"Masalalu hanya akan tetap menjadi masa lalu. Gue gak pernah berniat mengulang kisah yang sama, terutama karena ada lo di dalamnya."
_Algino Fernandez_
*****
Seperti biasanya, Riana kembali menjalankan kewajibannya sebagai seorang siswi. Kesekolah, belajar dan melakukan hal monoton lainnya.
Walau begitu, Riana tidak merasa bosan. Ia cukup menikmati kehidupan seperti ini, yang jauh dari segala masalah yang memperumit kehidupannya.
Dengan begitu, Riana dapat lebih bersantai. Seperti saat ini, setelah bel tanda istirahat berbunyi, ia menenteng paperbag yang berisi kotak bekalnya menuju rooftop, tempat ternyaman disekolah.
Tetap dengan raut wajah datarnya, Riana berjalan tanpa memperdulikan sekitarnya. Dia tak peduli dengan segala macam bentuk cemoohan yang mereka lontarkan baik secara langsung maupun secara tersirat. Baginya, mereka hanya segerombolan orang yang tak pernah puas dengan kehidupan mereka sendiri.
Menaiki tangga, Riana tersenyum membuka pintu rooftop dengan suasana hati yang cukup baik.
"Bukannya gue udah bilang kalau gue cuma nganggep lo sebatas teman doang. Gak lebih. Kita sudah lama berakhir."
"Kenapa?" Pamela menatap cowok dihadapannya dengan mata yang berkaca-kaca. Tak terima dengan penolakan cowok yang telah memasuki ruang dihatinya itu.
"Kenapa? Lo masih nanya?" Algino menatap tak percaya perempuan berambut panjang itu.
"Bukannya aku udah minta maaf? Apa gak cukup?" Pamela maju selangkah, berniat menggenggam tangan Algino, namun cowok itu dengan cepat menepis tangannya. Karena baginya, Pemela hanyalah bagian kecil dari masalalu yang tak pantas untuk dikenang.
"Lo kira maaf cukup?" Algino tersenyum sinis, ia memasukkan salah satu tangannya ke dalam saku celana "Ternyata lo masih sama yah?Masih egois dan gak berperasaan."
"Lagi pula, masalalu hanya akan tetap menjadi masa lalu. Gue gak pernah berniat mengulang kisah yang sama, terutama karena ada lo di dalamnya." Algino berucap tajam, tanpa peduli jika Pamela merasa tersakiti karena ucapannya.
Apa urusan gue? Mau dia sakit hati kek, nangis kek, atau sekalian mati. Gak ada urusannya sama gue. Fikirnya.
"Coba deh lo rubah sikap sok perfect lo dulu, baru mungkin gue bakal pertimbangin tentang perasaan lo itu. Karena, gue paling anti sama cewek kayak lo. Pura-pura baik dan sempurna, namun nyatanya lo gak lebih dari sekedar cewek murahan yang suka nempel sana sini." Algino tersenyum sinis, ia bahkan tak tergerak melihat air mata Pamela.
Pamela menghapus air mata yang menetes dipipinya, ia memaksakan senyumnya "Lo bisa hina gue sepuas yang lo mau, tapi jangan harap gue bakalan nyerah untuk dapetin lo lagi."
Mendengus jijik, Algino mengalihkan tatapannya dari Pamela, benar-benar jijik atas perilaku perempuan itu. Dan saat itulah, tatapannya terkunci dengan mata tajam Riana yang berdiri di depan pintu.
Riana yang baru saja membuka pintu dan disuguhkan dengan kehadiran kedua orang yang tak dikenalnya menjadi bingung harus melakukan apa. Terlebih sepertinya, keduanya terlihat terlibat dalam perselisihan.
Tatapan Riana terkunci pada sepasang manik mata coklat yang terlihat begitu memikat. Riana mengerutkan dahinya, saat ingat bahwa cowok itu adalah orang yang sama yang hampir ditabraknya beberapa hari yang lalu.
Algino menyeringai, ia berjalan menghampiri Riana dan berdiri tepat didepan perempuan itu.
"Gue rasa lo gak perlu buang-buang tenaga, karena gue udah punya seseorang yang spesial." Tanpa peringatan, Algino menarik tangan Riana dan berdiri tepat di depan Pamela yang sejak tadi memperhatikan setiap gerak-geriknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Nerd#Wattys2019
Teen Fiction"Jangan menilai seseorang berdasarkan penampilan atupun latar belakangnya, karena bisa saja dia lebih hebat dari pada dirimu." -Fake Nerd Karena suatu alasan. Iriana Allisia Jhonson terbang ke Indonesia. Menyamar dan menggunakan identitas palsu untu...