Semburat merah tampak mulai menghiasi wajah langit kala sebagian yang lain sudah berubah warna menjadi ungu, dan di ufuk timur mulai tampak semburat tipis sinar bulan yang belum jelas, kala Adel mulai meninggalkan kantor dengan ojek online
Ya, dengan ojek online. Bukan dengan Daniel maupun Aldi. Masih jelas terbayang dalam ingatan Adel kejadian tadi siang yang menghancurkan sisa hari Adel.
Flashback on
"Jadi fix kamu mau pulang sama mantan kamu itu ?!" Daniel menatap Adel tajam, sementara Silvi dan Navi memilih perlahan-lahan membawa makan siang mereka meninggalkan Daniel dan Adel berdua.Adel menunduk tak berani menatap mata Daniel yang nampak nanar terbakar cemburu "Ya dia kan sahabat aku Niel,salahnya dimana sih ?!" Akhirnya Adel memberanikan diri untuk meninggikan suaranya, walau masih tak berani menatap kekasihnya itu.
"Oke fine. Sekarang kamu pikirin baik-baik deh, kalo kamu ada di posisi aku, gimana perasaan kamu ?!" Daniel menuntut penjelasan sembari menghela nafas pelan, satu detik, dua detik, tiga detik kemudian tak ada suara diantara mereka. "Udahlah terserah kamu aja. Aku masih mau lanjut meeting dengan atau tanpa kamu." Daniel meninggalkan Adel yang frustasi sendirian.
Di, kamu ke rumah aku lain kali aja ya. Hari ini aku mau pergi sama orang tua aku dan ga bisa diganggu. Adel mengirimkan pesan singkat pada Aldi
Ok. Jawab Aldi singkat
Dan setelah itu Adel tetap mendampingi Daniel meeting walaupun Daniel bersikap dingin padanya.
"Aku ga jadi di anter Aldi." Ujar Adel pada Daniel setelah meeting usai dan Adel sedang membantu Daniel membereskan berkas.
"Terserah." Jawab Daniel yang kemudian meninggalkan berkasnya yang masih berantakan.
Flashback off
Dan disinilah Adel saat ini, di motor bersama dengan abang ojek online yang membawanya menuju stasiun terdekat.Dalam hati kecilnya Adel merutuki dirinya yang mulai tergantung pada Daniel.
Harusnya gue bawa motor aja. Seenggaknya gue ga harus berjuang naik kereta di jam pulang kerja. Ujar Adel dalam hati saat ia telah tiba di stasiun dan melihat kerumunan orang yang berjuang untuk masuk ke gerbong kereta.
"Deeeeelll." Suara itu sangat tidak asing di telinga Adel.
"Siiiiiilll. Lo naik kereta juga ya ?" Adel tampak sumringah melihat sahabatnya datang.
"Tiap hari coy. Lo tumben banget naik kereta, skutik lo mane, Del ??" Goda Silvi.
"Tadi gue bareng Daniel." Jawab Adel kembali tidak bersemangat.
"Dan lo masih berantem ama Daniel." tebak Silvi tanpa basa basi.
Adel menggangguk lemah, namun ia segera mendapat pelukan hangat dari sahabatnya itu.
"Daniel cuma jealous, Del." Ujar Silvi sembari membelai rambut Adel yang memeluknya erat tanpa memperhatikan sekitar yang menatap mereka dengan tatapan 'apa deh'. "By the way, boleh gak lo lepasin pelukan lo. Gue ga mau sampe dikira salah orientasi seksual sih sama orang orang.." oke kali ini Silvi super ngeselin.
"Maksud lo apaan ?!" Adel melepas pelukannya pada Silvi sembari melirik tajam pada Silvi.
"Del, duluan ya, kereta gue ternyata dateng duluan." dan Silvi berhasil melarikan diri dari Adel.
***
Adel melepas sepatunya di ruang tamu rumahnya yang cukup sederhana namun nyaman. Ia lalu merebahkan dirinya di sofa karena merasa kelelahan.
"Anak perempuan pulang-pulang langsung ngeglosor di sofa." Sindir Papa. "Sana makan dulu. Ada yang nunggu tuh."
"Siapa pa ?" Adel bangun dengan malas dari sofa dan beranjak menuju ruang makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My New Boss (Completed)
Teen FictionAdel seorang karyawan biasa yang tanpa sengaja dipertemukan oleh seorang manager baru di kantornya yang charming dan pada akhirnya sama sama jatuh hati, namun tiba-tiba hadirlah kembali sosok sahabat lamanya yang juga merangkap sebagai mantan kekasi...