Aldi

13.7K 738 3
                                    

Arloji hitam berbahan logam di tangan Adel menunjuk pada angka 12 di jarum pendek maupun panjangnya, dan inilah saat yang paling dinantikan oleh Adel dan jajaran sekretaris di ruangan tersebut, istirahat makan siang.

Moderator pun telah mengskors jalannya meeting sedari tadi dan jajaran BOD, dan manager tampak sebagian sudah keluar dari ruangan yang terletak di lantai yang berbeda dengan ruang kerja perusahaan tersebut.

"Sayang, makan siang bareng yuk." ujar Daniel setengah berbisik kepada Adel yang nampak sedang membereskan berkas meeting milik Daniel.

"Iya. Udah kamu duluan sana. Nanti ketauan lagi. Ga enak kan." Jawab Adel setengah berbisik pula yang diikuti dengan anggukan Daniel yang kemudian keluar mendahului Adel.

Fabian a.k.a Aldi pun tampak bergegas keluar sembari sesekali melihat keadaan sekitar dan tiba-tiba ia mendapati pandangannya menemukan seseorang yang selama ini mengganggu pikirannya, Adel.

Ia pun menghampiri Adel yang berada di sudut ruangan dan masih sibuk membereskan berkas milik Daniel.

"Neng. Apa kabar neng? Kayak kenal neng." Sapa Aldi sembari menggoda Adel.

"Diiiii, kenapa lo ga bilang kalo lo udah balik jakarta ?" pekik Adel setengah berbisik hampir memeluk Aldi namun pada akhirnya tidak jadi.

"Gak jadi meluk neng Adel ?" Goda Aldi sekali lagi.

"Gak mungkin lah gue meluk lo disini. Bisa hancur wibawa lo ntar, cuma dipeluk staff." Jawab Adel tersenyum masam.

Aldi tersenyum memperhatikan Adel yang masih sibuk menyusun berkas dan merutuki mengapa berkas untuk meeting itu segitu banyaknya, ia kemudian melihat sekeliling ruangan yang sudah kosong dan memeluk Adel dari belakang.

"I miss you so, Del." Ujar Aldi yang membuat Adel tersenyum tanpa berniat melepas pelukan Aldi.

"Lo jahat, Di. Lo gak pernah kabarin gue, setelah lo mutusin gue." Adel bernostalgia.

"Sorry deh, gue gak punya duit kan waktu di Jerman. Jadi boro-boro nelpon lo. Buat makan juga pas-pas-an." Jawab Aldi sembari melepas pelukannya dari Adel dan Adel berbalik arah menatap mata Aldi mencari kesungguhan dan mendapatinya dengan mudah.

Ada desir yang terasa menyelip di dada Adel kala ia menatap mata Aldi yang menatapnya dengan tajam namun penuh kelembutan. Mata yang sama yang ia temukan kala dulu ia menangis dua kali. Yg pertama karena Noah dan yang kedua karena Aldi, hingga tanpa sadar wajahnya memerah.

"Yuk makan siang." Ajak Aldi seraya menggandeng tangan Adel yang lupa bahwa ia memiliki janji makan siang dengan Daniel, pacarnya.

***

"Vi, lo liat Adel gak ?" Daniel tampak kebingungan setelah 30 menit menunggu Adel di parkiran dan pada akhirnya ia mencari Adel di kantin.

"Adel kan sama lo dari pagi." Ujar Navi terheran melihat kedatangan Daniel yang nampak panik.

"Iya sih. Tadi gue ngajak dia makan siang di luar, tapi gue tunggu setengah jam ga muncul dia." Kepanikan Daniel berhasil menurunkan wibawanya di depan Navi dan Silvi yang memandang malas ke arah Daniel.

"Lo ga berniat nelpon si Adel dulu ?" Tanya Navi sembari menyuapkan bakso ke mulutnya.

"Oh iya bener juga ya lo." Ujar Daniel sembari menepuk dahinya yang diikuti dengan tatapan kesal Navi dan Silvi yang merasa terganggu.

Daniel mengambil handphonenya untuk menelepon Adel dan belum sempat tersambung saat Adel muncul di hadapannya bersama seorang laki-laki yang ia lihat di ruang meeting tadi.

"Eh Pak Fabian." Wibawa Daniel yang tadi benar-benar hancur di hadapan staffnya tiba-tiba terangkat dengan kehadiran Aldi disana. "Selamat datang, Pak." ujar Daniel sembari menjabat tangan Aldi

"Halo pak Daniel, saya senang bisa berkenalan dengan anda dan staff anda." Jawab Aldi ramah dan menjabat balik tangan Daniel.

"Navi, Silvi, perkenalkan ini Pak Fabian, direktur baru kita pengganti Pak Robert yang pensiun." Daniel memperkenalkan Navi dan Silvi yang masih tampak bingung ditambah masih ada bakso di mulut mereka.

Navi dan Silvi menatap bingung ke arah Adel yang menjawab dengan senyuman menggoda dan kemudian Navi dan Silvi menjabat tangan Pak Fabian sembari tersenyum ramah

"Mungkin Pak Fabian sudah berkenalan terlebih dahulu dengan Adel ya pak, finance controller kita." ujar Daniel sembari bermain mata dengan Adel.

Aldi menoleh ke arah Adel yang tersenyum penuh arti.

"Kalo Adel saya sudah berkenalan sejak 20 tahun yang lalu sewaktu kita masih SD." Jawab Aldi sembari mengacak rambut Adel yang membuat Daniel terperangah.

"Maksudnya gimana pak Fabian ?" tanya Navi tanpa mampu menahan kekepoan tingkat dewanya.

"Intinya Aldi ini eh Fabian maksudnya sahabat gue dari SD." Jawab Adel.

"Del, kamu lupa kamu masih jadi pacar aku lho sejak kita lulus SMA." Ujar Aldi mengingatkan Adel yang berhasil membuat Daniel melotot dan shock.

"Eh itu gak bisa diitung dong Aldi, kan kamu ga pernah kasih kabar sama sekali sejak kamu ke Jerman. Lagipula lo udah mutusin gue waktu lo di jerman." Adel berhasil menangkap radar dari Daniel yang terkesiap.

"Becanda." Jawab Aldi sembari tertawa. "Silakan lanjutkan makan siang kalian. Saya kebetulan ada janji dengan Pak Nata." Ujar Daniel sembari pamit. "By the way Del, gue kangen sama nyokap lo juga, gue ntar anterin lo balik ya. Gak ada kompromi. Ini perintah." Daniel berbalik arah dan menjauh pergi meninggalkan Adel yang kebingungan.

"Kita nunggu penjelasan, Del. Terutama Daniel." Silvi menyadarkan Adel dari kekagetannya.

Adel menoleh ke arah Daniel yang wajahnya mulai merah padam karena kaget dan menahan marah.

"Aldi eh Fabian itu sahabat kecil gue. Dan juga mantan gue yang gak pernah bilang putus." Ujar Adel sembari menggenggam tangan Daniel.

"Dan kamu makan siang sama dia tanpa kamu kabarin aku yang kelaperan nunggu kamu di parkiran ?" lembut namun menusuk kata-kata itu meluncur dari bibir Daniel.

Adel menangkupkan kedua belah telapak tangannya menutupi wajahnya dan mendapati dirinya benar-benar lupa sudah janji un8tuk makan siang dengan kekasihnya.

"Aku bener-bener lupa, sayang." jawab Adel sembari menggenggam tangan Daniel dan menatap mata Daniel dalam-dalam.

"Terus ntar sore lo gimana dah ?" Ujar Silvi mengingatkan bahwa big bossnya ingin mengantarkan Adel pulang dan sekali lagi Adel melihat raut wajah Daniel nampak marah dan cemburu.

My New Boss (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang