Senja itu

13.2K 515 4
                                    

Sebuah es krim cone tiba-tiba berada di depan wajah Adel yang sedang menikmati senja di pelabuhan kota kecil yang kemarin sempat ia singgahi, membuat Adel menoleh dan menorehkan seulas senyum di bibirnya.

"Makasih, Niel." ujar Adel sembari mengambil es krim cone tersebut.

"Jadi intinya si Aldi udah ngikhlasin kamu kan ?" tanya Daniel menggoda Adel.

"Ya haruslah.. Bubarnya juga udah dari kapan tau." ujar Adel sembari mulai memakan es krim tersebut. "By the way kata Kanaya kamu sempat khawatir ya waktu aku ngobrol berdua sama Aldi." ujar Adel menggoda kekasihnya.

"Wajar kan ?" Daniel lalu duduk di pinggir Dermaga tersebut sembari mengayunkan kakinya.

***

Flashback

"Kenapa lo biarin mereka berdua, Nay ?" ujar Daniel panik hingga wajahnya memerah.

"Ya karena gue ngerasa harus ada yang mereka berdua selesaikan." ujar Kanaya datar sembari membuat perhitungan pembelian kopinya.

"Ya tapi gak berduaan dong, Nay.." ujar Daniel gusar sembari mondar mandir.

"Terus bertiga sama gue ?" Kanaya menatap Daniel tajam sembari menghentikan pekerjaannya. "Yang ada mereka gak jadi ngomong.. Lagian lo kenapa sih Niel ?" Kanaya tetap sedatar lantai rumah Pak Paul.

"Kalo sampe mereka saling jatuh cinta lagi gimana ?" Daniel benar-benar gusar.

"Ya artinya lo gak jodoh sama Adel.." jawab Kanaya cuek. "Udahlah Niel, gak usah drama King. Everything is gonna be alright." ujar Kanaya sebal.

***

"Emang kamu gak percaya aku bisa setia ?" goda Adel mengimbangi Daniel duduk di pinggir pelabuhan.

"Bukan gak percaya, tapi perasaan siapa yang tau." ujar Daniel sebal.

"Nyatanya yang duduk di sebelah kamu sekarang siapa ?" goda Adel sekali lagi, dan Daniel hanya tersenyum sembari menatap senja yang mulai mengukir hari.

Selanjutnya dapat ditebak, mereka berdua bercanda tawa sembari memperhatikan mentari yang perlahan beranjak masuk ke peraduannya.

***

"Jadi udah selesai masalah lo sama Adel ?" tanya Kanaya sembari memperhatikan senja yang sama, kali ini di sebuah rooftop cafe kecil ditemani oleh secangkir kopi arabika manual brew.

"Ya begitulah. Mungkin seharusnya gue belajar buka hati." jawab Aldi yang kali ini sudah bisa tersenyum sembari menyeruput kopinya.

"You should.." jawab Kanaya sembari tersenyum.

Entah mengapa melihat Kanaya tersenyum diterpa dengan semburat merah senja yang indah, ada getaran yang terasa di dada Aldi.

Cantik.. Gumam Aldi dalam hati sembari tersenyum kecil dan menatap senja yang mulai turun.

"Nay, lo udah punya pacar ?" ingin sekali Aldi menggigit lidahnya yang lancang berkata tanpa bisa ia kendalikan.

Kanaya sedikit tersentak, terkejut dengan pertanyaan Aldi, lalu ia tersenyum lembut sembari menggeleng.

"Belum." jawabnya tanpa menghilangkan senyum lembutnya.

"Kenapa ?" dan pertanyaan absurd itu berhasil membuat Aldi kesal sendiri dengan bibirnya.

Kanaya mengerutkan dahinya bingung dengan pertanyaan Aldi, namun senyum masih belum beranjak dari wajah cantiknya.

"Ya belum ada yang pas aja." jawab Kanaya sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Oohh." Aldi kali ini berhasil mengendalikan bibirnya yang iseng, namun mengetahui Kanaya belum memiliki pasangan entah mengapa sebagian dari hatinya merasa lega.

"Emang kamu udah move on ?" dan Aldi yang kali ini tersentak mendengar kata 'kamu' dan pertanyaan tersebut keluar dari bibir Kanaya.

"I should." jawab Aldi yang termangu memandang mata indah Kanaya.

"Jangan buru-buru, Di. Santai aja." ujar Kanaya mengalihkan pandangannya pada sunset yang mulai termakan oleh waktu.

-end-

Heiho readers,
Finally this is the end of my short novel. Semoga kalian puas.

Mungkin nanti aku akan bikin e-book extended versionnya dengan konflik yang lebih asik.

But terima kasih banget atas apresiasi kalian terhadap novel ini. Aku sangat bahagia mendapat sambutan hangat dari kalian.

Thank you so much.

Extra part ? Lets see ya.

See you in another novel.

My New Boss (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang