Gila! Gila! Tuh cowok udah gak waras! Yakin gue! Dia udah gila!" Chelsea mendudukkan dirinya disamping Riana, menatap langit berawan diatasnya, dan kembali bayangan dikelas terulang dikepalanya.

"Sialan! Tuh cowok mau main-main sama gue atau apa?!" Chelsea kembali memberenggut.

Alis Riana semakin terajut, perempuan itu datang dengan cara yang tidak wajar dan setelahnya ia bahkan mulai berteriak dan mengucapkan kata-kata tidak jelas. Lalu pendapat Algino tentang Chelsea terngiang dikepalanya.

Cewek yang suka teriak-teriak...

Riana baru menyadarinya sekarang, walau dia tahu Chelsea cerewet, namun biasanya dia jarang berteriak frustasi seperti ini.

"Kamu kenapa? Berteriak-teriak tidak jelas seperti ini?" Tanya Riana, tak tahan lagi jika Chelsea kembali mengeluarkan suara melengkingnya. Sedari dulu dia adalah tipe perempuan yang suka ketenangan, karenanya dia tidak terbiasa dengan teriakan-teriakan Chelsea.

"Lo tau Altaf?" Chelsea memperbaiki letak duduknya menghadap Riana. "Itu temennya si Buaya. Eh? Gak, mereka satu spesies. Sama-sama buaya darat!" Lanjut Chelsea saat Riama diam menggelengkan kepala.

Riana memutar bola matanya malas, mencoba bersabar. "Iya, lalu kenapa dengan dia?"

"Gini yah gue ceritain." Chelsea mengambil nafas panjang, siapa mengeluarkan uneg-unegnya. "Tadi pas gue mau ke UKS, Tiga Al, tiba-tiba aja ngehadang gue. Algino ngambil tas lo dan gue dikurung dikelas anak kelas sepuluh. Terus, waktu Alif keluar, guekan cuman berdua tuh sama Altaf? Dia tiba-tiba aja duduk disamping gue, terus ngambil tangan gue dan bilang 'lo mau jadi pacar gue?' Kan gila! Kita aja baru ketemu sekali, masa langsung nembak, PDKT dulu kek, apa kek gitu. Tuh cowok gak waraskan? Untung Algino dateng, jadi gue bisa cepet-cepet kabur kesini." Cerita Chelsea panjang lebar dan berapi-api.

Namun, Riana lantas mengerutkan dahinya, matanya memicing memperhatikan dengam seksama wajah Chelsea yang terlihat agak memerah, entah itu karena kelelahan atau karena malu.

"Kamu suka dia?" Tebak Riana.

Sesaat Chelsea tertegun, namun dia dengan cepat membantah "Hah? nggak!" Chelsea menjawab cepat, namun karena itu juga Riana semakin mencurigainya.

"Lalu kenapa kamu bersikap gelisah seperti ini? Jika kamu tidak menyukainya, kamu tentu akan bersikap tidak peduli dengan itu. Tidak akan seheboh ini."

Fake Nerd#Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang