Patah Hati

10K 576 0
                                    

Semenjak hari itu, hari-hari Adel tak lagi berwarna. Daniel yang biasanya hadir menyapanya dengan penuh cinta kali ini memilih menjauhinya.

"Aku rasa kita gak siap untuk bersama, Del." Ujar Daniel sabtu itu setibanya di depan rumah Adel.

"Gak kayak gitu, Niel." Ujar Adel berusaha untuk membalikan keadaan.

"Tapi itu kenyataannya." Daniel menatap jalanan dari balik kaca mobilnya, kosong. "Udah Del, kita introspeksi aja dulu ya. Sementara itu kita jangan bersama." Kali ini Daniel memandang Adel yang tampak berkaca-kaca. "Udah malem, Del. Pulang." Ujar Daniel menahan rasa sakit karena hatinya teriris sembari menatap Adel yang menatapnya tidak percaya lalu turun dari mobilnya.

***

Hari itu Adel nampak murung di depan meja kerjanya, ia nampak berantakan, namun tetap berusaha untuk fokus pada pekerjaannya.

Hatinya masih sangat sakit mengingat kejadian sabtu kemarin. Berkali-kali ia terlihat meraup wajahnya yang membuat Silvi tak tega melihatnya.

"Del, ngopi yuk." Ajak Silvi sembari merangkul Adel.

"Hmm.." Jawab Adel sekenanya, lalu mencari dompetnya.

"Del, tolong ini di revisi." Tiba-tiba Daniel datang dengan sejumlah berkas dengan ekspresi wajah yang dingin yang membuat hati Adel semakin teriris.

"Iya. Nanti saya revisi." Jawab Adel sekenanya, lalu berlalu dari hadapan Daniel, sembari menarik lengan Silvi.

Tanpa Adel sadari dari jauh Daniel memperhatikannya, dan ekspresi wajah dingin yang tadi terlihat berubah menjadi pilu, ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Dari balik kubikal di sebelah meja Adel nampak seseorang yang memperhatikan dengan jelas perubahan ekspresi di wajah Daniel, Navi.

***

"Lo mau minum cappucinno apa coklat bubuk, Del ?" Tegur Silvi sembari mengambil coklat bubuk yang ada di tangan Adel yang menuangkannya ke dalam gelasnya sembari termenung.

Adel menyingkirkan gelas berisi cappucinno di hadapannya, lalu menelungkupkan tangannya pada wajahnya, lalu menangis sesenggukan di hadapan Silvi.

Hatinya sungguh masih terasa sakit, dan ia benar-benar menyesal cemburu pada Aldi pada sabtu lalu.

Silvi yang berada di hadapan Adel lalu berpindah tempat duduk di sebelah Adel dan merengkuh kepala Adel ke dalam pelukannya.

"Gue masih sayang banget sama Daniel, Sil.." Ujar Adel lirih ditengah tangisnya.

Silvi memilih tidak menjawab, ia paham akan perasaan Adel yang sedang terguncang. Ia hanya ingin membiarkan Adel menumpahkan semua tangisnya agar hatinya lega.

Tanpa disadari, seseorang sedang mengamati kejadian tersebut dari kejauhan, Aldi.

Entah mengapa hatinya teriris ketika melihat gadis yang ia sayangi itu menangis terlebih karena disakiti oleh lelaki selain dirinya.

***

Flashback on

"Kenapa gue harus mutusin Adel ?" Geram Aldi saat ia menerima masukan dari Ariana, sahabatnya selama di Jerman.

"Gini lho, Di. Don't you understand why you almost lost your scholarship ?" Ariana tampak jengkel karena Aldi tidak juga mengerti mengapa maksudnya.

"Nilai gue jelek. Dan lo ga perlu bilang itu karena Adel. Gak ada hubungannya sama Adel, Ariana." Aldi tampak semakin jengkel dengan Ariana yang seolah menyalahkan Adel atas surat peringatan yang ia terima dari kampusnya.

"Bukan Adel yang salah, Aldi.. Tapi elo." Ariana menekankan setiap kata-katanya. "Elo gak bisa bagi waktu antara pacaran sama Adel by phone dan belajar." Ariana menarik nafas panjang sebelum melanjutkan kata-katanya. "Gue rasa kalo Adel tau nilai lo ancur-ancuran gini juga dia milih mundur demi elo. Ngerti gak sih ?!" Ariana mendengus kesal.

"Adel itu bukan lo, Ariana." jawab Aldi singkat sembari meninggalkan Ariana sendirian di cafetaria kampusnya tersebut.

***

"Terluka ngeliat mantan pacar nangis ?" suara wanita yang mengagetkan Aldi tersebut nampak tidak asing di telinganya.

"Harusnya dulu gue gak ikutin saran lo, Ri." ujar Aldi kesal.

"Gue kan cuma berusaha menyelamatkan beasiswa lo." Ujar Ariana santai sembari menyeruput cappucinnonya.

Aldi memilih diam dan tidak mendebat Ariana yang keras kepala. Pandangannya tertuju lurus pada Adel yang sedang menangis sejadi-jadinya di pelukan Silvi.

"By the way, Di. Gue disini bukan cuma mau nemenin lo nge-stalking mantan lo itu." Ujar Ariana sembari melirik ke arah Aldi.

"Then ?" Aldi tidak mengalihkan pandangannya dari Adel yang membuat Ariana melirik ke Adel yang jauh ada di belakangnya lalu ia mengibas-ngibaskan tangannya di depan mata Aldi.

"Hello Aldi, are you awake ? Or just daydreaming ?" desis Ariana kesal.

Aldi mengalihkan pandangannya pada Ariana yang nampak mulai kesal padanya.

"Apaan sih, Ri. Lo tuh ganggu aja deh."  rengut Aldi sembari menyeruput kopi single originnya. "Can you just leave me alone ? Then i will call you after this?!" ujar Aldi setengah mengusir Ariana.

"Alright. Whatever you want." ujar Ariana sembari meraih tasnya. "Di, if you still love her, just tell her." Lalu Ariana beranjak pergi.

***

Sore itu Adel pulang dengan perasaan kacau balau, perjalanan yang biasa ditempuh dalam 1 jam perjalanan tiba-tiba terasa sangat jauh.

Berkali-kali ia menghela nafas panjang setiap ia mendapati kenyataan jalanan di depannya dipenuhi oleh kendaraan yang saling berebut untuk segera kembali ke rumahnya.

Sebenarnya Adel ingin segera sampai di rumah dan mengistirahatkan pikirannya yang kacau balau, namun apa daya jalanan hari itu pun entah bagaimana juga ikutan kacau balau.

Hingga di suatu perempatan yang ada traffic light nya, lampu merah menyala, membuat Adel harus berhenti di antara mobil.

"Del." suara yang tidak asing memanggil Adel yang membuatnya menoleh.

"Eh Di." Adel merasa sedikit canggung mengingat kejadian beberapa waktu lalu.

"Lo kayaknya capek. Istirahat dulu yuk di cafe depan." Aldi melihat gelagat Adel yang nampak kacau balau, lalu menunjuk sebuah plank cafe yang berada setelah perempatan tersebut.

"Gue pengen cepet sampe, Di." elak Adel.

"Dengan lo kecapekan bukannya lo cepet sampe sih, Del. Yang ada lo ntar masuk rumah sakit." Ujar Aldi memaksa. Tak lama kemudian lampu hijau menyala. "Gue tunggu di cafe itu ya." Ujar Aldi sembari melajukan mobilnya, membuat Adel mau tak mau menuruti Aldi.

***

My New Boss (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang