"Adeeeeelll..." suara teriakan mama yang menggema di seluruh rumah memecah kesunyian pagi ini.
"Iya ma, adel udah bangun kok." Adel melihat jam weker yang ia taruh di meja kecil di samping tempat tidurnya. "Duh si mama, weker belum bunyi juga, udah di bangunin." gerutu adel yang akhirnya beranjak dari tempat tidurnya, mematikan ac kamarnya, lalu beranjak ke kamar mandi yang tak jauh dari kamarnya.
Hari ini adalah hari senin di awal bulan oktober, Adel yang hari itu tampil boyish seperti biasanya dengan celana panjang, kemeja lengan pendek, dan jaket parka sudah bersiap untuk berangkat ke kantor dengan skuter matik kesayangannya.
Ia lalu turun ke lantai bawah rumahnya dan menyapa mama dan papanya yang tampak bersiap untuk sarapan.
"Del, kamu ga sarapan lagi ?" tanya mama yang nampak tidak heran lagi.
"Gak ah ma, belom nafsu makan nih. Masih ngantuk." Tolak Adel.
"Nah pas banget, nanti sampai kantor pasti kamu kelaparan deh. Nih mama bawain bekal untuk sarapan dan makan siang." Mama Adel nampak sudah terbiasa dengan kelakuan Adel yang suka menunda sarapan.
"Del, sekali-kali kamu makan di rumah aja gitu temenin papa makan." Papa Adel nampak protes.
"Nanti ya pa, Adel kesiangan banget nih." ucap Adel sembari menenggak
honey lemon shot yang disediakan oleh mamanya."Adel berangkat ya ma, pa." pamit Adel sembari mencium tangan mama dan papanya. Lalu menggendong tas ranselnya yang penuh dengan kotak bekal sarapan dan makan siang kemudian ia beranjak menuju skuter matiknya dan berangkat menuju kantornya.
***
Setelah menempuh perjalanan sejauh 20 km dari rumah, akhirnya Adel sampai di parkiran di gedung iconic dan merupakan gedung tertinggi di kota ini."Del, buruan tinggal 5 menit lagi." seorang wanita dengan rambut pendek dan perawakan tinggi kurus nampak menegur Adel yang baru saja membuka helmnya sambil menarik tangan Adel.
"Tenang sil, jatah telat gue masih banyak. Lo duluan aja." ucap Adel pada silvi.
"Ayo ah buru!" tanpa ampun Silvi lalu menarik tangan Adel menjauh dari parkiran sembari berlari menuju gedung utama.
***
Di dalam sebuah kubikal yang cukup luas, terlihat Adel nampak disibukkan oleh pekerjaan awal bulan yang selalu menyita waktunya.
Di tengah-tengah kesibukannya bolak balik ruangan accounting ke ruangan sales lalu ke ruangan supervisor accounting, tiba-tiba Adel dikejutkan dengan kehadiran staff HRD di ruangannya.
"Mohon perhatian semuanya." Teriak Tyas, staff HRD untuk menarik perhatian seluruh isi ruangan accounting yang sedang super sibuk. "Kita kedatangan manajer baru untuk accounting, namanya adalah Pak Daniel."
Setelah perkenalan singkat dari Tyas, seluruh staff di ruangan tersebut menyambut Pak Daniel yang masih nampak cukup muda kinyis kinyis untuk seorang manajer itu dengan jabatan tangan hangat.
"Selamat bergabung, pak. Saya Adel, Finance Controller." Ucap Adel sembari menjabat tangan Pak Daniel dengan senyum hangat.
"Salam kenal, Adel. Mungkin nanti kita akan sering berhubungan." ucap Pak Daniel sembari menjabat tangan Adel dengan erat.
Wah ganteng banget nih bos baru gue Ucap Adel dalam hati. Sesaat tanpa sadar nampak Adel tersipu sendiri saat kembali ke kubikal miliknya.
"Del, ngapa lu senyum-senyum sendiri ?" Selidik Silvi yang duduk di sebelah Adel.
"Ah gak apa-apa kok. Siapa juga yang senyum-senyum sendiri ?" Adel berusaha mengingkari.
"Wah kayaknya Adel naksir bos baru nih." goda Mbak Navi yang duduk di kubikal di depan Adel.
"Apaan sih mbak.. Gak juga ah, biasa aja." tanpa sadar Adel tertawa.
"Bo'ong." goda Mbak Navi. "Tapi gak apa-apa sih, Del, kayaknya si Pak Daniel itu juga masih single kayak lo."
"Biarin ah. Gak peduli juga gue, Mbak." seloroh Adel yang lalu mulai sibuk lagi.
"Kan gak pedulinya sekarang. Gak tau entar." Goda Silvi yang lalu tidak ditanggapi oleh Adel.
***
Menit demi menit berlalu, tanpa terasa sudah masuk jam makan siang dan Adel tidak menyadarinya karena saat ini ia masih terlalu sibuk tenggelam dalam dokumen dokumennya.
"Del, lunch dulu yuk." Ajak Mbak Navi.
"Emang udah waktunya, mbak ?" Tanya Adel yang lalu melihat jam di layar monitornya. "Kok cepet banget sih. Gue belom kelar iniii." teriak Adel kesal.
"Jadi gimana? Mau ikut lunch kan ?" tanya Silvi yang nampak sudah siap untuk makan siang.
"Duh. Gak sempet banget nih.. Lo duluan aja deh." ujar Adel yang memilih untuk tenggelam dalam lautan kertas.
"Lo mau nitip gak ?" Tanya mbak Navi.
"Gak usah deh. Ntar kalo laper gue keluar aja." Ujar Adel.
"Ya udah kita makan dulu ya, Del. Baek-baek di rumah." Ujar Silvi yang merujuk kantor sebagai rumahnya.
Adel lalu mulai tenggelam kembali dalam kesibukannya dan berada di antara tumpukan kertas yang seolah melarangnya untuk beristirahat sejenak.
"Kamu gak makan siang ?" tiba-tiba Adel dikejutkan oleh suara berat yang kurang familiar di telinganya.
Adel menoleh dan mendapati Pak Daniel, manajer barunya memperhatikannya dari belakang dengan heran.
"Eh Pak Daniel, mungkin nanti kali. Saya masih agak ribet nih." Ucap Adel sembari tersenyum penuh arti.
"Kerjaan gak akan abis, Del." ucap Pak Daniel. "Ayo makan siang dulu. Daripada nanti kamu gak makan malah sakit dan kerjaan semakin numpuk." ucap Pak Daniel seraya menepuk bahu Adel.
"Iya pak, saya bawa bekal makan siang kok, nanti saya makan sambil kerja." ujar Adel sungkan.
Pak Daniel tersenyum pada Adel. "Oke kalo gitu. Makan dulu. Saya juga mau makan siang dulu ya del." ujarnya.
"Oke pak." ujar Adel seraya tersenyum dan Pak Daniel pun berlalu dari hadapannya.
Saat Pak Daniel sudah tidak ada dari pandangannya, Adel pun tersenyum sumringah. Hati kecilnya berbunga-bunga melihat perhatian kecil yang diberikan oleh bos barunya tersebut.
"Gila. Kapan lagi gue punya bos se-ganteng itu. Baik lagi." gumam Adel sembari membuka tempat bekal lalu menyantap makan siangnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My New Boss (Completed)
Roman pour AdolescentsAdel seorang karyawan biasa yang tanpa sengaja dipertemukan oleh seorang manager baru di kantornya yang charming dan pada akhirnya sama sama jatuh hati, namun tiba-tiba hadirlah kembali sosok sahabat lamanya yang juga merangkap sebagai mantan kekasi...