Pertemuan tak disengaja

9.3K 558 3
                                    

"E nona Adel sudah kenal bapak Aldi dan bapak Daniel rupanya e ?" tanya Pak Paul dengan dialeg khas daerahnya, yang hanya dijawab dengan anggukan kecil oleh Adel.

"Dan ternyata lo disini, Del. Lo lebih memilih menjadi trader kopi dibanding stay di kantor ?" rasa rindu yang memuncak di hati Aldi malah menuntunnya menuju puncak kemarahannya.

Adel yang tadi nampak kaget dengan kehadiran Daniel dan Aldi kini justru berkutat dengan emosi yang memuncak. Wajahnya nampak memerah dan bibirnya seolah siap meluncurkan rudal kata-kata pedas.

"Apa urusan lo ?!" Jawab Adel dengan marah tertahan di pangkal lidahnya.

"Sayang..." Daniel segera menghampiri Adel dan menepuk bahunya. "Don't you miss me ?" ujarnya yang berhasil menenangkan emosi Adel.

Adel seolah lupa dengan kemarahannya dan menumpahkan seluruh rasa rindunya pada Daniel dengan memeluk Daniel erat.

Aldi yang merasa cemburu dan kesal pun memilih keluar dari ruangan tersebut untuk menenangkan diri.

Kanaya yang baru kali itu bertemu dengan Aldi pun ikut keluar setelah mengambil botol air mineral.

"Nih. Minum dulu." Ujar Kanaya sembari menyerahkan botol air mineral tersebut pada Aldi.

Aldi menatap bingung pada Kanaya yang tetap mengacungkan botol air mineral tersebut padanya, ia lalu meraih botol tersebut dari tangan Kanaya.

"Biar gue tebak, lo pasti mantan bosnya Adel kan ?" ujar Kanaya sembari duduk di tangga teras rumah pak Paul. "Adel cerita banyak kenapa dia milih resign." Kanaya menatap Aldi sekilas.

"Bukan urusan lo." ujar Aldi ketus sembari meninggalkan Kanaya sendiri.

***

Di sisa hari itu Adel mengalami mood swing yang berlebihan. Terkadang ia manja, bahagia lalu tak lama kemudian ia berubah menjadi beringas kala bertemu dengan Aldi.

Dan seperti biasanya Daniel lah yang menjadi korban sasaran kemarahan Adel, dari digigit hingga dipukuli.

"Jadi perkebunan ini anak perusahaannya ?" tanya Adel pada Daniel saat ia sudah mulai tenang.

"Gimana ya yang. Dibilang anak perusahaan, gak juga sebenernya." jawab Daniel yang membuat kening Adel berkerut tiga. "Perkebunan ini milik Aldi."

"Really ??" Adel nampak terkejut namun tak terkejut.

" iya. Dia menyewakan lahan gitu sama jual bibit ke petani-petani yang hasil kopinya kamu beli." ujar Daniel.

"Terus ngapain dia ngajak kamu kesini ?" Adel membulatkan matanya semakin penasaran lalu membulatkan bibirnya terkejut. "Jangan-jangan dia stalking aku terus tau aku kesini ?!"

"Not sure sih, yang." ujar Daniel sembari mengusap kepala Adel penuh cinta. "Karena dia sebenernya emang gak tau dan ya... Dia juga kaget kamu disini sepertinya."

"Harus PDA tiap saat ya ?" Aldi mengagetkan Daniel dan Adel yang sedang mengobrol.

"Bukan urusan lo." ujar Adel ketus.

"Lo masih marah sama gue ?" tanya Aldi.

Adel memilih tidak menjawab dan meninggalkan tempat tersebut, yang lalu disusul Daniel yang menepuk bahu Aldi.

"Lo mau ngeluluhin Adel kayak gitu ?" tanya Kanaya yang memperhatikan mereka dari tadi.

"Bukan urusan lo." ujar Aldi sembari duduk di pelataran teras tersebut.

"Of course not." ujar Kanaya datar sembari duduk di sebelah Aldi. "Tapi seenggaknya gue tau lo gak bakal bisa ngeluluhin Adel kayak gitu."

"Lo hobi ya ikut campur urusan orang." ujar Aldo sembari tertawa menyindir. "Padahal gue kenal elo aja nggak." ujarnya menatap lurus ke pekarangan rumah.

"Bukan ikut campur sih. Cuma kasian aja sama lo sekaligus Adel." ujar Kanaya sembari tersenyum kecil. "Yang satu ngejar-ngejar kayak debt collector, yang satu milih resign karena bosnya ga bisa profesional."

"Maksud lo apaan ?" dan emosi Aldi pun terpancing.

"You know exactly what i mean." ujar Kanaya sembari menyeruput kopi yang ada ditangannya, lalu berdiri dan masuk ke dalam rumah pak Paul.

***

"Del.." Aldi menyapa Adel yang tengah melihat biji kopi yang sedang dijemur.

Adel yang sadar siapa yang memanggilnya memilih segera beranjak dari situ,namun tangannya berhasil di raih oleh Aldi.

"Apaan sih, Di ???" ujar Adel dengan nada tinggi.

"Ada yang mau aku jelasin." Aldi berusaha membujuk Adel.

"Gak. Gue gak mau." jawab Adel lalu menghempaskan tangan Aldi kasar. "Lebih baik lo jelasin ke semua karyawan soal aturan baru lo itu. Gue udah bukan karyawan lo." ujarnya lagi sembari menatap Aldi sinis, lalu pergi meninggalkan Aldi sendiri.

***
Terima kasih banyak readers udah mau baca dan nungguin part-part yang agak slow update... Karena ideanya juga slow munculnya. Tapi kalian emang luar biasa bikin aku kehilangan kata-kata karena mau baca novel sederhanaku ini. Thank you so much ya.

Love you readers.

My New Boss (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang