Author
By
RiyanaSabaku
Orang yang membuatmu menangis adalah orang yang selalu akan ada dihatimu, dan dia adalah orang yang akan kamu perjuangkan. Walaupun luka dan air mata yang kau dapat.
Senyumnya terus mengembang, kemudian disusul nyanyian kecil meluncur dari bibir mungilnya. Dia sedang bahagia. Hari ini dia akan menjalani misi yang di pimpin langsung oleh Gaara. Sebenarnya ini bukan misi, melainkan kunjungan rutin sang Kazekage ke desa-desa kecil diperbatasan Suna. Dia sudah menyiapkan bekal untuk dirinya dan Gaara. Kakinya berhenti di depan gedung Kazekage, semua persiapan telah selesai para jounin dan beberapa anbu bersiap siaga untuk mengawal Kazekage.
Matsuri segera masuk barisan, dia tergabung dalam anggota ninja medis. Dia tidak sabar untuk segera bertemu Gaara. Tapi sialnya, dia harus mengubur dalam-dalam keinginan itu. Saat Gaara melangkah keluar kantor Kazekage, dia juga membawa Hinata bersamanya. Pria itu menautkan jemarinya dengan Hinata, membuat dia terlihat menjaga istrinya dengan baik. Matsuri segera menunduk, dia merasa matanya mulai memanas, tidak. Dia melupakan fakta bahwa Hinata akan ikut bersama mereka.
Sepanjang perjalanan tidak ada yang berbicara, semua sibuk dengan pikiran masing-masing. Hingga sebuah gerbang dengan ucapan 'selamat datang' menyambut mereka. "Selamat datang Kazekage-sama," pria itu sedikit aneh melihat Gaara membawa Hinata bersamanya, "dia, Sabaku Hinata. Istriku." Pria itu sedikit terkejut, namun dia mengulas senyum lebar, "selamat datang Hinata-sama. Suatu kehormatan anda berada disini." Hinata membalasnya dengan senyum manisnya. Pria itu sedikit membungkuk, kemudian memimpin jalan menuju rumah yang akan dijadikan tempat peristirahan mereka.
Berbeda dengan yang lainnya, Gaara dan Hinata menempati rumah yang dipilih oleh pemimpin desa itu. Dan Hinata sangat menyukainya. Senyumnya tidak pernah luntur saat pertama kali melihat isi rumah tersebut, sangat pas dengan seleranya. "Segera siap-siap, mereka akan menjamu kita dengan makan malam bersama." Mendengar suara Gaara, Hinata menghela napas lelah. Baru saja dia menikmati waktunya, tapi sudah diganggu pria itu. "Lakukan semuanya dengan baik." ujar Gaara.
"Aku tau. Anda tidak perlu menjelaskan semuanya dengan rinci. Aku sudah menghafal dengan baik semua peranku." Hinata mengucapkan kalimat itu dengan tenang, wajahnya terlihat tanpa beban. Tapi, siapa yang mengira jika hatinya menjerit sakit mengatakan itu. Dengan cepat dia berlari menuju kamar mereka. Mengunci diri di dalam kamar mandi, membiarkan air shower membasahi seluruh pakaiannya. Dia jatuh terduduk, antara air mata dan air dari shower sudah tidak bisa dibedakan. Tapi, satu hal yang pasti. Air matanya tidak akan pernah mengering, mengingat sikap dingin Gaara yang menganggapnya seperti boneka.
Hidangan menu makan malam mereka benar-benar sesuai selera Hinata. Matanya menatap senang makanan yang terlihat cocok dilidahnya. "Silakan dimakan, kami harap ini sesuai dengan selera Hinata-sama." kata wanita tua yang duduk depan Hinata. "Trimakasih, aku sangat menyukai makanan kalian. Ini sangat lezat." ujar Hinata. Gadis itu memakan makanannya dengan nikmat. Gaara makan dalam diam, dia tidak menyangka orang-orang dari desa angin sangat menyukai Hinata.
Tidak hanya makan malam saja yang disediakan oleh mereka, namun sebuah pesta dansa juga turut menyambut Gaara dan Hinata. "Anggap saja ini sebagai hadiah atas pernikahan kalian." Penjelasan dari pemimpin desa itu membuat Hinata tersenyum manis, bagaimana bisa orang-orang selalu mendoakan kebahagian untuk pernikahan mereka. Sementara mereka hanya bersandiwara dan pura-pura bahagia. Hati kecilnya menolak menerima semua ini. Dia merasa berdosa telah membohongi semua orang.
Gaara dan Hinata dipaksa untuk berdansa, dengan sangat terpaksa Gaara menyetujui hal itu. Mereka berdua sama-sama tidak mahir dalam berdansa. Mereka hanya ahli dalam menggunakan jutsu dan cakra mereka. Hinata merasa getaran aneh pada tubuhnya saat tangan Gaara mendarat pada pinggulnya. Pria itu menarik Hinata agar semakin mendekat dengannya. Tangannya gemetar dengan sensasi aneh dijantungnya. Hinata berusaha menjaga jarak dengan Gaara, dia meletakan tangannya didada pria itu. "Letakan tanganmu dileher ku." Seperti dihipnotis, dia mengalunkan tangannya pada leher Gaara. Jarak diantara ke duanya semakin menipis, Hinata semakin merona hebat.
Gaara semakin erat mendekap Hinata, pria itu sengaja menempelkan dahi mereka. Hinata memejamkan matanya dia tidak sanggup melihat wajah Gaara sedekat ini. Sementara Gaara, pria itu tersenyum kecil, dia mengusap pelan pipi Hinata.
Cup
Dia mencium bibir mungil istrinya. Hinata kaget, namun dia tau ini adalah bagian dari sandiwara mereka. Namun hati kecilnya menolak, dia menginginkan Gaara. Dia ingin Gaara mencumbunya meskipun itu hanya sandiwara saja. Harapannya terkabul. Gaara kembali mencium bibir Hinata, kali ini lebih lama. Dia melumat pelan bibir Hinata, menghisap dan sedikit mengigit pelan bibir bawah Hinata membuat gadis itu tersenyum perih. Sakit tapi juga nikmat. Gaara benar-benar aktor yang hebat.
"Akting yang bagus Hinata." Ucapan Gaara membuat Hinata menitikkan air matanya. Gaara tersentak kaget melihat hal itu. Dia sudah membuat Hinata terluka. Pria itu memeluk Hinata erat, membiarkan pakaiannya basah dengan air mata istrinya. Hinata membalas pelukan pria itu, seolah mencari kenyaman untuknya, meskipun hatinya sudah terlanjur patah.
Matsuri terluka dengan kemesraan Hinata dan Gaara. Gadis itu menangis dan berlari meninggalkan pesta. "Gaara-sensei, a-aku sangat me-e-encintaimu. Tapi, kau selalu mengabaikanku." Dia membenamkan wajahnya dengan bantal, menyembunyikan isak tangisnya.
"Aku akan selalu menjaga dan melindungimu." Ucapan Gaara saat pertama kali menyelamatkan Matsuri, membuat Matsuri menyemai benih-benih cinta dihatinya untuk Gaara. Dulu Gaara selalu memperhatikannya, menemaninya saat latihan, memberikan semangat agar dia lebih giat berlatih. Tapi, saat ini, pria itu seolah melupakan janjinya pada Matsuri. "Kau milikku. Gaara-sensei." Dia mengatakan itu berulang kali hingga jatuh tertidur.
*******bersambung********
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji
FanfictionTidak ada yang bisa menebak alur sebuah kehidupan seorang ninja dalam dunia shinobi. Takdir mempermainkan mereka dalam sebuah ikatan suci bernama pernikahan berdasarkan perjanjian antar desa. Naruto Disclaimer : Masashi Kishimoto