Pasangan Baru

18K 1K 7
                                    

Sore itu jalanan tampak begitu padat dengan motor, mobil dan angkutan umum yang tampak berjejalan di jalan pusat ibukota, maklum jam pulang kantor.

Hari itu Adel sedang tidak menggunakan skuter matik kesayangannya. Ia tampak asyik duduk di sebuah SUV mewah yang sedang dikemudikan oleh Pak Daniel yang akhirnya menjadi pacarnya.

Flashback
"Maksudnya apa pak?" rasa kaget Adel tampak tak dapat disembunyikan saat Pak Daniel menanyakan pertanyaan mengejutkan itu.

"Saya serius, Del." Jawab Pak Daniel yang lalu beranjak dari tempat duduknya. "Oke saya ubah pertanyaannya. Kamu mau gak jadi calon istri saya ?".

"Kita kan baru kenal, pak." jawab Adel salah tingkah setelah pak Daniel benar-benar ada di hadapannya.

"Kalo gitu kita pelan-pelan aja." Jawab Pak Daniel sembari tersenyum. "Pacaran dulu misalnya."

Adel seperti tersihir melihat senyum pria matang yang usianya tidak terpaut jauh darinya itu. Bibirnya kelu walaupun hatinya sedikit ragu akan kesungguhan pak Daniel.

"Pak Daniel serius ?" hanya itu yang terlontar dari bibir tipis Adel.

Pak Daniel mulai kesal ketika keseriusannya diragukan oleh Adel, ia membalikan badannya memunggungi Adel sembari memegang kepalanya.

"Iya pak, saya percaya bapak serius." Ujar Adel tersadar bahwa keseriusan Pak Daniel tidak perlu diragukan.

"Jadi apa jawabanmu miss moneymaker ?" Tanya Pak Daniel tersenyum dan membalikan badannya menghadap Adel kembali.

Adel tersenyum, lalu memegang tangan Pak Daniel. Tanpa berkata-kata ia tiba-tiba berjinjit dan mencium pipi Pak Daniel.

"Artiin sendiri ya jawabannya, sayang." Jawab Adel tersenyum puas sembari berlalu dari ruangan Pak Daniel yang menyisakan senyum penuh arti dari Pak Daniel.

***

"Del, mau makan dulu gak ?" Tanya Daniel sembari menyetir.

"Mau." Jawab Adel manja.

"Double cheese lagi ?" goda Daniel yang lalu membelai lembut pipi Adel.

"Gak mau." geleng Adel manja yang dibalas dengan cubitan pipi oleh Daniel yang dilanjutkan dengan belaian sayang di pucuk kepala Adel.

"Ya udah kalo gak mau, kita mampir mall dulu aja buat makan." Jawab Daniel sembari kembali fokus melajukan mobilnya ke arah sebuah mall yang tak jauh dari situ.

Setelah 15 menit mengemudi dan 30 menit berputar mencari parkiran di mall tersebut, akhirnya pasangan baru itu pun masuk ke dalam mall tersebut dan berjalan menuju deretan restaurant.

"Adell." Suara seorang wanita nampak tidak asing di telinga Adel.

"Eh Sil, main dulu lagi lu, bukannya langsung pulang, rumah lu jauh juga." sapaan hangat dari Silvi disambut oleh omelan sayang dari Adel, sahabatnya.

"Mulai deh, ngomel." Ujar Silvi sembari memutar bola mata. "Eh lo kok sama Pak Daniel ?" Tanya Silvi curiga.

Adel memang belum sempat bercerita bahwa kemarin ia dan Pak Daniel mulai menjalin cerita cinta kepada Silvi maupun Mbak Navi sahabatnya, namun ia dan Daniel sepakat untuk tidak bercerita pada orang lain di kantor selain Silvi maupun mbak Navi tentang hubungan mereka demi terjaganya profesionalitas.

Adel menggaruk kepalanya yang tidak gatal sembari mengeluarkan jurus andalannya, senyum kuda super nyebelin, sedangkan Daniel hanya senyum-senyum saja.

"Lo jadian ya Del sama Pak Daniel ?" Silvi meninggikan suaranya kaget dan matanya terlihat hampir loncat keluar.

"Iya." Jawab Adel sembari tersenyum lebar. "Lo boleh kasih tau mbak Navi tapi please banget jangan sampe ada orang kantor yang lain tau kalo gue jadian sama Daniel." ujar Adel in a rush.

"Lho kenapa ?" Silvi belum nangkep maksud Adel.

"Gini Sil, kan gimana pun gue atasannya Adel, lo dan teman-teman se tim. Gue gak mau teman-teman yang lain jadi ga nyaman karena status gue sama Adel." ujar Daniel melupakan keformalannya.

"Terus Pak Daniel nyaman gitu gue ama mbak Navi tau ?" ujar Silvi agak sungkan.

"Gak usah pake pak kalo di luaran. Ya kalo lo sama Navi sih gue percaya bakal biasa-biasa aja." Jawab Daniel yang lalu dijawab dengan anggukan oleh Adel.

"Oohh. Baiklah kalo gitu. Tapi sekarang traktiran tutup mulutnya mana ?" Ujar Silvi memaksa.

"Anjir. Mahal temenan ama lo emang." Adel ngomel. "Ya udah mumpung gue sama Daniel mau makan, yuk bareng. Mana laki lu ?"

"Belum dateng nih. Besok aja lah traktirannya. Gue takut laki gue keburu dateng." jawab Silvi gelisah sembari memperhatikan jam.

"Ya udah gue duluan ye. Mau makan. Ntar keburu lambung gue error lagi." Jawab Adel yang dijawab dengan lambaian tangan dari Silvi.

***

Keesokan harinya Adel nampak disibukkan oleh pekerjaan yang super menumpuk di dalam kubikalnya. Tampak beberapa kali Daniel mampir ke meja Adel dan meminta Adel melakukan sejumlah pekerjaan sebagaimana hubungan atasan dan bawahan, tidak ada yg berubah drastis selain status mereka.

"Lo masih sibuk banget sih Del ?" Mbak Navi yang punya sedikit waktu istirahat sejenak lalu bangkit dari kubikalnya dan mulai mengganggu Adel.

"Namanya juga menjelang akhir bulan mbak. Mau closingan." jawab Adel tanpa mengalihkan pandangan dari layar monitornya.

"Udah jadi pacar bos kirain udah gak sibuk." sindir mbak Navi.

"Sialan lo. Lo gak liat dari tadi si Daniel bolak balik numpukin kerjaan di meja gue ?" dengus Adel sebal.

"Wuih udah gak pake pak lagi ya.. Pake nya sayang pasti." goda mbak Navi seraya menyodorkan camilan yang disambar langsung oleh Adel.

"Gengs, udah jam 12 nih. Makan yuk." Ajakan Silvi seperti lonceng istirahat bagi anak sekolah.

"Ya Tuhan cepet banget, gue baru ngerjain sepertiga ini." Jawab Adel sembari memegang kepalanya lalu kembali mengetik.

"Terus lo gak makan lagi ? Ntar perut lo yang selalu bermasalah itu makin bermasalah lho, Del." Ujar mbak Navi peduli terhadap Adel.

Sementara itu tanpa mereka sadari, Daniel sudah beranjak dari ruangannya untuk makan siang dan pasti melewati kubikal tempat mereka bekerja.

"Iya sih, tapi liat dong kerjaan gue setumpuk gini, besok si Daniel mau meeting lho." Ujar Adel memberi alasan.

Melihat seluruh ruangan sudah kosong, Daniel menghampiri kubikal mereka, mbak Navi hanya tersenyum saat Daniel menghampiri Adel dan memegang puncak kepala Adel.

"Makan dulu yuk. Soal meeting gak usah di pusingin. Nanti dikerjain bareng-bareng." ujar Daniel sembari membungkukan tubuhnya hingga kepalanya sejajar dengan Adel yang sedang duduk.

Adel kaget dan langsung panik melihat ruangan sekitar dan didapatinya ruangan tersebut sudah kosong.

"Untung gak ada orang. Kan ga enak, Niel kalo keliatan orang." Jawab Adel.

"Gak papa lagi del, toh si Daniel juga profesional. Liat tuh tumpukan kerjaan di meja lo. Bukti tuh." ujar Mbak Navi.

"Yuk makan, sayang." Ajak Daniel.

"Tapi..." Adel mau ngeles lagi.

"Gak ada tapi. Yuk makan sama aku, Navi sama Silvi." Ajak Daniel lembut.

"Yaudah deh." Jawab Adel pasrah yang disambut dengan ciuman pipi oleh Daniel.

***

My New Boss (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang