Chapter 21. Ada Apa Dengan Mereka?

5.5K 285 27
                                    

"Mungkin, ada seseorang yang sedang menunggu untuk kamu lihat...."

*****

"Selain gak punya mata, jangan bilang lo juga gak punya mulut?." Pamela mengepalkan tangannya, menahan dorongan untuk menampar perempuan cupu dihadapannya. Pamela tak akan lupa, jika Riana adalah penyebab Algino berpaling darinya. Yah, setidaknya begitulah menurut dia.

"Cih! Gue bener-bener gak ngerti apa sih yang Algino suka dari lo? Cupu, kucel, miskin, dan lagi...." Pamela menatap Riana dari atas ke bawah. Menilai.

"Gak ada bagus-bagusnya."

Tak menjawab. Riana tetap berdiam diri di tempatnya, menatap Pamela seolah melihat seorang idiot, pengacau yang terlalu merasa hebat. Riana benar-benar tidak mengerti, Ada apa dengan perempuan-perempuan yang ditemuinya? Sepertinya mereka saling berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatian Algino, seolah-olah tidak ada makhluk lain selain lelaki yang menurutnya hanya deorang Cassanova.

Tak adanya respon dari gadis di hadapannya, hanya menyulut emosi Pamela yang telah terpendam sejak lama. Tanpa memperdulikan citra perempuan baik dan lembut yang selama ini telah di bangunnya dengan susah payah, Pamela maju hendak menampar wajah kumal di hadapannya itu. Bahkan jika bisa dia ingin menghancurkannya, mungkin saja Algino akan kembali melirik dirinya.

Melihat tangan gadis itu yang akan melayang ke arahnya, bagaimana mungkin Riana membiarkannya? Dia tak akan pernah mau menerima kerugian "Menyedihkan," Riana tersenyum mengejek sembari mencengkram tangan Pamela yang akan menamparnya, "Saya tidak menyangka jika kamu akan tetap menjadi seseorang yang menyedihkan seperti ini, bodoh."

"Apakah fikiranmu benar-benar dibutakan olehnya? Mengapa kamu harus membuat dirimu menjadi seperti ini hanya untuk seorang laki-laki yang bahkan tidak memperdulikanmu? Memperlakulanmu layaknya sampah yang bahkan akan merusak pandangannya? Seolah-olah tak ada laki-laki yang lebih baik darinya. Buka matamu dan lihat, akan ada seseorang yang mungkin menunggu kamu untuk lihat..." Sangat jarang bagi Riana untuk memberikan nasehat, terlebih dalam hal percintaan. Hanya saja, gadis di depannya ini benar-benar terlalu menyedihkan.

Bodoh, terlalu bodoh!

Melepaskan tangan Pamela, Riana memberikan lirikan terakhir pada gadis itu sebelum melenggang pergi. Semoga saja, IQ Pamela cukup untuk mencerna kata-katanya, jika tidak Riana tak tahu lagi apa gunanya otak gadis itu.

*****

Pada awalnya, setelah dari perpustakaan, Riana berencana akan menyusul Chelsea ke kantin. Namun, ia berubah fikiran saat berjalan di koridor menuju ruang guru. Lebih baik dia meminta surat izinnya secara langsung dari wali kelas, lagipula dia juga tidak lapar dan memang sedang malas menuju kantin. Terlalu berisik.

Setelah memutuskan, Riana berjalan ke sudut koridor yang sepi dan mengeluarkan ponselnya, mengirim pesan singkat pada Chelsea agar tidak menunggunya.

"Lo ngapain disitu? Main petak umpet?"

Kaget, gadis itu berbalik dan mendapati Alif berdiri tepat di belakangnya. Dengan tenang Riana menyimpan ponselnya, menatap cowok itu seolah berkata 'Ada masalah?'

Dihadapankan dengan tatapan semacam itu, bagaimana mungkin Alif yang pada dasarnya ada seorang playboy yang selalu dikelilingi tatapan memuja dapat menanggungnya? Dia bukan Algino yang masih saja dapat bertahan walau telah diacuhkan berulangkali. Berdehem canggung, Alif bertanya dengan kaku "Lo gak ke kantin? Mau bareng? Kayaknya temen lo itu udah ada disana."

"Tidak." Riana menjawab cepat, kemudian melenggang pergi melewati Alif yang terdiam kaku akan balasan singkat darinya.

"Bener-bener cewek dingin!" Alif bergumam pelan semabari menatap sosok Riana yang perlahan menjauh. Tiba-tiba, Alif merasa kasihan pada temannya. Entah sampai kapan Algino harus menunggu gunung es Riana mencair.

Fake Nerd#Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang