Semenjak siang itu, semua keadaan kembali pada kondisi semula, tidak ada lagi drama yang berarti di kehidupan Adel.
Hubungan Adel dan Daniel pun nampak semakin harmonis, hanya saja secercah keceriaan Adel terkadang tiba-tiba hilang apabila tanpa sengaja ia bertemu Aldi di kantor.
Begitupun dengan Aldi yang memilih untuk bersikap dingin dan sewajarnya selayaknya seorang pimpinan dan karyawan terhadap Adel.
Sedangkan Daniel dan Adel masih saja menutupi hubungan mereka di hadapan karyawan lain dan hanya Navi, Silvi serta atasannya Aldi saja yang tau tentang hubungan mereka. Tentu saja sebagai lelaki berparas tampan, banyak sekali wanita di sekitar Daniel yang berusaha mendekati Daniel, seperti saat ini.
"Pak Daniel, rumahnya dimana, pak?" seorang wanita dengan pakaian kurang bahan nampak sedang memberikan laporan pada Daniel dan ingin flirting
"Kenapa emang ?" Tanya Daniel sembari tersenyum, agak sinis.
"Ya siapa tau aja Kirana bisa nebeng, pak." Jawab wanita itu sembari memutar-mutar ujung rambutnya.
Dan tepat saat itu, Adel masuk ke ruangan Daniel ingin memberikan laporan hasil kerja yang sebelumnya diminta oleh Daniel.
"Ngapain lo kayak gitu, Kir ?" Adel membelalakan mata sembari menyindir Kirana.
"Nama gue KIRANA, bukan Kir." Ujar Kirana sebal pada Adel. "Suka-suka gue dong ngapain disini. Lo ngapain disini ?!"
"Gue mau ngasih laporan ke Daniel." Ujar Adel keceplosan.
"Sok akrab banget lo sama Pak Daniel." Kirana nyerocos lagi kali ini dengan nada tinggi sembari berkacak pinggang.
Hampir saja terjadi pertumpahan darah di situ jika saja Daniel tak menengahi.
"Kirana, laporan kamu banyak yang harus di revisi." Ujar Daniel. "Dan revisi juga baju kurang bahanmu. Saya gak tertarik."
Dan ucapan Daniel berhasil membuat Kirana terdiam sembari manyun dan dengan tergesa menarik laporannya kembali dan keluar dari ruangan Daniel sembari membanting pintu.
"Makin gila itu si Kirana. Gak kurang-kurang ke-jablay-annya." Ujar Adel sinis sembari menoleh ke arah pintu yang dibanting.
Dan tanpa disadari Adel, Daniel sudah berada di depan Adel, dan ketika Adel kembali menatap ke depan, bibir Daniel menyambut bibir Adel dengan kecupan kilat nan hangat.
"Hei." Adel kaget namun bahagia. "Ini di kantor, sayang."
"Kamu cemburu ya sama Kirana." Tanya Daniel pada Adel.
"Udah gila kali gue cemburu ama tuh orang." Adel nampak sentimen terhadap Kirana. "Gak lah. Gak suka aja aku."
Daniel tersenyum nakal, lalu beranjak ke tempat duduknya.
"Oke, jadi nona Adel, bagaimana laporan anda ?" Ujarnya setengah menggoda.
***
Sabtu sore yang cerah, Adel yang mengenakan kaus oblong lengan pendek, dipadu dengan jeans biru dan sneakers putih kesayangannya nampak sudah duduk diruang tamu.Seperti kebanyakan pasangan lainnya, di malam minggu ini Adel dan Daniel akan pergi untuk berkencan. Dan mereka sudah berjanji untuk menonton film yang sedang hits saat itu.
Tak lama menunggu bagi Adel karena sesaat kemudian, ia melihat sebuah mobil yang tak asing di matanya terparkir manis di depan rumahnya.
Sang pemilik mobil nampak casual dengan celana jeans biru dan kaos yg membentuk lekuk tubuhnya yg ideal. Ia keluar dari mobilnya dan berjalan menuju pagar rumah Adel dan membukanya, lalu masuk ke dalam
"Duh ganteng banget sih om bos ini." Ujar Adel menggoda.
"Kok om sih ??" Daniel mengangkat alis matanya tinggi.
"Sekilas kan kamu kayak om om." Ujar Adel yang lalu meringis setelah dijitak oleh kekasihnya itu.
"Maaa, Adel pergi dulu yaaa.." teriak Adel dari ruang tamu.
"Ga sopan. Masa pamit sama mama begitu." Tegur Daniel sembari menoyor jidat Adel.
Tak lama kemudian sosok cantik paruh baya keluar ke ruang tamu.
"Kebiasaan ya. Pamit kok sambil teriak-teriak." Ujar mama sembari menjewer telinga Adel.
"Aduh aduh. Ampun ampun ma. Piiisss" Ujar Adel sembari mengacungkan jarinya membentuk v.
"Sini tante, biar Daniel bantu hukum" Ujar Daniel seraya menarik hidung Adel. "Biar mancung."
***
Di salah satu mall yang cukup megah di pusat kota, nampak Adel dan Daniel terdampar disana dengan es krim di tangannya.
"Kita ga makan dulu nih ?" Tanya Daniel dengan puppy eyes nya.
"Katanya mau nonton." Ujar Adel sembari melirik tajan ke Daniel.
"Aku kan cuma nanya. Dilarang ngambek." Ujar Daniel sembari mencubit hidung Adel, lalu mereka berdua pun berjalan menuju bioskop yang ada di mall tersebut.
Adel tampak berdiri di kerumunan orang yang sedang mengantri tiket bioskop bersama dengan Daniel, ketika tiba-tiba di kejauhan ia melihat sosok yang amat familiar di matanya bersama seorang wanita yang berambut panjang, terlihat sedang tertawa mesra, Aldi.
Adel berusaha sebisa mungkin mengacuhkan pemandangan yang diam-diam membuat hatinya panas, namun sesekali ia nampak mengintip dari sudut matanya dan mendapati pemandangan yang tak mengenakan hatinya membuatnya mendengus kesal.
"Bete ya penuh banget ?" Tanya Daniel lembut. "Capek ?"
"Iya. Capek. Penuh banget." dengusnya kesal.
"Jadi nonton gak nih kita ?" Tanya Daniel memastikan.
"Gak ah. Penuh banget. Makan aja yuk." Ucap Adel merajuk.
"Yaudah yuk." lalu Daniel pun membimbing Adel keluar dari antrian yang masih mengular tersebut.
***
Adel tampak mengacak-acak makanannya tidak bersemangat mengingat pemandangan yang tidak mengenakkan matanya tadi.
"Tadi ngajakin makan, sekarang ga di makan." Ujar Daniel sembari menyuap makanan ke dalam mulutnya.
"Dimakan kok." ujar Adel malas.
"Masih bete gara-gara ga jadi nonton ?" Tanya Daniel. "Nanti aku beli mtix deh jadi besok kita pesen dulu sebelom nonton."
Adel mengangguk pasrah sembari tetap mengacak makanannya. Tiba-tiba ada perasaan kesal yang membayangi hatinya yang membuatnya ingin meledak.
"Ganjen banget sih. Ngapain juga mesra-mesra-an di depan umum tuh manusia." ujar Adel setengah berteriak sembari melemparkan kesal sendoknya, yang membuat Daniel memandangnya penuh tanya.
"Kita ?" Tanya Daniel bingung.
"Bukan. Si Aldi noh." ujar Adel masih penuh emosi.
"Emang kamu liat Aldi ?" Tanya Daniel heran.
"Iya di bioskop." dan Adel masih penuh emosi.
Daniel menghela nafas panjang pada saat ia menyadari alasan kenapa Adel tiba-tiba bete saat mengantri bioskop.
"Oh itu alasannya kamu bete." Ujar Daniel dingin. Ada perasaan cemburu menyeruak di hatinya yang ingin sekali ia tepis namun gagal.
"Eh gak, Niel. Cuma ga suka aja." Ujar Adel saat menyadari ucapannya akan menjerumuskannya pada masalah baru.
"Aku rasa, kamu harus mau introspeksi diri, bener gak kamu milih aku ?" Ujar Daniel kesal. "Ayo pulang." dan Daniel meninggalkan Adel yang tampak semakin galau.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My New Boss (Completed)
Teen FictionAdel seorang karyawan biasa yang tanpa sengaja dipertemukan oleh seorang manager baru di kantornya yang charming dan pada akhirnya sama sama jatuh hati, namun tiba-tiba hadirlah kembali sosok sahabat lamanya yang juga merangkap sebagai mantan kekasi...