Sore itu Adel, Navi dan Silvi menepati janji untuk bersenang-senang di mall sembari melakukan perawatan di salon dan membeli beberapa buah pakaian, hingga tanpa terasa malam semakin larut.
"Del, lo pulang naik apa ? Bareng ama gue ama suami yuk." Ajak Mbak Navi.
Adel tak enak hati melihat mbak Navi yang sudah dijemput suaminya dan kerepotan menggendong keponakannya yang sudah diadopsi olehnya.
"Nggak usah mbak. Nanti aku naik taksi online aja. Kasian ponakan lo." Ujar Adel.
"Beneran Del ? Udah malem lho ini." ujar mbak Navi khawatir.
"Iya mbak. Tenang aja." ujar Adel sembari tersenyum ke arah mbak Navi.
"Apa lo mau bareng gue, Del ? Gue dijemput sama cowok gue kok." ajak Silvi.
"Lo sama gue beda arah, Sil. Gak apa-apa kok." Jawab Adel.
Silvi memandangi Adel cukup lama sampai ia cukup yakin untuk meninggalkan Adel. Begitupun dengan mbak Navi.
Dari jauh ada sepasang mata yang memperhatikan Adel, dari sinar matanya tampak ia khawatir akan Adel, Aldi.
Setelah teman-temannya itu pergi meninggalkan Adel sendiri, Aldi nampak beranjak berdiri untuk mendekati Adel, namun tiba-tiba langkahnya membeku.
"Ayo pulang sama aku." Ujar Daniel pada Adel yang membuat Adel terkesiap.
"Aku naik taksi online aja." dalam hati Adel bersorak, namun entah mengapa itu yang terucap dari bibir Adel dan dalam hati dirutukinya.
"Ini perintah." Jawab Daniel sembari menyeret Adel ke parkiran.
***
Suasana remang-remang jalanan ibukota mewarnai perjalanan dari mall tersebut ke arah rumah Adel di pinggiran kota. Tak ada suara selain suara penyiar radio yang terdengar di dalam kabin mobil yang tidak asing lagi di mata Adel.
"Emang pacar kamu gak marah ?" Tanya Adel membuka pembicaraan.
"Pacar yang mana ?" Tanya Daniel datar.
"Yang tadi siang ke kantor." Jawab Adel pelan dan sendu.
"Amara." Daniel berkata singkat sebelum melanjutkan. "Dia mantan aku."
"Selamat ya udah balikan sama mantanmu." Ujar Adel sembari menoleh ke arah Daniel.
Lampu lalu lintas berubah menjadi merah kala Adel mengucapkan hal tersebut, sehingga laju kendaraan pun dihentikan oleh Daniel. Dan saat itu Daniel tidak tahan lagi untuk menahan perasaannya, ia menoleh ke arah Adel, menangkupkan kedua belah tangannya ke pipi Adel dan mendaratkan kecupan lembut dan penuh cinta ke bibir Adel.
"Udah kejawab ?" Ujar Daniel tersenyum hangat setelah adegan tersebut, sembari menyematkan sebuah cincin berlian mungil di jari Adel.
"Daniel..." Adel kehilangan kata-kata.
"Sekarang kamu milik aku. Dan aku akan memperjuangkan apapun milik aku yang mau direbut sama orang. Jangan berani-berani memikirkan lelaki lain selain aku. Karena aku sudah menaruh seluruh hatiku di kamu." dan seketika lampu lalu lintas berubah menjadi hijau kala Adel mengangguk bahagia.
***
Flashback
"Ada yang lo mau curhatin gak, Niel ?" ujar Amara sore itu sembari menyeruput espresso macchiatto di sebuah coffee shop di mall.
"Curhatin ? Maksud lo soal Adel." Ujar Daniel yang tanpa sengaja mengubah raut wajahnya.
"Hmm hmm." Amara mengangguk pasti. Daniel menghela nafas panjang lalu menceritakan detail peristiwa di hari sabtu itu.
"Do you ever think that you're just overthinking?" hanya itu yang terucap dari Amara.
"Overthinking ?" Daniel mengerutkan dahinya.
"About her feeling." Ujar Amara sembari tersenyum, yang makin membuat Daniel mengerutkan keningnya. "Kalo emang dia gak sayang sama kamu, Niel, dia gak akan seberantakan tadi."
Dan tanpa disangka lewatlah Navi, Silvi dan juga Adel di depan coffee shop tersebut dan dilihat pula oleh Daniel.
"See dia ga seceria biasanya kan, Niel ?" Ujar Amara melirik ke arah Daniel setelah gerombolan Adel melewati mereka. Daniel tampak tidak fokus setelah melihat Adel lewat di hadapannya. "Kalo lo masih sayang, perjuangin perasaan lo. Lagipula tadi ga sengaja gue liat di jas lo ada cincin. Buat dia kan?" Ujar Amara tersenyum melihat tingkah Daniel.
"Terus kamu ?".
"Aku ? Aku dijemput." Jawab Amara tersenyum tulus. Sama supir taksi. Ujarnya dalam hati.
Daniel lalu berdiri dan meninggalkan Amara di kursi cafe itu sendiri sebelum sejenak kemudian berbalik badan, "thanks Amara." lalu pergi mengejar Adel.
***
"Udah gue bilang kan hasil nyalon itu bisa merubah mood dengan super cepet, Sil." ujar Mbak Navi pada Silvi saat melihat Adel datang dengan secercah senyum sumringah.
"Bener juga tuh, Del. Apa kita harus sering-sering nyalon ?" Tanya Silvi.
"Boleh juga kalo abis nyalon dapat bonus pacar." Jawab Adel tersenyum penuh kemenangan.
"Jadi lo pacaran ama supir taksi online, Del ? Omaigat Del, gak gitu juga kali." Mbak Navi langsung lari menghampiri meja Adel untuk mendengar cerita Adel.
"Siapa yang pacaran sama supir taksi online ?" Daniel tiba-tiba muncul di depan meja Adel.
"Adel lah pak. Dia kan jomblo. Wajar kan punya pacar baru." Ujar Mbak Navi dengan nada sedikit kesal.
"Oh jadi pacar barumu sekarang supir taksi online, Del ?" Daniel mengedipkan sebelah matanya kepada Adel.
"Bukan kok, pak. Cuma manajer aja." Ujar Adel sembari berdiri lalu menyeruak di antara Navi dan Silvi lalu merengkuh tangan kiri Daniel dengan kedua tangannya yang disambut Daniel dengan dekapan hangat, hal yang paling dirindukan Adel.
"Jadi kalian balikan nih." Tanya Silvi pada Adel, sedangkan mbak Navi tidak mampu berkata-kata.
"Hmm hmm" ujar Adel sembari mengangguk pasti.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My New Boss (Completed)
Teen FictionAdel seorang karyawan biasa yang tanpa sengaja dipertemukan oleh seorang manager baru di kantornya yang charming dan pada akhirnya sama sama jatuh hati, namun tiba-tiba hadirlah kembali sosok sahabat lamanya yang juga merangkap sebagai mantan kekasi...