The Past

9.3K 543 0
                                    

Adel masuk ke dalam cafe bernuansa rustic tersebut, dan menemukan mantan kekasihnya duduk di sudut dekat jendela mendahuluinya, dan melambaikan tangan ke arahnya sembari tersenyum.

Senyum itu, senyum yang berhasil membuat hati Adel bergetar walaupun tak sehebat dulu, namun masih bisa meruntuhkan pertahanan hati Adel.

Dia ada yang punya, Del. ujar Adel dalam hati menenangkan gejolak di dirinya.

"Capek, Del ?" Tanya Aldi setelah Adel duduk di hadapannya. Adel hanya mengangguk. "Mba, mau pesen." Ujar Aldi seraya memanggil waitress yang tak lama kemudian datang menghampiri.

"Saya mau flat white satu ya mbak." Ujar Aldi pada waitress. "Kamu apa Del ?" Tanya Aldi lalu menoleh pada Adel yang memandang menu.

"Emm, affogato aja deh." ujar Adel pada waitress yang kemudian pergi mengambilkan pesanan.

Adel duduk bersandar di kursi yang ia duduki tepat di samping jendela. Tatapannya kosong menatap jalanan yang tampak padat merayap, sembari sesekali menghela nafas panjang.

"Kenapa Del? Mau cerita?" Tanya Aldi lembut seraya menatap wajah Adel dengan seksama.

Adel menggeleng, pandangannya masih tertuju pada jalanan yang semakin ramai, tak peduli pada Aldi yang sabar menunggunya berkata-kata.

Aldi mengerti bahwa Adel hanya membutuhkan ketenangan saat itu, ia membiarkan Adel menatap jalanan, dan ia asyik menatap wajah Adel lekat-lekat.

"Satu affogato dan satu flat white ya." suara waitress itu membuyarkan kesepian itu.

"Makasih ya mbak." Ujar Aldi.

"Makasih mbak." Adel mengalihkan pandangannya pada waitress yang mengantarkan pesanannya.

Ia menyesap sedikit affogato yang ia pesan, lalu ia menatap Aldi lekat-lekat.

"Di, lo gak usah sok peduli sama gue." Ujar Adel kemudian dengan suara dingin.

"Maksud lo gimana, Del ?" Ujar Aldi tetap lembut.

"Udah jelas kan ucapan gue ?" Adel mulai menaikkan nada suaranya.

"Del, gue peduli sama lo karena lo sahabat gue." Aldi menatap mata Adel lekat-lekat.

Adel menggenggam gelasnya erat, ia kemudian setengah membanting gelasnya ke atas meja cafe tersebut dan mengambil tasnya dengan buru-buru dan pergi meninggalkan Aldi sendiri.

"Del, aku masih sayang kamu." Ujar Aldi tegas tepat saat Adel baru melewati Aldi yang duduk di hadapannya.

Adel terhenyak dan terdiam sejenak sebelum ia memilih pergi dengan sikap dinginnya.

***

"Niel." seorang wanita yang sebaya dengan Daniel memanggilnya sembari memeluknya dari belakang di tengah keramaian pub tersebut.

"Amara. Long time no see." Ujar Daniel sembari membalik badan begitu menyadari siapa yang tiba-tiba memeluknya, dan melepaskan pelukan tersebut dengan lembut. "Kapan balik dari Amerika ?"

"Not a long time ago. Do you miss me?" Ujar Amara sembari duduk di kursi bar kosong di samping Daniel.

"Of course." Ujar Daniel sembari tersenyum.

"Are you lost ?" Goda Amara.

"Yep." Senyum Daniel pelan-pelan meredup, jauh dalam hatinya ia merindukan Adel.

"Margarita satu ya." Ujar Amara pada bartender yang menghampirinya.

"So, how's life ?" ujar Amara sembari menoleh ke arah Daniel.

"So so." Jawab Daniel sekenanya. "And you ?"

"I break with George." Jawab Amara. "That's my fault to leave you and choose George."

"That's your choice." Ujar Daniel sembari menyesap vodka di hadapannya.

"Your girlfriend ?" Amara bertanya pada Daniel dengan penasaran. "Who is her name? Adel?"

"How do you know about her ?" Daniel kaget mantan kekasihnya mengetahui tentang Adel.

"Your social media of course." Ujar Amara sembari menyesap margaritanya.

"Just breaking." sorot mata Daniel berubah sendu, ia kembali menyesap vodkanya.

"Ow. Still love her?" Amara menebak dan sekaligus menembak isi hati Daniel. Daniel hanya tersenyum sopan tanpa menjawab. "Just let's have fun tonight." Amara berusaha mengubah suasana hati Daniel yang kembali sendu.

"Yeah. Of course." Daniel berusaha tersenyum kembali sembari menyesap vodkanya.

"Dance ?" ajak Amara pada Daniel.

"Of course." Daniel lalu menggandeng Amara ke lantai dansa.

"Do you wanna get me to go lunch tomorrow ?" Tanya Amara pada Daniel sembari mereka menari.

"Of course. Let's get lunch together." Ujar Daniel bersemangat.

"I'll come to your office. Send me the location." Ujar Amara tak kalah bersemangat.

***

My New Boss (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang