Dua pasang langkah kaki beserta gendongan carrier bag yang sedang ditaruh oleh pemiliknya di lantai tampak menghiasi lantai lobby keberangkatan bandara kota tersebut.
"Dua minggu banget, yang ?" Daniel yang biasanya nampak begitu dewasa kali ini nampak seperti anak kecil yang kehilangan mainan.
"Iya. Cuma dua minggu aku di perkebunan kopi. Gak lama kok..." jawab Adel sembari mencubit hidung Daniel. "Jangan nakal ya." lanjutnya sembari tersenyum.
"Kamu yakin baik-baik aja ke perkebunan kopi tanpa aku ?" kali ini Daniel seperti meminta untuk diajak.
"Aku ga sendiri, Danny..." jawab Adel gemas. "Aku kan sama Kanaya..." Adel nampak gemas mencubit pipi Daniel, yang setelah itu segera sibuk dengan handphonenya. "Sayang, Kanaya ternyata udah di dalem. Aku masuk ya ?" Ujar Adel sembari memasukkan handphonenya ke dalam kantung celananya.
"Yaudah. Kamu jangan lupa kabarin aku. Take care ya." Jawab Daniel sembari menepuk hangat puncak kepala Adel yang disambut dengan anggukan mantap oleh Adel.
Adel lalu menggendong carrier bagnya dan melambaikan tangan pada Daniel seraya masuk ke dalam area check in bandara yang dibalas oleh Daniel.
***
Setelah terbang selama hampir 2,5 jam melintasi pulau-pulau dibawahnya, Adel dan Kanaya akhirnya tiba di sebuah kota kecil yang indah yang menjadi gerbang bagi mereka menuju perkebunan kopi.
Adel yang baru pertama kali berkunjung ke kota tersebut nampak kaget sekaligus sumringah melihat keadaan kota kecil yang menjadi tempat transitnya.
Jalanan yang berbatasan dengan bibir pantai di sebelah kiri, nampak begitu memesona Adel dengan air laut yang jauh dari kotor, sedangkan di sebelah kanannya nampak perbukitan yang menghijau.
Kanaya yang duduk di sebelah Adel tersenyum melihat rekan kerja barunya ini yang kali ini nampak sedikit norak.
"Kota ini indah kan, Del ?" ujar Kanaya lembut.
"Iya, Nay.. Aku pernah denger soal kota ini di tivi maupun majalah sih. Tapi aku tetap aja amazed ngeliat kota ini dengan mataku sendiri." ujar Adel antusias.
"Kita bisa kok singgah disini sehari kalo kamu mau." ujar Kanaya.
"Really ??" mata Adel berbinar menatap gadis berambut panjang, berkulit putih, yang menjadi lawan bicaranya ini.
"Sure. We're not in a rush kok." jawab Kanaya tersenyum penuh arti pada Adel. "Mau ?" tanya Kanaya memastikan yang disambut dengan anggukan Adel. Kanaya pun mengarahkan supir taksi tersebut mengarah pada sebuah hotel setelah membooking hotel tersebut menggunakan aplikasi booking hotel online.
***
Angin laut dan semburat kemerahan menerpa lembut wajah Adel di ujung dermaga pelabuhan kota kecil tersebut, yang nampak menikmati pemandangan itu.
"Jangan bengong, Del. Nanti kamu nyemplung ke laut lagi." goda Kanaya sembari membawakan sebotol air mineral yang baru saja dibelinya.
"Sialan lo, Nay.." ujar Adel sembari tersenyum.
"Gue denger dari Navi, lo baru resign dari kantornya Navi ?" tanya Kanaya yang menatap Adel yang hanya menjawab dengan anggukan. "Kenapa resign,Del ? Emang karena mau nekunin bisnis kopi ?" tanya Kanaya semakin penasaran.
"Actually no." ujar Adel yang lalu menghela nafas panjang lalu menceritakan kisahnya dengan Aldi beberapa hari terakhir.
"Well done. Keputusan tepat. Demi menjaga profesionalitas." Kanaya tampak antusias mendengar cerita Adel. "Tapi bisnis ini butuh komitmen tinggi,Del." ujar Kanaya serius.
"Yes, i know. Itu kenapa aku butuh belajar dari kamu, Nay." ujar Adel mantap.
"That's the spirit." ujar Kanaya tersenyum lebar, yang lalu lanjut menemani Adel melihat matahari kembali ke peraduannya.
***
"Del. Bangun." Kanaya membangunkan Adel dengan lembut di pagi yang mulai menanjak yang dijawab dengan dehaman oleh Adel. "Del, perjalanan kita ke kebun kopi masih jauh." ujar Kanaya sembari menggoyangkan bahu Adel lembut.
Adel yang kali ini tersadar bahwa ia tidak dirumah terbangun sembari terlonjak lalu bergegas menuju kamar mandi yang membuat Kanaya tertawa kecil melihat tingkahnya.
"Santai, Del." ujar Kanaya setengah berteriak sembari tertawa sewaktu Adel sedang di kamar mandi.
***
Dalam perjalanan menuju perkebunan kopi tak banyak aktivitas yang dilakukan oleh Adel dan Kanaya selain mengobrol, dan saling mengenal lebih dalam disertai dengan curhatan dan juga gelak tawa.
Kanaya yang lembut berhasil menjadi kakak yang baik bagi Adel dalam perjalanan itu, bahkan ketika Adel suka bertindak semena-mena meminta berhenti di tengah jalan hanya untuk wefie di spot-spot terbaik di perjalanan.
"Duh Nay, kok ada sih tempat yang bagusnya tuh diliat dari sisi manapun ga berubah ?" Adel nampak berbinar-binar dan frustasi karena terus melihat pemandangan yang eksotis, yang disambut gelak tawa dari Kanaya.
"Baru mau satu tempat, Del." Jawab Kanaya di ujung tawanya.
"Emang kita akan menjelajah daerah lain juga, Nay ?" Adel menatap Kanaya berbinar.
"Of course. We should. Namanya juga nyari biji kopi, Del." ujar Kanaya yang tak dapat menyembunyikan tawanya melihat Adel yang antusias.
"Woohoo. Ekspedisi kopi dimulaaaaaaaiiiii." teriak Adel antusias yang berhasil membuat Kanaya meringis sembari tertawa.
***
Heiho readers. Thank you so much and more untuk antusias kalian pada novel ini. Seneng banget tau kalo kalian menyukai karya iseng2 ini. Kalo aja author boleh minta 1 hal, comment dong. Itu aja. Karena pengen tau tanggapan kalian mengenai novel ini.Thanks berat anyway ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My New Boss (Completed)
Teen FictionAdel seorang karyawan biasa yang tanpa sengaja dipertemukan oleh seorang manager baru di kantornya yang charming dan pada akhirnya sama sama jatuh hati, namun tiba-tiba hadirlah kembali sosok sahabat lamanya yang juga merangkap sebagai mantan kekasi...