Meeting

14.2K 790 1
                                    

Matahari baru beranjak dari peraduannya, langit tampak cerah di senin pagi itu. Seperti biasa Adel belum bangun, karena ia memang memiliki masalah dengan bangun pagi.

Samar-samar Adel mendengar suara pintu kamarnya dibuka seseorang, tapi rasanya matanya terlalu berat untuk dibuka sehingga ia tetap memilih merem.

"Sayang, udah hari senin lho. Ngantor yuk." suara berat nan lembut itu jelas bukan suara mama, dan belaian sayang di pucuk kepala Adel itu hanya satu orang yang biasa melakukannya.

"Daniel. Kok kamu udah sampe sih ?" Adel membuka matanya dengan malas lalu melihat ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 6 pagi.

"Iya dong. Kan mau jemput pacar aku." jawab Daniel penuh rasa cinta.

"Aku males kerja nih.." Adel seakan lupa bahwa Daniel adalah atasannya. "Mana ada pendingan kerjaan, bos aku meeting pasti ngasih kerjaannya segambreng deh." Ujar Adel sembari membalikkan badannya.

Daniel menaikan sebelah alis matanya sembari tersenyum kecil melihat ke arah Adel yang menggerutu tentang dirinya seolah olah atasannya itu bukan dirinya.

"Atasanku itu, yang, apa-apa aku. Padahal kan masih banyak karyawan lainnya. Gak tau apa aku udah kelebihan lot kerjaan. Apalagi kalo dia mau meeting, segala urusan utang piutang gue yg urus, ngeselin banget sih si Pak Daniel itu." Dan ternyata Adel benar-benar lupa bahwa atasannya adalah pacarnya sendiri karena sesaat kemudian ia menggigit lidahnya dan tersadar akan siapa yg ia bicarakan.

Adel berbalik badan dan mengeluarkan jurus andalannya berupa senyum kuda yang dibalas dengan devil smile oleh Daniel.

"Jadi Pak Daniel itu menyebalkan ya sayang?" Daniel makin mendekatkan tubuhnya ke Adel sembari tersenyum tengil, Adel semakin mundur lalu lari menuju kamar mandi kamarnya.

"Iya pak Daniel itu nyebelin. Tapi Danielku itu kesayangan!" teriak Adel dari kamar mandi yang membuat Daniel geleng-geleng kepala sembari tersenyum.

***

Pagi itu jalanan tampak tersendat sebagaimana hari senin pagi, ditambah lagi Adel dan Daniel berangkat dari rumah Adel yang berada di pinggir kota, dapat dipastikan waktu tempuh yang akan mereka lalui semakin lama.

Di kabin mobil yang senyap tersebut hanya suara radio yang diputar yang terdengar, dua penghuni kabin tersebut nampak enggan berkata-kata, terlebih Adel yang mulai nampak mengantuk mendayu dayu.

"Sayang, kamu ngantuk ya ?" Tanya Daniel seraya membelai lembut puncak kepala Adel.

"He eh." Jawab Adel yang kemudian memiringkan tubuhnya dan terpejam.

"Ya udah, kamu bobo dulu. Nanti kan kamu harus bantu aku buat meeting" Ujar Daniel lembut.

"Iya pak manajerku tersayang." Jawab Adel sebal yang lalu melanjutkan tidurnya sedangkan Daniel meringis mendengar jawaban Adel yang sebal.

***

Ruangan berwarna putih gading dengan warna biru di sudut-sudutnya terlihat sudah siap menyambut orang-orang penting yang akan mengisinya, di tengah ruangan tersebut tampak sebuah meja oval besar, dengan layar protektor berada di belakang kursi utama.

Tampak beberapa orang sekretaris dengan rok selutut dan blazer nampak cantik sedang menyiapkan perlengkapan meeting untuk para atasannya yang notabene adalah board of director di kantor tersebut, dan beberapa admin yang mempersiapkan data untuk para manajer dan hanya departemen finance dan accounting yang mengirim senior finance controller untuk menyiapkan data dan perlengkapan meeting untuk manajernya. Dan orang itu adalah Adel yang dari tadi sudah menggerutu sebal dalam hati.

Beberapa saat kemudian, tampak deretan BOD dan para manajer mulai memasuki ruang rapat tersebut dan segera disambut oleh para sekretaris yang duduk di belakangnya, begitupun dengan Daniel yang didampingi oleh kekasihnya sendiri.

Daniel tersenyum penuh arti saat datang dan disambut oleh Adel yang langsung meng-hand over berkas-berkas yang akan menjadi bahan meeting hari ini.

"Selamat Pagi, Bapak Ibu sekalian, monthly meeting akan segera dimulai." Moderator mulai berbicara. "Monthly meeting kali ini seperti biasa akan membahas tentang performa perusahaan satu bulan terakhir, sekaligus memperkenalkan direktur baru kita, Pak Fabian."

Oh mau launching orang baru lagi. Ujar Adel dalam hati.

"Untuk pertama-tama kita akan memperkenalkan Pak Fabian terlebih dahulu. Untuk Pak Fabian silakan waktu dan tempatnya." Ujar sang moderator.

Sesaat setelah moderator mempersilakan, tampak seorang pria dengan kemeja necis, dan blazer, serta celana panjang slim fit hitam maju ke podium, pria itu nampak tidak asing di mata Adel.

Pria berwajah tirus, bermata agak sipit, dan sedikit berbulu halus pada kumis dan janggutnya namun tidak mengubah pesona yg ada pada dirinya itu benar-benar membuat Adel mengucek mata seperti mengucek baju.

"Aldi ??" gumam Adel setengah berbisik dan terpekik.

Fabian Reinaldi teriak Adel dalam hati.

***

Flashback on

Adel tampak berjalan menyusuri koridor di depan ruang kelas sembari membawa tas ranselnya yang cukup berat dengan wajah yang sumringah dan penuh semangat.

Ketika ia akan berbelok menuju kelasnya, langkahnya terhenti ketika ia melihat pemandangan yang menyakitkan hati terpampang di depan matanya, Noah dan Reta yang tampak bermesraan di kelas tersebut.

"Noah..." Ujar Adel geram namun datar.

Sang pemilik nama menoleh ke sumber suara dan mendapati mantannya sedang memandang geram ke arahnya.

"Kenapa Del, kan gue udah bilang dari awal kalo gue ngedeketin lo karena mau deketin Reta, bukan bener-bener suka sama lo. Lo aja yang baper, gue jg jadiin lo pacar juga demi bikin Reta cemburu." Jawab Noah yang merasa terganggu dengan kehadiran Adel.

Adel terkesiap, hatinya gak cuma potek namun juga seperti ditumbuk hancur cur cur. Ia lalu menaruh tasnya di kursinya.

Setelah itu ia lari ke kantin sekolah sembari menunduk menyembunyikan air mata-nya yang meleleh dan mengalir deras, dan akhirnya ia menabrak sesuatu di depannya.

"Duh, maaf-maaf. Gue gak liat." ujar Adel seraya menunduk masih nyembunyiin air matanya.

"Makanya kalo lari pake mata. Lo lari nunduk sih kayak banteng." Jawab Aldi pada sahabat sedari kecilnya itu.

"Sorry, Di." ujar Adel menunduk.

Aldi mengangkat dagu sahabatnya itu dan mendapati air mata menggenang membanjiri wajah sahabatnya itu.

"Noah ya ??" Tanya Aldi lembut setengah geram.

Adel tidak menjawab karena ia tau jika ia menjawab, Aldi pasti ngajak ribut Noah.

"Di, udahlah. Mending lo temenin gue." Ujar Adel saat melihat Aldi hampir pergi menghampiri Noah dengan geram.

"Ya udah. Ke kantin aja yuk." Ujar Aldi yang kemudian luluh.

Di kantin Aldi nampak menghibur Adel dengan lelucon lucunya hingga Adel bisa tertawa lepas.

"Del.." Ujar Aldi sesaat kemudian. Dan melihat serius ke arah Adel.

Ia mengeluarkan sebuah amplop dari kantongnya. Dan mengeluarkan secarik kertas dari amplop tersebut dan memberikannya pada Adel.

"Del, lo yang buat keputusan." ujar Aldi sembari menarik nafas.

Adel membaca isi surat tersebut yang ternyata menyatakan bahwa Aldi mendapatkan beasiswa untuk kuliah di Jerman. Jauh dalam hatinya, Adel sangat tidak mengijinkan Aldi, namun Aldi sudah berusaha sejauh ini.

"Di, gue mau lo ambil kesempatan ini. Tapi jangan lupain gue ya." ujar Adel tersenyum menyembunyikan lukanya.

"Lo beneran gak apa-apa?" tanya Aldi.

"Iya. Gue gak apa-apa."

***



My New Boss (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang