Available

22.5K 1.2K 5
                                    

"Del, nanti jam 2 kamu ikut meeting ya." Perintah Bu Naila, supervisor Adel.

"Meeting apa bu? Saya belum siap-siapin apapun." Adel yang pagi itu datang terlambat dibuat kaget oleh perintah dadakan tersebut.

"Meeting teknis doang kok. Ya how to do your job kayak gitu gitu aja." Ucap Bu Naila sembari kembali ke ruangannya.

Adel tertegun lalu menatap Silvi yang berada di sebelahnya dengan tatapan penuh pertanyaan.

"Lo juga ikut meeting, Sil ?" Tanya Adel.

"Gak tuh. Gue gak di ajak." Jawab Silvi santai. "Yang gue tau yang ikut meeting itu nanti elo, Bu Naila, Bu Tania, Pak Aldo, sama Pak Daniel."

Adel tertegun sekaligus kaget mendengar ucapan Silvi. Bu Naila adalah supervisor Adel, Bu Tania adalah manager HRD sedangkan Pak Aldo adalah manager GA.

"Wah gue bakal diabisin ini sih." Ucap Adel penuh kekhawatiran.

"Atau lo mau naik jabatan kali, Del." goda mbak Navi yang muncul dari depan kubikal Adel.

"Ngarep." ucap Adel menutup pembicaraan.

***

Siang itu Adel tampak buru-buru menyelesaikan makan siangnya di food station kantornya bersama dengan Silvi dan Mbak Navi. Gadis berambut coklat sebahu dengan perawakan agak besar itu nampak ingin segera mengakhiri makan siangnya demi mempersiapkan meeting dadakan yang ia harus ikuti.

"Del, napas ngapa makannya." Tegor Silvi yang berada di sebelah Adel. "Ntar keselek nyaho lo."

"Duilah Sil, mane sempet gue mikirin keselek." Jawab Adel. "Gue kepikiran meeting ntar nih."

"Cie yang mau naik jabatan, antusias banget nih." Goda Mbak Navi sembari menyendokkan makanan ke mulutnya.

"Mulai deh mulut.. Mulut.." ucap Adel gemas sembari mengatup ngatupkan jemarinya membentuk bibir.

"Kalo iya gimana, Del ?" Tanya Silvi agak serius.

"Ya kalo gue sih intinya yang penting gaji gue worth it sih." Jawab Adel meninggikan suara sembari mengibaskan rambut sebahunya itu.

"Miss money maker dasar lo." umpat mbak Navi.

"Siapa miss Moneymaker emang ?" tiba-tiba terdengar sapaan hangat dari seorang laki-laki dengan nada terheran sekaligus menahan tawa.

Adel dan Silvi menoleh ke arah datangnya suara dan sedikit kaget melihat yang berbicara adalah Pak Daniel.

"Eh pak." Mbak Navi pun terdiam sesaat, saat Pak Daniel ikutan nimbrung duduk bersama mereka.

Di bawah meja, kaki mbak Navi, Silvi dan Adel pun saling menginjak karena kaget dan agak sungkan dengan kehadiran laki-laki berkulit putih yang rupawan tersebut.

"Gak apa apa kan saya makan disini ?" Tanya Pak Daniel sopan dengan senyum manisnya.

"Oh gak apa-apa, pak." Jawab Adel yang tanpa sadar wajahnya sudah memerah terpesona dengan senyun manis Pak Daniel.

"Jadi siapa miss moneymaker-nya?" Tanya Pak Daniel memecah ketegangan yang tiba tiba timbul.

"Oh itu sih jelas Adel, pak." ujar Mbak Navi yang mulai cair.

"Apaan sih mbak ?" Adel melotot pada mbak Navi sebal.

"Jadi kenapa Del, kamu disebut miss moneymaker ?" Tanya Pak Daniel penasaran sembari menahan tawanya.

"Ya gitu pak. Adel kan kalo kerja ngitung untung rugi nya. Misalnya kalo lembur nih gak dibayar dia gak bakal mau. Katanya gue di gaji cuma buat 8 jam." Silvi menjelaskan dan mendapat hadiah berupa injekan kaki dari Adel yang dibalas dengan senyum meringis dari Silvi.

"Well, make sense sih menurut saya. Kita kan kerja buat di gaji ya, Del." Jawab Pak Daniel bijak. "Saya pikir saya juga gak mau sih, Del. It's alright as long as your job done properly."

"Oh iya dong, pak. Selama office hour saya selalu berusaha doing my job properly and finish it in time." Jawab Adel bersemangat.

"Gak perlu lah lembur segala. Kalian kan juga ada keluarga di rumah." lanjut Pak Daniel. "Kalian sudah menikah ?" Tanya Pak Daniel.

"Saya sih sudah, Pak. Silvi akhir tahun ini menikah. Kalo Adel akhir tahun ini nyari jodoh, pak. Itu pun kalo dapet, kalo gak dapet ya lanjut lagi deh jadi jomblonya." ujar mbak Navi meledek.

"Doain dong, mbak. Elu mah malah ngeledekin gue." kening Adel berkerut. "Kalo Pak Daniel pasti sudah menikah ya?" tanya Adel mengalihkan pembicaraan.

"Belum, Del. Calon juga belum punya kok." Jawab Pak Daniel tersenyum manis pada Adel.

Yes! Pak Daniel belum married. Ujar Adel dalam hati kegirangan yang pada akhirnya terlihat dari wajah Adel yang kegirangan.

"Wah, Adel punya kesempatan tuh sama Pak Daniel." ledek mbak Navi.

"Mbak.. Apaan sih.." Adel melotot namun tidak dapat menyembunyikan senyum dari wajahnya.

"Ya kalo jodoh gak ada yang tau kan. Ya gak, Del ?" jawab Pak Daniel ber-diplomasi sembari tersenyum penuh arti.

***

Bu Naila sedang menjelaskan tentang rules pekerjaan anak buahnya di depan ruang rapat yang ber cat warna warni di setiap sudut temboknya itu, sementara Adel sedang menulis list pekerjaannya dan how to do nya di laptopnya untuk mempersiapkan presentasi dirinya dan Pak Daniel yang duduk di sampingnya memperhatikan presentasi dari Bu Naila.

"Untuk lebih jelasnya, nanti akan di sampaikan oleh Adel." Ujar Bu Naila menutup presentasinya lalu berjalan ke kursi di samping Pak Aldo.

"Adel, silakan presentasikan rules pekerjaan kamu." ujar Bu Tania lembut.

Adel lalu mempresentasikan semua rules pekerjaannya sebagai finance controller dan how to do serta hambatan dalam pekerjaannya. Sesaat Adel melirik ke arah Bu Naila yang memberikan support pada Adel dengan menunjukkan jempolnya. Sesaat juga Adel melirik pada Pak Daniel yang tersenyum manis pada Adel dan berhasil membuatnya gugup.

"Jadi sekian kurang lebihnya rules dan hambatan dari pekerjaan saya." ujar Adel menutup presentasinya lalu kembali duduk di samping Pak Daniel.

"Kamu hebat, Del." bisik Pak Daniel.

"Hebat kenapa pak ?" Adel agak terkejut sekaligus tersipu mendapat sanjungan dari Pak Daniel.

"Jarang lho orang benar-benar mengerti maksud dan tujuannya dia hadir dalam satu perusahaan itu seperti apa. Sedangkan kamu benar-benar paham." ujar Pak Daniel memberi appreciate pada Adel.

"Ah masa sih, Pak ?" ujar Adel santai berusaha menutupi hatinya yang deg-deg-an karena pujian dari bosnya tersebut.

"Iya. Saya jadi penasaran nih sama kamu." Bisik Pak Daniel pelan dan menggoda.

"Penasaran apaan Pak ?" Adel lebih terkejut lagi dan kali ini tidak dapat menyembunyikannya.

"Penasaran dengan kepribadian kamu. Siapa tau apa yang tadi diomongin sama partner kerja kamu itu jadi kenyataan."

Dan kali ini Adel tak dapat lagi menyembunyikan wajahnya yang memerah dan senyum merekah dari bibirnya yang tipis.

***



My New Boss (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang